Tak Mau Kalah dengan Iran, Israel Gelar Latihan Intens Serang Fasilitas Nuklir Teheran
Jum'at, 22 Oktober 2021 - 10:15 WIB
TEL AVIV - Pasukan pertahanan Israel (IDF) dilaporkan melakukan latihan intens untuk kemungkinan serangan udara terhadap fasilitas nuklir Iran jika negosiasi Wina gagal. Itu dilakukan setelah mendapatkan persetujuan untuk anggaran USD1,5 miliar khusus untuk membiayai program tersebut.
Laporan itu pertama kali muncul stasiun televis Israel, Channel 12, pada hari Kamis. Laporan itu mengklaim bahwa Kepala Staf IDF Aviv Kochavi telah mengarahkan Angkatan Udara Israel berlatih "secara intensif" untuk serangan terhadap fasilitas yang menjadi pusat program nuklir Iran seperti dikutip dari Sputnik, Jumat (22/10/2021).
Laporan itu tidak mengatakan di mana latihan itu dilakukan atau apakah latihan itu disimulasikan atau dilakukan dengan pesawat yang sebenarnya. Stasiun televisi Israel itu juga tidak memberikan sumber untuk laporan itu.
Berita itu muncul hanya dua hari setelah pemerintah Israel menyetujui tambahan dana USD1,5 miliar untuk anggaran pertahanan 2022 untuk mempersiapkan serangan semacam itu, sebuah program yang diberi jeda dua tahun setelah pemerintahan Trump secara sepihak menarik diri dari perjanjian nuklir Iran dan menerapkan kembali sanksi yang dirancang untuk mencekik ekonomi Iran.
Tel Aviv selalu tidak menyetujui perjanjian yang diberinama Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Perdana Menteri Benjamin Netanyahu saat itu termasuk di antara sedikit pemimpin yang mendukung klaim Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bahwa Iran diam-diam menghindari pembatasan kesepakatan.
Menanggapi langkah Trump, Iran mulai memproduksi kemurnian uranium yang lebih tinggi dan dalam jumlah yang lebih besar daripada yang diizinkan berdasarkan kesepakatan nuklir, meskipun tidak ada yang mendekati yang mampu digunakan untuk membuat bom nuklir.
Sementara para pemimpin Israel dan AS telah berulang kali mengklaim bahwa Iran hanya dalam waktu singkat memiliki senjata yang layak, intelijen militer Israel baru-baru ini mengatakan Iran tidak akan memiliki bom nuklir dalam waktu dekat.
Sejak Presiden AS Joe Biden menjabat, enam putaran pembicaraan yang diarahkan untuk menghidupkan kembali JCPOA telah diadakan di Wina, tetapi belum ada kesepakatan yang tercapai. Putaran ketujuh akan segera dimulai, dan pemerintahan Perdana Menteri Israel Naftali Bennett telah meningkatkan tekanan tentang perlunya kesepakatan yang lebih kuat dan bagi Israel serta AS untuk menyusun "Rencana B" jika pembicaraan akhirnya gagal.
Laporan itu pertama kali muncul stasiun televis Israel, Channel 12, pada hari Kamis. Laporan itu mengklaim bahwa Kepala Staf IDF Aviv Kochavi telah mengarahkan Angkatan Udara Israel berlatih "secara intensif" untuk serangan terhadap fasilitas yang menjadi pusat program nuklir Iran seperti dikutip dari Sputnik, Jumat (22/10/2021).
Laporan itu tidak mengatakan di mana latihan itu dilakukan atau apakah latihan itu disimulasikan atau dilakukan dengan pesawat yang sebenarnya. Stasiun televisi Israel itu juga tidak memberikan sumber untuk laporan itu.
Berita itu muncul hanya dua hari setelah pemerintah Israel menyetujui tambahan dana USD1,5 miliar untuk anggaran pertahanan 2022 untuk mempersiapkan serangan semacam itu, sebuah program yang diberi jeda dua tahun setelah pemerintahan Trump secara sepihak menarik diri dari perjanjian nuklir Iran dan menerapkan kembali sanksi yang dirancang untuk mencekik ekonomi Iran.
Tel Aviv selalu tidak menyetujui perjanjian yang diberinama Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Perdana Menteri Benjamin Netanyahu saat itu termasuk di antara sedikit pemimpin yang mendukung klaim Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bahwa Iran diam-diam menghindari pembatasan kesepakatan.
Menanggapi langkah Trump, Iran mulai memproduksi kemurnian uranium yang lebih tinggi dan dalam jumlah yang lebih besar daripada yang diizinkan berdasarkan kesepakatan nuklir, meskipun tidak ada yang mendekati yang mampu digunakan untuk membuat bom nuklir.
Sementara para pemimpin Israel dan AS telah berulang kali mengklaim bahwa Iran hanya dalam waktu singkat memiliki senjata yang layak, intelijen militer Israel baru-baru ini mengatakan Iran tidak akan memiliki bom nuklir dalam waktu dekat.
Sejak Presiden AS Joe Biden menjabat, enam putaran pembicaraan yang diarahkan untuk menghidupkan kembali JCPOA telah diadakan di Wina, tetapi belum ada kesepakatan yang tercapai. Putaran ketujuh akan segera dimulai, dan pemerintahan Perdana Menteri Israel Naftali Bennett telah meningkatkan tekanan tentang perlunya kesepakatan yang lebih kuat dan bagi Israel serta AS untuk menyusun "Rencana B" jika pembicaraan akhirnya gagal.
tulis komentar anda