AS Akui Tidak Tahu Cara Bertahan Lawan Rudal Hipersonik China dan Rusia
Rabu, 20 Oktober 2021 - 01:39 WIB
JENEWA - Pasukan militer Amerika Serikat (AS) tidak tahu bagaimana cara bertahan terhadap sistem rudal tercanggih China dan Rusia . Hal itu diungkapkan seorang diplomat senior AS.
Pernyataan ini munculsetelah laporan mengejutkan menyatakan bahwa China menguji rudal hipersonik berkemampuan nuklir awal tahun ini. Pemerintah China sendiri telah membantah laporan tersebut, sebagai gantinya mereka mengklaim sedang menguji pesawat ruang angkasa.
“Teknologi hipersonik adalah sesuatu yang kami khawatirkan,” kata Duta Besar Robert Wood, yang mewakili Amerika Serikat pada Konferensi Perlucutan Senjata di Jenewa, Swiss.
“Kami hanya tidak tahu bagaimana kami bisa bertahan melawan teknologi itu, China juga tidak, begitu pun Rusia,” imbuhnya seperti dikutip dari Washington Examiner, Rabu (20/10/2021).
Pengakuan itu mengikuti laporan bahwa China menguji rudal hipersonik pada Agustus lalu yang mengorbit dunia tetapi meleset dari targetnya lebih dari 20 mil. Pejabat China menyangkal melakukan uji coba senjata, tetapi Wood menyebut perkembangan itu sebagai katalis untuk penumpukan senjata hipersonik.
“Kami telah melihat China dan Rusia sangat aktif menggunakan, militerisasi teknologi ini, jadi kami hanya harus merespons dengan baik,” ujarnya.
China menyatakan bahwa uji coba rudal yang dilaporkan sebenarnya adalah pesawat ruang angkasa yang dirancang untuk melakukan perjalanan pulang pergi.
“Ini adalah tes rutin pesawat ruang angkasa untuk memverifikasi teknologi kegunaan kembali pesawat ruang angkasa. Ini sangat penting untuk mengurangi biaya penggunaan pesawat ruang angkasa dan menyediakan cara yang nyaman dan murah untuk transportasi dua arah umat manusia dalam penggunaan ruang yang damai,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian kepada wartawan awal pekan ini.
"Beberapa perusahaan di seluruh dunia telah melakukan tes serupa," ia menambahkan.
Rudal balistik antarbenua berbagi banyak teknologi dan proses serupa yang melekat dalam program peluncuran luar angkasa, tumpang tindih yang telah digarisbawahi oleh pejabat dan analis AS dalam konteks pengembangan teknologi Iran yang dapat mengirimkan hulu ledak nuklir.
"Kami telah memperjelas kekhawatiran kami tentang kemampuan militer yang terus dikejar China, kemampuan yang hanya meningkatkan ketegangan di kawasan dan sekitarnya," kata juru bicara Pentagon John Kirby dalam menanggapi tes tersebut.
Sementara laporan itu menunjukkan China telah mengembangkan rudal yang dapat menghindari sistem pertahanan rudal AS, beberapa analis berpendapat bahwa inovasi terbaru hanya menambah sedikit kemampuan China untuk menyerang AS.
“China sudah memiliki 100 ICBM bersenjata nuklir yang dapat menyerang AS,” tulis Jeffrey Lewis dari Middlebury Institute di Twitter.
“Sebuah sistem baru untuk menghindari pertahanan kita hanya mengancam jika kita berencana untuk menghancurkan/mencegat ICBM China dalam krisis. Yang pasti kita tidak melakukannya,” pungkasnya.
Pernyataan ini munculsetelah laporan mengejutkan menyatakan bahwa China menguji rudal hipersonik berkemampuan nuklir awal tahun ini. Pemerintah China sendiri telah membantah laporan tersebut, sebagai gantinya mereka mengklaim sedang menguji pesawat ruang angkasa.
“Teknologi hipersonik adalah sesuatu yang kami khawatirkan,” kata Duta Besar Robert Wood, yang mewakili Amerika Serikat pada Konferensi Perlucutan Senjata di Jenewa, Swiss.
“Kami hanya tidak tahu bagaimana kami bisa bertahan melawan teknologi itu, China juga tidak, begitu pun Rusia,” imbuhnya seperti dikutip dari Washington Examiner, Rabu (20/10/2021).
Pengakuan itu mengikuti laporan bahwa China menguji rudal hipersonik pada Agustus lalu yang mengorbit dunia tetapi meleset dari targetnya lebih dari 20 mil. Pejabat China menyangkal melakukan uji coba senjata, tetapi Wood menyebut perkembangan itu sebagai katalis untuk penumpukan senjata hipersonik.
“Kami telah melihat China dan Rusia sangat aktif menggunakan, militerisasi teknologi ini, jadi kami hanya harus merespons dengan baik,” ujarnya.
China menyatakan bahwa uji coba rudal yang dilaporkan sebenarnya adalah pesawat ruang angkasa yang dirancang untuk melakukan perjalanan pulang pergi.
“Ini adalah tes rutin pesawat ruang angkasa untuk memverifikasi teknologi kegunaan kembali pesawat ruang angkasa. Ini sangat penting untuk mengurangi biaya penggunaan pesawat ruang angkasa dan menyediakan cara yang nyaman dan murah untuk transportasi dua arah umat manusia dalam penggunaan ruang yang damai,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian kepada wartawan awal pekan ini.
"Beberapa perusahaan di seluruh dunia telah melakukan tes serupa," ia menambahkan.
Rudal balistik antarbenua berbagi banyak teknologi dan proses serupa yang melekat dalam program peluncuran luar angkasa, tumpang tindih yang telah digarisbawahi oleh pejabat dan analis AS dalam konteks pengembangan teknologi Iran yang dapat mengirimkan hulu ledak nuklir.
"Kami telah memperjelas kekhawatiran kami tentang kemampuan militer yang terus dikejar China, kemampuan yang hanya meningkatkan ketegangan di kawasan dan sekitarnya," kata juru bicara Pentagon John Kirby dalam menanggapi tes tersebut.
Sementara laporan itu menunjukkan China telah mengembangkan rudal yang dapat menghindari sistem pertahanan rudal AS, beberapa analis berpendapat bahwa inovasi terbaru hanya menambah sedikit kemampuan China untuk menyerang AS.
“China sudah memiliki 100 ICBM bersenjata nuklir yang dapat menyerang AS,” tulis Jeffrey Lewis dari Middlebury Institute di Twitter.
“Sebuah sistem baru untuk menghindari pertahanan kita hanya mengancam jika kita berencana untuk menghancurkan/mencegat ICBM China dalam krisis. Yang pasti kita tidak melakukannya,” pungkasnya.
(ian)
Lihat Juga :
tulis komentar anda