17 Tahun Disiksa Brutal di Guantanamo Tanpa Dakwaan, Sopir Taksi Ini Baru Dibebaskan
Senin, 25 Oktober 2021 - 16:06 WIB
Informasi yang diperoleh dari seorang rekan Rabbani yang ditangkap pada hari yang sama digunakan untuk menangkap beberapa tersangka mata-mata Al-Qaeda, termasuk yang diduga anggota pasukan keamanan Osama Bin Laden. Namun, Rabbani tidak pernah didakwa dengan kejahatan apa pun, dan diyakini tidak terlibat dalam terorisme.
Namun demikian, dia menghabiskan lebih dari 545 hari setelah penangkapannya, dengan disiksa di satu 'situs hitam' CIA di Afghanistan.
Penyiksaan yang dilakukan di sana pada Rabbani dirinci dalam laporan penyiksaan Senat AS tahun 2014, dan termasuk waktu yang lama dibelenggu dengan tangan terentang di atas kepalanya. Posisi yang menyiksa itu membuat Rabbani mencoba memotong tangannya sendiri untuk mengakhiri rasa sakitnya.
Kesaksian dari beberapa tahanan yang ditahan di penjara CIA yang sama menggambarkan kegelapan permanen, sel-sel yang dibanjiri kotoran manusia dan penuh dengan hama.
Di sana juga penuh dengan pemukulan brutal, kurang tidur, dikuburkan di kuburan simulasi, ditelanjangi dan disiram dengan air dingin, dan tidak diberikan fasilitas mandi selama berbulan-bulan.
Menurut Reprieve, interogator Rabbani tahu bahwa "mereka memiliki orang yang salah" tetapi tetap menyiksanya.
Setelah lebih dari satu tahun di fasilitas CIA, Rabbani dipindahkan ke kamp penahanan Teluk Guantanamo di wilayah AS di Kuba.
Dia pun menghabiskan 17 tahun berikutnya di sana, tanpa dakwaan atau tanggal persidangan yang pasti.
Kasusnya menarik perhatian internasional, dan pada 2018, Rabbani menulis pengakuan yang diterbitkan di Los Angeles Times yang menggambarkan pelecehan fisik dan seksual oleh para penjaga, pemaksaan makan, dan mogok makan berulang untuk memprotes kondisi pemenjaraannya.
Pada saat memberi pengakuan, Rabbani mengatakan dia menderita “masalah perut yang sangat akut sehingga saya tidak dapat mengkonsumsi makanan keras tanpa muntah darah.” Lebih parah lagi, dia tidak diberi makanan yang dapat dicerna.
Namun demikian, dia menghabiskan lebih dari 545 hari setelah penangkapannya, dengan disiksa di satu 'situs hitam' CIA di Afghanistan.
Penyiksaan yang dilakukan di sana pada Rabbani dirinci dalam laporan penyiksaan Senat AS tahun 2014, dan termasuk waktu yang lama dibelenggu dengan tangan terentang di atas kepalanya. Posisi yang menyiksa itu membuat Rabbani mencoba memotong tangannya sendiri untuk mengakhiri rasa sakitnya.
Kesaksian dari beberapa tahanan yang ditahan di penjara CIA yang sama menggambarkan kegelapan permanen, sel-sel yang dibanjiri kotoran manusia dan penuh dengan hama.
Di sana juga penuh dengan pemukulan brutal, kurang tidur, dikuburkan di kuburan simulasi, ditelanjangi dan disiram dengan air dingin, dan tidak diberikan fasilitas mandi selama berbulan-bulan.
Menurut Reprieve, interogator Rabbani tahu bahwa "mereka memiliki orang yang salah" tetapi tetap menyiksanya.
Setelah lebih dari satu tahun di fasilitas CIA, Rabbani dipindahkan ke kamp penahanan Teluk Guantanamo di wilayah AS di Kuba.
Dia pun menghabiskan 17 tahun berikutnya di sana, tanpa dakwaan atau tanggal persidangan yang pasti.
Kasusnya menarik perhatian internasional, dan pada 2018, Rabbani menulis pengakuan yang diterbitkan di Los Angeles Times yang menggambarkan pelecehan fisik dan seksual oleh para penjaga, pemaksaan makan, dan mogok makan berulang untuk memprotes kondisi pemenjaraannya.
Pada saat memberi pengakuan, Rabbani mengatakan dia menderita “masalah perut yang sangat akut sehingga saya tidak dapat mengkonsumsi makanan keras tanpa muntah darah.” Lebih parah lagi, dia tidak diberi makanan yang dapat dicerna.
tulis komentar anda