Pantai Bikini, Gebrakan Mohammed bin Salman untuk Arab Saudi yang Bebas
Minggu, 24 Oktober 2021 - 03:58 WIB
RIYADH - Pure Beach, pantai di kawasan King Abdullah Economic City, Arab Saudi , menjadi sorotan dunia karena membebaskan para turis perempuan memakai bikini dan berpelukan dengan pasangannya. Pemandangan tak biasa di kerajaan penampung situs tersuci umat Islam ini adalah gebrakan Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS) untuk mencitrakan negaranya menjadi bebas, tak seperti dulu.
Asma, salah satu turis perempuan, mengatakan kepada AFP bahwa menghabiskan hari di pantai Arab Saudi bersama kekasihnya tak pernah terpikirkan sebelumnya. Sebab, negara itu dikenal sangat konservatif.
Kini, wanita berusia 32 tahun itu berdansa dengan pasangannya di atas pasir putih di tepi Laut Merah, diiringi dentuman musik dari pengeras suara.
Ini adalah pengingat kecil dari perubahan yang sedang berlangsung di kerajaan Islam tersebut, yang berusaha untuk mengurangi beberapa striktur sosial yang ketat dalam dorongan modernisasi pada saat yang sama dengan tindakan keras terhadap perbedaan pendapat.
Musik dilarang di tempat umum sampai tahun 2017, sebuah tindakan yang diberlakukan oleh polisi agama, dan perempuan hanya diizinkan mengemudi setahun kemudian. Pengunjung pantai biasanya masih dipisahkan antara pria dan wanita.
Namun dengan masing-masing 300 riyal Arab Saudi (USD80), Asma dan kekasihnya dapat memasuki Pure Beach dekat Jeddah, dengan musik, tarian, dan taman air tiupnya yang mengeja tulisan “Saudi Arabia” dalam bahasa Inggris jika dilihat dari atas.
"Saya senang bahwa saya sekarang bisa datang ke pantai terdekat untuk menikmati waktu saya," katanya kepada AFP, mengenakan gaun biru di atas pakaian renangnya.
"Ini adalah lambang kesenangan...ini adalah impian kami untuk datang ke sini dan menghabiskan akhir pekan yang indah," imbuh turis wanita tersebut, yang oleh AFP tak disebutkan kewarganegaraannya.
Bilal Saudi, kepala acara di King Abdullah Economic City, mengatakan pantai itu menargetkan “pengunjung lokal dan turis [asing]”.
“Saya merasa bahwa saya tidak lagi harus bepergian [ke luar negeri] untuk bersenang-senang...karena semuanya ada di sini,” kata Dima, seorang pengusaha muda Saudi, sambil bergoyang mengikuti musik.
Staf di pantai mengatakan mereka tidak tahu apakah pasangan yang berkunjung sudah menikah atau belum. Baru dua tahun yang lalu pasangan asing yang belum menikah diizinkan untuk berbagi kamar hotel.
Demi “privasi”, seperti yang dikatakan staf, ponsel disita dan disimpan dalam kantong plastik.
“Saya terkejut dengan kebebasan dan keterbukaan di pantai, sesuatu yang akan dialami di Amerika Serikat,” kata pengunjung pantai, Mohammed Saleh.
Satu hal yang masih kurang, kata pengunjung, adalah koktail, dengan larangan alkohol secara nasional masih berlaku.
“Hidup itu normal [di Arab Saudi],” kata Asma, yang menambahkan: “Sebelumnya tidak normal.”
Pure Beach merupakan gebrakan terbaru Mohammed bin Salman dalam menjalankan program Visi Saudi 2030.
Di awal-awal berkuasa, putra Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud ini mencabut larangan perempuan mengemudi di jalan raya. Dia juga melucuti kekuasaan polisi syariah atau polisi agama yang gemar melakukan razia terhadap masyarakat di tempat umum.
Lebih lanjut, MBS membolehkan konser musik dengan penonton bercampur antara laki-laki dan perempuan. Begitu juga dengan bioskop yang dibuka bebas, bahkan menyuguhkan film-film Barat.
Di sektor militer, calon raja Arab Saudi ini membolehkan perempuan menjadi tentara. Bahkan, pasukan keamanan yang berjaga di Masjidil Haram baru-baru ini juga diisi kaum perempuan.
