Menlu Retno: 13.000 Senjata Nuklir Jadi Ancaman Keamanan Dunia
Rabu, 29 September 2021 - 09:26 WIB
NEW YORK CITY - Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia Retno Lestari Priansari Marsudi menegaskan ada sekitar 13.000 senjata nuklir yang menjadi ancaman perdamaian dan keamanan dunia.
Penegasan itu disampaikan dalam forum "High-level Plenary Meeting on the International Day for the Total Elimination of Nuclear Weapons" Sidang ke-76 Majelis Umum PBB di New York, Selasa (28/9/2021).
Pertemuan ini adalah pertemuan tahunan yang dimandatkan oleh Majelis Umum PBB.
"Indonesia adalah koordinator Gerakan Non-Blok dan sebagai salah satu proponen utama dari adanya peringatan total elimination ini. Upaya untuk mendorong isu nuclear disarmament ini bahkan sebenarnya sudah dilakukan sejak sebelum Covid-19," kata Menlu Retno dalam transkrip yang disampaikan Kementerian Luar Negeri Indonesia, Rabu (29/9/2021).
"Kita berpandangan bahwa Covid-19 tidak boleh membiarkan masyarakat internasional kehilangan fokus pada isu yang amat penting ini," ujarnya.
Dalam pertemuan yang dihadiri sejumlah menlu termasuk dari Afrika Selatan, Brazil, Norwegia, Senegal hingga Thailand, Retno menyampaikan bahwa harapan dunia untuk terbebas dari ancaman senjata nuklir masih elusif.
"Hingga saat ini kita lihat masih terdapat 13.000 (tiga belas ribu) senjata nuklir yang menjadi ancaman terhadap perdamaian dan
keamanan dunia," katanya.
Retno tidak merinci negara-negara yang memiliki senjata nuklir sebanyak itu. Namun, berbagai organisasi anti-senjata nuklir kerap mengungkap bahwa Amerika Serikat dan Rusia merupakan dua negara pemilik terbesar senjata nuklir dunia.
"Dunia tidak akan pernah merasa aman sampai seluruh senjata tersebut dimusnahkan," ujar Retno.
"Di dalam pertemuan, saya menekankan dua pesan utama, yaitu pertama, Traktat Non-proliferasi harus senantiasa ditegakkan," paparnya.
Menurutnya, seluruh negara harus menjalankan komitmennya terhadap traktat tersebut. Perlombaan senjata nuklir dan power projection, kata Retno, harus dihentikan agar tidak merusak integritas dan kredibilitas dari traktat non-proliferasi.
"Adanya kemungkinan senjata nuklir jatuh ke tangan non-state actors harus menjadi landasan atau alasan kuat bagi kita semua untuk mempercepat perlucutan senjata nuklir," katanya.
Pesan kedua dari diplomat top Indonesia tersebut adalah mengenai pentingnya memperkuat arsitektur perlucutan senjata nuklir.
Dia mengatakan pemberlakukan Treaty for the Prohibition of Nuclear Weapons tahun ini merupakan tonggak sejarah yang sangat penting.
"Traktat ini memberikan kerangka hukum untuk mendelegitimasi senjata nuklir," katanya.
"Saya tegaskan kalau dunia tidak akan mendapatkan manfaat dari keberadaan senjata nuklir."
"Pemusnahan senjata nuklir adalah satu-satunya cara untuk melindungi penghuni dan masa depan bumi ini," imbuh dia.
Penegasan itu disampaikan dalam forum "High-level Plenary Meeting on the International Day for the Total Elimination of Nuclear Weapons" Sidang ke-76 Majelis Umum PBB di New York, Selasa (28/9/2021).
Pertemuan ini adalah pertemuan tahunan yang dimandatkan oleh Majelis Umum PBB.
"Indonesia adalah koordinator Gerakan Non-Blok dan sebagai salah satu proponen utama dari adanya peringatan total elimination ini. Upaya untuk mendorong isu nuclear disarmament ini bahkan sebenarnya sudah dilakukan sejak sebelum Covid-19," kata Menlu Retno dalam transkrip yang disampaikan Kementerian Luar Negeri Indonesia, Rabu (29/9/2021).
"Kita berpandangan bahwa Covid-19 tidak boleh membiarkan masyarakat internasional kehilangan fokus pada isu yang amat penting ini," ujarnya.
Dalam pertemuan yang dihadiri sejumlah menlu termasuk dari Afrika Selatan, Brazil, Norwegia, Senegal hingga Thailand, Retno menyampaikan bahwa harapan dunia untuk terbebas dari ancaman senjata nuklir masih elusif.
"Hingga saat ini kita lihat masih terdapat 13.000 (tiga belas ribu) senjata nuklir yang menjadi ancaman terhadap perdamaian dan
keamanan dunia," katanya.
Retno tidak merinci negara-negara yang memiliki senjata nuklir sebanyak itu. Namun, berbagai organisasi anti-senjata nuklir kerap mengungkap bahwa Amerika Serikat dan Rusia merupakan dua negara pemilik terbesar senjata nuklir dunia.
"Dunia tidak akan pernah merasa aman sampai seluruh senjata tersebut dimusnahkan," ujar Retno.
"Di dalam pertemuan, saya menekankan dua pesan utama, yaitu pertama, Traktat Non-proliferasi harus senantiasa ditegakkan," paparnya.
Menurutnya, seluruh negara harus menjalankan komitmennya terhadap traktat tersebut. Perlombaan senjata nuklir dan power projection, kata Retno, harus dihentikan agar tidak merusak integritas dan kredibilitas dari traktat non-proliferasi.
"Adanya kemungkinan senjata nuklir jatuh ke tangan non-state actors harus menjadi landasan atau alasan kuat bagi kita semua untuk mempercepat perlucutan senjata nuklir," katanya.
Pesan kedua dari diplomat top Indonesia tersebut adalah mengenai pentingnya memperkuat arsitektur perlucutan senjata nuklir.
Dia mengatakan pemberlakukan Treaty for the Prohibition of Nuclear Weapons tahun ini merupakan tonggak sejarah yang sangat penting.
"Traktat ini memberikan kerangka hukum untuk mendelegitimasi senjata nuklir," katanya.
"Saya tegaskan kalau dunia tidak akan mendapatkan manfaat dari keberadaan senjata nuklir."
"Pemusnahan senjata nuklir adalah satu-satunya cara untuk melindungi penghuni dan masa depan bumi ini," imbuh dia.
(min)
tulis komentar anda