COVID-19 Menggila di Rusia, Putin Diminta Liburkan Pekerja Selama Seminggu

Rabu, 20 Oktober 2021 - 02:13 WIB
Covid-19 menggila di Rusia, Putin diminta liburkan pekerja selama seminggu. Foto/Ilustrasi
MOSKOW - Wakil Perdana Menteri Rusia , Tatyana Golikova, menyarankan agar pekerja diliburkan selama seminggu di tengah lonjakan kasus COVID-19 yang terus mencatat rekor tertinggi. Periode untuk tidak bekerja itu akan dimulai pada 30 Oktober mendatang.

" Kabinet akan meminta persetujuan Presiden Vladimir Putin ," katanya seperti dikutip dari Newsweek, Rabu (20/10/2021).

Golikova juga mendorong daerah untuk bergerak lebih aktif guna menerapkan kode digital bagi akses ke area publik. Dia juga mendesak otoritas regional untuk segera memerintahkan orang berusia di atas 60 yang belum menerima vaksin agar mengisolasi diri di rumah mereka.

Rusia kembali mencatat jumlah rekor kematian tertinggi akibat COVID-19 pada Selasa kemarin. Lebih dari 1.000 kematian akibat virus Corona baru dilaporkan oleh satuan tugas pemerintah selama 24 jam. Angka ini tertinggi sejak awal pandemi dan lebih tinggi dari rekor yang terjadi sebelumnya pada Sabtu lalu. Korban meninggal akibat COVID-19 di Rusia sekarang mencapai 225.325, tertinggi di Eropa, dan total infeksi baru mencapai 33.740.





Hingga saat ini, Kremlin telah mengesampingkan kemungkinan melakukan penguncian nasional seperti yang dilakukan pada awal pandemi. Saat itu kebijakan tersebut memberikan pukulan yang berat bagi perekonomian dan melemahkan popularitas Putin.

Menanggapi situasi ini, Putin telah menggarisbawahi pentingnya vaksinasi luas tetapi menekankan bahwa itu harus tetap bersifat sukarela.

Gugus tugas virus Corona pemerintah mengatakan Senin bahwa sekitar 45 juta warga Rusia, atau 32 persen dari hampir 146 juta penduduk negara itu, telah divaksinasi sepenuhnya.

Pihak berwenang juga telah membuka lokasi vaksinasi di pusat perbelanjaan dan fasilitas lain di luar klinik dan mencoba mendorong orang untuk mendapatkan vaksinasi dengan lotere, bonus, dan insentif lainnya. Meski begutu semua upaya itu gagal untuk mempercepat upaya secara signifikan.

Juru bicara Putin Dmitry Peskov mencatat sementara pemerintah telah melakukan segalanya untuk membuat vaksin mudah tersedia, seharusnya lebih proaktif dalam upayanya untuk mendorong vaksinasi.

"Jelas, lebih banyak yang harus dilakukan untuk menjelaskan kurangnya alternatif vaksinasi," kata Peskov.



Ditanya apakah pemerintah dapat mengizinkan impor vaksin asing untuk membantu meningkatkan penyerapan, Peskov menuduh bahwa skeptisisme vaksin tidak terbatas pada suntikan domestik. Dia juga menekankan bahwa masalah ini harus diselesaikan secara adil. Pembicaraan Rusia-Uni Eropa tentang pengakuan vaksin virus Corona telah berlarut-larut tanpa akhir yang terlihat.

Sambil menolak penguncian nasional, Kremlin memberdayakan otoritas di 11 zona waktu negara itu untuk memutuskan pembatasan tergantung pada situasi setempat.

Banyak dari 85 wilayah Rusia telah membatasi kehadiran di acara publik besar dan akses terbatas ke teater, restoran, dan tempat lainnya. Beberapa telah membuat vaksinasi wajib untuk kategori pegawai negeri tertentu dan orang yang lebih tua dari 60 tahun.

Satuan Tugas Pemerintah telah mendaftarkan total lebih dari 8 juta infeksi dan Rusia memiliki angka kematian pandemi kelima tertinggi di dunia menyusul Amerika Serikat, Brasil, India dan Meksiko.

Namun, Badan Statistik Negara Rosstat, yang juga menghitung kematian di mana virus itu tidak dianggap sebagai penyebab utama, telah melaporkan korban tewas pandemi yang jauh lebih tinggi - sekitar 418.000 orang dengan COVID-19 pada Agustus. Berdasarkan angka itu, Rusia akan menjadi negara yang paling terpukul keempat, di depan Meksiko.

(ian)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More