Penembak Gelap Gentayangan di Myanmar, Buru Aktivis dan Penentang Pemerintah
Selasa, 09 November 2021 - 00:15 WIB
YANGON - May Hnin Aye, seorang mantan guru di Myanmar , tak pernah menyangka kalau kediamannya akan didatangi oleh penembak gelap yang mengeksekusinya di rumahnya sendiri. Pada 24 Oktober, Hnin Aye sedang duduk di beranda rumah bersama suaminya. Lalu sebuah mobil putih datang dan tiga pria berpakaian sipil turun dari mobil itu.
Ketiganya langsung mengarahkan senjata ke arah May Hnin Aye dan melepaskan tembakan. Para penyerang mengejar pasangan itu saat mereka berlari ke dalam rumah. “Peluru mengenai lengan, paha, dan dada May Hnin Aye, membunuhnya,” kata Kyaw Win Sein, saudara ipar Hnin Aye, seperti dikutip dari Radio Free Asia, Minggu (7/11/2021).
May Hnin Aye adalah salah satu dari lebih dari 200.000 pendidik di seluruh Myanmar yang keluar dari pekerjaan mereka untuk bergabung dengan Gerakan Pembangkangan Sipil (CDM). Mereka bergabung dengan gerakan itu setelah militer merebut kendali negara dari pemerintah yang dipilih secara demokratis dalam kudeta 1 Februari. Sejumlah Dokter, perawat, insinyur, dan bankir juga bergabung dalam gerakan tersebut.
Selama beberapa bulan terakhir, rezim militer telah menargetkan anggota CDM dalam tindakan keras terhadap pekerja yang mogok dan pengunjuk rasa. Junta telah menekan beberapa guru dan yang lainnya untuk kembali bekerja, meskipun banyak yang terus mengambil bagian dalam protes anti-pemerintah.
Teman dan kerabat percaya, Hnin Aye menjadi sasaran bukan karena keterlibatannya dengan CDM, melainkan sebagai bagian dari tindakan balas dendam bermotif politik karena hubungannya dengan Kyaw Win Sein, seorang aktivis mahasiswa terkenal yang dicari oleh junta militer sebagai tersangka dalam pembunuhan anggota milisi pro-militer.
Pada pagi hari kematian Hnin Aye, Maung Mawt, seorang tersangka informan militer yang diidentifikasi oleh penduduk setempat sebagai pemimpin kelompok Pyu Saw Htee di kotapraja Homalin, ditembak mati.
Pyu Saw Htee adalah kelompok yang dilaporkan dibentuk dengan dukungan dari militer untuk melawan gerakan perlawanan anti-rezim di wilayah Sagaing Myanmar dan di tempat lain.
Ketiganya langsung mengarahkan senjata ke arah May Hnin Aye dan melepaskan tembakan. Para penyerang mengejar pasangan itu saat mereka berlari ke dalam rumah. “Peluru mengenai lengan, paha, dan dada May Hnin Aye, membunuhnya,” kata Kyaw Win Sein, saudara ipar Hnin Aye, seperti dikutip dari Radio Free Asia, Minggu (7/11/2021).
May Hnin Aye adalah salah satu dari lebih dari 200.000 pendidik di seluruh Myanmar yang keluar dari pekerjaan mereka untuk bergabung dengan Gerakan Pembangkangan Sipil (CDM). Mereka bergabung dengan gerakan itu setelah militer merebut kendali negara dari pemerintah yang dipilih secara demokratis dalam kudeta 1 Februari. Sejumlah Dokter, perawat, insinyur, dan bankir juga bergabung dalam gerakan tersebut.
Selama beberapa bulan terakhir, rezim militer telah menargetkan anggota CDM dalam tindakan keras terhadap pekerja yang mogok dan pengunjuk rasa. Junta telah menekan beberapa guru dan yang lainnya untuk kembali bekerja, meskipun banyak yang terus mengambil bagian dalam protes anti-pemerintah.
Teman dan kerabat percaya, Hnin Aye menjadi sasaran bukan karena keterlibatannya dengan CDM, melainkan sebagai bagian dari tindakan balas dendam bermotif politik karena hubungannya dengan Kyaw Win Sein, seorang aktivis mahasiswa terkenal yang dicari oleh junta militer sebagai tersangka dalam pembunuhan anggota milisi pro-militer.
Pada pagi hari kematian Hnin Aye, Maung Mawt, seorang tersangka informan militer yang diidentifikasi oleh penduduk setempat sebagai pemimpin kelompok Pyu Saw Htee di kotapraja Homalin, ditembak mati.
Pyu Saw Htee adalah kelompok yang dilaporkan dibentuk dengan dukungan dari militer untuk melawan gerakan perlawanan anti-rezim di wilayah Sagaing Myanmar dan di tempat lain.
Lihat Juga :
tulis komentar anda