Hubungan dengan Prancis Tegang, Mali Terima 4 Helikopter dan Senjata dari Rusia
Jum'at, 01 Oktober 2021 - 23:29 WIB
BAMAKO - Satu pesawat kargo mengirimkan empat helikopter, senjata dan amunisi dari Rusia ke Mali pada Kamis malam (30/9/2021).
Pernyataan itu diungkapkan Menteri Pertahanan sementara Mali Sadio Camara.
Dia mengatakan Mali telah membeli helikopter dalam kontrak yang disepakati pada Desember 2020 untuk mendukung angkatan bersenjatanya dalam pertempuran mereka bersama pasukan Prancis, Eropa dan PBB melawan pemberontak yang terkait ISIS dan al-Qaeda.
“Mali membeli helikopter-helikopter ini dari Federasi Rusia, negara sahabat di mana Mali selalu memelihara kemitraan yang sangat bermanfaat,” ungkap dia kepada media lokal di landasan setelah pesawat kargo mendarat di ibu kota Bamako.
Dia menjelaskan, senjata dan amunisi juga diberikan oleh Rusia.
Pengiriman itu dilakukan pada saat hubungan tegang antara Mali dan mitra militer utamanya Prancis atas laporan Bamako dapat merekrut tentara bayaran Rusia saat Paris membentuk kembali misi kontra-terorisme yang beranggotakan 5.000 orang di wilayah tersebut.
Sumber diplomatik dan keamanan mengatakan kepada Reuters bahwa junta militer Mali yang berusia satu tahun hampir merekrut Grup Wagner Rusia.
Prancis telah meluncurkan upaya diplomatik untuk menggagalkan upaya Mali, dengan mengatakan tindakan seperti itu tidak sesuai dengan kehadiran Prancis yang berkelanjutan.
Sementara itu perdana menteri Mali pada Sabtu menuduh Paris meninggalkan Bamako dalam pidatonya di PBB.
Menanggapi tuduhan ini untuk pertama kalinya, Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Kamis mempertanyakan legitimasi otoritas Mali yang mengawasi transisi ke pemilu setelah dua kudeta hanya dalam waktu setahun.
“Apa yang dikatakan perdana menteri Mali tidak dapat diterima. Memalukan. Dan itu tidak menghormati apa yang bahkan bukan pemerintah,” ujar Macron kepada Radio France International.
Reuters tidak dapat menghubungi Grup Wagner untuk memberikan komentar terkait laporan terbaru itu.
Pernyataan itu diungkapkan Menteri Pertahanan sementara Mali Sadio Camara.
Dia mengatakan Mali telah membeli helikopter dalam kontrak yang disepakati pada Desember 2020 untuk mendukung angkatan bersenjatanya dalam pertempuran mereka bersama pasukan Prancis, Eropa dan PBB melawan pemberontak yang terkait ISIS dan al-Qaeda.
“Mali membeli helikopter-helikopter ini dari Federasi Rusia, negara sahabat di mana Mali selalu memelihara kemitraan yang sangat bermanfaat,” ungkap dia kepada media lokal di landasan setelah pesawat kargo mendarat di ibu kota Bamako.
Dia menjelaskan, senjata dan amunisi juga diberikan oleh Rusia.
Pengiriman itu dilakukan pada saat hubungan tegang antara Mali dan mitra militer utamanya Prancis atas laporan Bamako dapat merekrut tentara bayaran Rusia saat Paris membentuk kembali misi kontra-terorisme yang beranggotakan 5.000 orang di wilayah tersebut.
Sumber diplomatik dan keamanan mengatakan kepada Reuters bahwa junta militer Mali yang berusia satu tahun hampir merekrut Grup Wagner Rusia.
Prancis telah meluncurkan upaya diplomatik untuk menggagalkan upaya Mali, dengan mengatakan tindakan seperti itu tidak sesuai dengan kehadiran Prancis yang berkelanjutan.
Sementara itu perdana menteri Mali pada Sabtu menuduh Paris meninggalkan Bamako dalam pidatonya di PBB.
Menanggapi tuduhan ini untuk pertama kalinya, Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Kamis mempertanyakan legitimasi otoritas Mali yang mengawasi transisi ke pemilu setelah dua kudeta hanya dalam waktu setahun.
“Apa yang dikatakan perdana menteri Mali tidak dapat diterima. Memalukan. Dan itu tidak menghormati apa yang bahkan bukan pemerintah,” ujar Macron kepada Radio France International.
Reuters tidak dapat menghubungi Grup Wagner untuk memberikan komentar terkait laporan terbaru itu.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda