Wartawan Australia Jadi Korban Keberingasan Polisi AS
Selasa, 02 Juni 2020 - 20:05 WIB
"Kami menganggap serius perlakuan buruk terhadap jurnalis, seperti halnya semua orang yang menganggap serius demokrasi," kata Duta Besar AS untuk Australia, Arthur Culvahouse, di Twitter.
Polisi AS - dengan dukungan dari personel militer - telah secara paksa membersihkan alun-alun dari pemrotes damai untuk memungkinkan Presiden Donald Trump meninggalkan Gedung Putih.
Trump telah menghadapi kritik pedas terkait caranya menangani aksi protes selama seminggu yang dipicu oleh kematian seorang pria Afro-Amerika yang tidak bersenjata di Minneapolis.
George Floyd meninggal setelah seorang perwira polisi kulit putih mencekik lehernya dengan lutut selama hampir sembilan menit. (Baca: Viral, Video Pria Kulit Hitam Meninggal Dicekik Polisi AS )
Di beberapa kota, demonstrasi telah meningkat menjadi kerusuhan, konfrontasi kekerasan dengan polisi dan penjarahan, mendorong penyebaran Garda Nasional ke sekitar dua lusin negara bagian AS dan jam malam diberlakukan dengan ketat.
Di Sydney, lebih dari 1.000 orang berpawai oleh konsulat AS dalam aksi solidaritas terhadap para pemrotes Amerika. Para demonstran menyerukan kepada pemerintah mereka sendiri untuk berbuat lebih banyak guna menghentikan perlakukan kejam terhadap suku asli Australia Aborigin.
"Black Lives adalah gerakan dunia, bukan hanya gerakan Amerika," kata Tristan Field, seorang pengunjuk rasa First Nations.
"Ada orang kulit hitam sekarat di Australia sama seperti ada orang kulit hitam sekarat di Amerika sekarang," imbuhnya.
Dalam tiga dekade sejak penyelidikan pemerintah atas kematian Aborigin dalam tahanan, ada 420 kasus lagi, menurut penghitungan Amnesty International, tanpa ada hukuman yang dicatat sebagai hasilnya.
Polisi AS - dengan dukungan dari personel militer - telah secara paksa membersihkan alun-alun dari pemrotes damai untuk memungkinkan Presiden Donald Trump meninggalkan Gedung Putih.
Trump telah menghadapi kritik pedas terkait caranya menangani aksi protes selama seminggu yang dipicu oleh kematian seorang pria Afro-Amerika yang tidak bersenjata di Minneapolis.
George Floyd meninggal setelah seorang perwira polisi kulit putih mencekik lehernya dengan lutut selama hampir sembilan menit. (Baca: Viral, Video Pria Kulit Hitam Meninggal Dicekik Polisi AS )
Di beberapa kota, demonstrasi telah meningkat menjadi kerusuhan, konfrontasi kekerasan dengan polisi dan penjarahan, mendorong penyebaran Garda Nasional ke sekitar dua lusin negara bagian AS dan jam malam diberlakukan dengan ketat.
Di Sydney, lebih dari 1.000 orang berpawai oleh konsulat AS dalam aksi solidaritas terhadap para pemrotes Amerika. Para demonstran menyerukan kepada pemerintah mereka sendiri untuk berbuat lebih banyak guna menghentikan perlakukan kejam terhadap suku asli Australia Aborigin.
"Black Lives adalah gerakan dunia, bukan hanya gerakan Amerika," kata Tristan Field, seorang pengunjuk rasa First Nations.
"Ada orang kulit hitam sekarat di Australia sama seperti ada orang kulit hitam sekarat di Amerika sekarang," imbuhnya.
Dalam tiga dekade sejak penyelidikan pemerintah atas kematian Aborigin dalam tahanan, ada 420 kasus lagi, menurut penghitungan Amnesty International, tanpa ada hukuman yang dicatat sebagai hasilnya.
(ber)
Lihat Juga :
tulis komentar anda