Dalai Lama: Para pemimpin China Tidak Memahami Keragaman Budaya
Rabu, 10 November 2021 - 17:44 WIB
TOKYO - Pemimpin spiritual Tibet , Dalai Lama , mengkritik para pemimpin China dengan mengatakan mereka tidak memahami keragaman budaya yang berbeda di sana. Ia juga mengatakan kelompok etnis Han terlalu memegang kendali.
Meski begitu ia juga mengatakan tidak menentang "saudara dan saudari China" sebagai sesama manusia dan secara luas mendukung ide-ide di balik Komunisme serta Marxisme.
Dalai Lama yang berusia 86 tahun, mengambil bagian dalam konferensi pers online di Tokyo, menjawab pertanyaan tentang apakah komunitas internasional harus mempertimbangkan untuk memboikot Olimpiade Musim Dingin Beijing karena penindasan terhadap minoritas, termasuk mereka yang berada di wilayah barat Xinjiang .
"Saya tahu para pemimpin Partai Komunis sejak Mao Zedong. Ide-ide mereka bagus. Tapi kadang-kadang mereka melakukan banyak kontrol yang ekstrim dan ketat," katanya dari markasnya di India, seraya menambahkan bahwa dia pikir segalanya akan berubah di China di bawah pemimpin generasi baru.
"Mengenai Tibet dan juga Xinjiang, kami memiliki budaya kami sendiri yang unik, sehingga para pemimpin Komunis China yang berpikiran sempit, mereka tidak memahami keragaman budaya yang berbeda," imbuhnya seperti dikutip dari Reuters, Rabu (10/11/2021).
Memperhatikan bahwa China tidak hanya terdiri dari orang-orang etnis Han tetapi juga kelompok-kelompok lain yang berbeda, ia menambahkan: "Pada kenyataannya, terlalu banyak kontrol oleh orang-orang Han."
China menguasai Tibet setelah pasukannya memasuki wilayah itu pada 1950 dalam apa yang disebutnya "pembebasan damai". Tibet sejak itu menjadi salah satu daerah yang paling dibatasi dan sensitif di negara itu.
Beijing menganggap Dalai Lama, yang melarikan diri ke India pada 1959 setelah pemberontakan yang gagal melawan pemerintahan China, sebagai pemecah belah atau separatis yang berbahaya. Dia telah bekerja selama beberapa dekade untuk menarik dukungan global untuk otonomi linguistik dan budaya di tanah airnya yang terpencil dan bergunung-gunung.
Meski begitu ia juga mengatakan tidak menentang "saudara dan saudari China" sebagai sesama manusia dan secara luas mendukung ide-ide di balik Komunisme serta Marxisme.
Dalai Lama yang berusia 86 tahun, mengambil bagian dalam konferensi pers online di Tokyo, menjawab pertanyaan tentang apakah komunitas internasional harus mempertimbangkan untuk memboikot Olimpiade Musim Dingin Beijing karena penindasan terhadap minoritas, termasuk mereka yang berada di wilayah barat Xinjiang .
"Saya tahu para pemimpin Partai Komunis sejak Mao Zedong. Ide-ide mereka bagus. Tapi kadang-kadang mereka melakukan banyak kontrol yang ekstrim dan ketat," katanya dari markasnya di India, seraya menambahkan bahwa dia pikir segalanya akan berubah di China di bawah pemimpin generasi baru.
"Mengenai Tibet dan juga Xinjiang, kami memiliki budaya kami sendiri yang unik, sehingga para pemimpin Komunis China yang berpikiran sempit, mereka tidak memahami keragaman budaya yang berbeda," imbuhnya seperti dikutip dari Reuters, Rabu (10/11/2021).
Memperhatikan bahwa China tidak hanya terdiri dari orang-orang etnis Han tetapi juga kelompok-kelompok lain yang berbeda, ia menambahkan: "Pada kenyataannya, terlalu banyak kontrol oleh orang-orang Han."
China menguasai Tibet setelah pasukannya memasuki wilayah itu pada 1950 dalam apa yang disebutnya "pembebasan damai". Tibet sejak itu menjadi salah satu daerah yang paling dibatasi dan sensitif di negara itu.
Beijing menganggap Dalai Lama, yang melarikan diri ke India pada 1959 setelah pemberontakan yang gagal melawan pemerintahan China, sebagai pemecah belah atau separatis yang berbahaya. Dia telah bekerja selama beberapa dekade untuk menarik dukungan global untuk otonomi linguistik dan budaya di tanah airnya yang terpencil dan bergunung-gunung.
tulis komentar anda