Eks Mata-mata: Mohammed bin Salman Sesumbar Ingin Bunuh Raja Arab Saudi pada 2014

Senin, 25 Oktober 2021 - 09:24 WIB
Jika kembali ke Arab Saudi, al-Jabri menghadapi kemungkinan penindasan, pemenjaraan atau tahanan rumah seperti mantan atasannya; menteri dalam negeri yang pernah berkuasa, Pangeran Mohammed bin Nayef, yang digulingkan dari posisinya sebagai putra mahkota oleh Pangeran MBS pada 2017.

Al-Jabri (62) mengeklaim Putra Mahkota MBS tidak akan beristirahat. "Sampai dia melihat saya mati karena dia takut akan informasi saya," katanya, yang dilansir AP, Senin (25/10/2021).

Dia menggambarkan Pangeran MBS sebagai seorang psikopat dan pembunuh.

Putra Mahkota MBS pernah memicu kecaman global setelah terungkap bahwa sejumlah anak buahnya telah membunuh jurnalis pembangkang Arab Saudi Jamal Khashoggi di dalam Konsulat Saudi di Turki pada Oktober 2018.

Setelah rekaman dari dalam konsulat dibocorkan oleh otoritas Turki, Arab Saudi mengeklaim bahwa itu adalah upaya yang dimaksudkan untuk secara paksa membawa Khashoggi kembali ke negaranya, dan itu menjadi serba salah.



Putra mahkota membantah mengetahui operasi itu, meskipun penilaian intelijen AS sebaliknya.

Al-Jabri mengeklaim bahwa dalam pertemuan tahun 2014 dengan Pangeran Mohammed bin Nayef, yang merupakan kepala intelijen karena menjabat menteri dalam negeri pada saat itu, MBS yang jauh lebih muda mengatakan dia bisa membunuh Raja Abdullah untuk memberi jalan bagi ayahnya naik takhta.

“Dia mengatakan kepadanya, ‘Saya ingin membunuh Raja Abdullah. Saya mendapatkan cincin racun dari Rusia. Cukup bagi saya untuk berjabat tangan dengannya dan dia akan selesai',” kata al-Jabri.

Dia mengeklaim bahwa intelijen Arab Saudi menanggapi ancaman itu dengan serius. Masalah itu, kata al-Jabri, kemudian ditangani di internal keluarga kerajaan.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More