Wanita Israel Ini Dipenjara 3 Kali karena Menolak Jadi Tentara Zionis
Selasa, 02 November 2021 - 11:46 WIB
TEL AVIV - Wanita muda warga negara Israel , Shahar Perets, menjalani masa hukuman ketiganya di penjara. Dia telah ditangkap aparat keamanan untuk ketiga kalinya karena menolak bergabung dengan militer sebagai tentara rezim Zionis.
Dalam email yang dikirim ke pendukung Mesarvot—jaringan akar rumput yang menyatukan individu yang menolak untuk mendaftar menjadi tentara sebagai protes atas pendudukan terhadap Palestina—, Perets mengatakan dia baru saja menghabiskan ulang tahunnya yang ke-19 di balik jeruji besi.
Menggambarkan kondisi di penjara, Perets mengatakan dia dilarang menuliskan pikiran dan pengalamannya oleh penjaga penjara, dengan akses ke pena kadang-kadang hanya sepuluh menit per hari.
“Militer tidak ingin saya menulis, berbicara, atau membagikan pemikiran saya. Mereka mencoba membungkam saya,” kata Perets, seperti dilansir Palestine Chronicle, Senin (1/11/2021).
“Pembungkaman para penolak politik adalah bagian kecil dari pola perilaku yang lebih keras—pembungkaman perjuangan Palestina untuk hak asasi manusia di Tepi Barat dan Gaza," ujarnya.
Dalam sebuah wawancara dengan BBC, terungkap bahwa orang tuanya sepenuhnya mendukung keputusannya untuk menolak menjadi tentara Zionis Israel.
"Beberapa orang menyebut saya pengkhianat atau mengatakan saya tidak peduli dengan orang-orang saya, nama yang berbeda," katanya kepada BBC.
“Saya memutuskan untuk menolak bergabung dengan tentara karena saya tidak mau ambil bagian dalam penindasan jutaan orang yang tinggal di Tepi Barat dan Gaza.”
Menurut hukum internasional, hak untuk menolak dinas militer berdasarkan hati nurani didasarkan pada Pasal 18 Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik, yang menjamin hak atas kebebasan berpikir, hati nurani, dan beragama atau berkeyakinan.
Dalam email yang dikirim ke pendukung Mesarvot—jaringan akar rumput yang menyatukan individu yang menolak untuk mendaftar menjadi tentara sebagai protes atas pendudukan terhadap Palestina—, Perets mengatakan dia baru saja menghabiskan ulang tahunnya yang ke-19 di balik jeruji besi.
Menggambarkan kondisi di penjara, Perets mengatakan dia dilarang menuliskan pikiran dan pengalamannya oleh penjaga penjara, dengan akses ke pena kadang-kadang hanya sepuluh menit per hari.
“Militer tidak ingin saya menulis, berbicara, atau membagikan pemikiran saya. Mereka mencoba membungkam saya,” kata Perets, seperti dilansir Palestine Chronicle, Senin (1/11/2021).
“Pembungkaman para penolak politik adalah bagian kecil dari pola perilaku yang lebih keras—pembungkaman perjuangan Palestina untuk hak asasi manusia di Tepi Barat dan Gaza," ujarnya.
Dalam sebuah wawancara dengan BBC, terungkap bahwa orang tuanya sepenuhnya mendukung keputusannya untuk menolak menjadi tentara Zionis Israel.
"Beberapa orang menyebut saya pengkhianat atau mengatakan saya tidak peduli dengan orang-orang saya, nama yang berbeda," katanya kepada BBC.
“Saya memutuskan untuk menolak bergabung dengan tentara karena saya tidak mau ambil bagian dalam penindasan jutaan orang yang tinggal di Tepi Barat dan Gaza.”
Menurut hukum internasional, hak untuk menolak dinas militer berdasarkan hati nurani didasarkan pada Pasal 18 Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik, yang menjamin hak atas kebebasan berpikir, hati nurani, dan beragama atau berkeyakinan.
(min)
tulis komentar anda