Tak tanggung-tanggung, untuk menghilangkan citra konservatif, Arab Saudi meredam pengeras suara untuk azan di seluruh masjid menjadi volume yang sewajarnya. Langkah ini pernah diprotes para pendukung kaum konservatif, namun MBS menegaskan bahwa siapa pun yang menentang aturan itu akan dianggap sebagai musuh kerajaan.
Asma, salah satu turis perempuan, mengatakan kepada AFP bahwa menghabiskan hari di pantai Arab Saudi bersama kekasihnya tak pernah terpikirkan sebelumnya. Sebab, negara itu dikenal sangat konservatif.
Baca Juga
Kini, wanita berusia 32 tahun itu berdansa dengan pasangannya di atas pasir putih di tepi Laut Merah, diiringi dentuman musik dari pengeras suara.
Ini adalah pengingat kecil dari perubahan yang sedang berlangsung di kerajaan Islam tersebut, yang berusaha untuk mengurangi beberapa striktur sosial yang ketat dalam dorongan modernisasi pada saat yang sama dengan tindakan keras terhadap perbedaan pendapat.
Musik dilarang di tempat umum sampai tahun 2017, sebuah tindakan yang diberlakukan oleh polisi agama, dan perempuan hanya diizinkan mengemudi setahun kemudian. Pengunjung pantai biasanya masih dipisahkan antara pria dan wanita.
Namun dengan masing-masing 300 riyal Arab Saudi (USD80), Asma dan kekasihnya dapat memasuki Pure Beach dekat Jeddah, dengan musik, tarian, dan taman air tiupnya yang mengeja tulisan “Saudi Arabia” dalam bahasa Inggris jika dilihat dari atas.
"Saya senang bahwa saya sekarang bisa datang ke pantai terdekat untuk menikmati waktu saya," katanya kepada AFP, mengenakan gaun biru di atas pakaian renangnya.
"Ini adalah lambang kesenangan...ini adalah impian kami untuk datang ke sini dan menghabiskan akhir pekan yang indah," imbuh turis wanita tersebut, yang oleh AFP tak disebutkan kewarganegaraannya.
Bilal Saudi, kepala acara di King Abdullah Economic City, mengatakan pantai itu menargetkan “pengunjung lokal dan turis [asing]”.
“Saya merasa bahwa saya tidak lagi harus bepergian [ke luar negeri] untuk bersenang-senang...karena semuanya ada di sini,” kata Dima, seorang pengusaha muda Saudi, sambil bergoyang mengikuti musik.
Staf di pantai mengatakan mereka tidak tahu apakah pasangan yang berkunjung sudah menikah atau belum. Baru dua tahun yang lalu pasangan asing yang belum menikah diizinkan untuk berbagi kamar hotel.
Demi “privasi”, seperti yang dikatakan staf, ponsel disita dan disimpan dalam kantong plastik.
“Saya terkejut dengan kebebasan dan keterbukaan di pantai, sesuatu yang akan dialami di Amerika Serikat,” kata pengunjung pantai, Mohammed Saleh.
Satu hal yang masih kurang, kata pengunjung, adalah koktail, dengan larangan alkohol secara nasional masih berlaku.
“Hidup itu normal [di Arab Saudi],” kata Asma, yang menambahkan: “Sebelumnya tidak normal.”
Pure Beach merupakan gebrakan terbaru Mohammed bin Salman dalam menjalankan program Visi Saudi 2030.
Di awal-awal berkuasa, putra Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud ini mencabut larangan perempuan mengemudi di jalan raya. Dia juga melucuti kekuasaan polisi syariah atau polisi agama yang gemar melakukan razia terhadap masyarakat di tempat umum.
Lebih lanjut, MBS membolehkan konser musik dengan penonton bercampur antara laki-laki dan perempuan. Begitu juga dengan bioskop yang dibuka bebas, bahkan menyuguhkan film-film Barat.
Di sektor militer, calon raja Arab Saudi ini membolehkan perempuan menjadi tentara. Bahkan, pasukan keamanan yang berjaga di Masjidil Haram baru-baru ini juga diisi kaum perempuan.
Tak tanggung-tanggung, untuk menghilangkan citra konservatif, Arab Saudi meredam pengeras suara untuk azan di seluruh masjid menjadi volume yang sewajarnya. Langkah ini pernah diprotes para pendukung kaum konservatif, namun MBS menegaskan bahwa siapa pun yang menentang aturan itu akan dianggap sebagai musuh kerajaan.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda