Perang Suriah Satu Dekade Tak Kunjung Berakhir, 350.209 Orang Terbunuh
Sabtu, 25 September 2021 - 00:22 WIB
JENEWA - Perang Suriah belum mereda hingga hari ini meski sudah berlangsung satu dekade. PBB mencatat sebanyak 350.209 orang telah terbunuh.
Angka korban jiwa itu merupakan penghitungan kantor hak asasi manusia (HAM) PBB pada Jumat (24/9/2021). Itu merupakan laporan pertamanya sejak 2014 tentang jumlah korban tewas dalam konflik di negara yang dipimpin Presiden Bashar al-Assad tersebut.
Angka tersebut termasuk warga sipil dan kombatan dan didasarkan pada metodologi ketat yang mensyaratkan nama lengkap mendiang, serta tanggal dan lokasi kematian yang ditetapkan.
"Atas dasar ini, kami telah menyusun daftar 350.209 orang yang diidentifikasi tewas dalam konflik di Suriah antara Maret 2011 hingga Maret 2021," kata Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Michelle Bachelet kepada Dewan HAM PBB.
"Satu dari setiap 13 korban adalah seorang wanita atau anak-anak," katanya lagi.
"Ini menunjukkan jumlah minimum yang dapat diverifikasi, dan tentu saja jumlah yang terbunuh sebenarnya di bawah hitungan," imbuh dia, seperti dikutip Reuters.
Kantor Bachelet sedang mengerjakan model statistik untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap, yang juga dapat membantu membangun pertanggungjawaban atas beberapa pembunuhan.
Jumlah pembunuhan terbesar yang didokumentasikan, 51.731 orang, tercatat di provinsi Aleppo—wilayah yang lama dikuasai kubu oposisi bersenjata—yang menjadi titik nyala dalam konflik Suriah.
Perang, yang muncul dari pemberontakan melawan pemerintahan Presiden Bashar al-Assad, memicu krisis pengungsi terbesar di dunia. Tetangga-tetangga Suriah menampung 5,6 juta pengungsi, sementara negara-negara Eropa menampung lebih dari 1 juta.
Assad telah merebut kembali sebagian besar wilayah Suriah, tetapi beberapa area signifikan tetap berada di luar kendalinya. Pasukan Turki masih menduduki sebagian besar utara dan barat laut Suriah—benteng besar terakhir pemberontak anti-Assad. Sedangkan pasukan Amerika Serikat masih bercokol di timur dan timur laut Suriah, wilayah yang menjadi basis Kurdi.
Bachelet mengatakan pembaruan sebelumnya oleh kantornya, pada Agustus 2014, melaporkan bahwa setidaknya 191.369 orang telah tewas dalam perang di Suriah.
Data lain dari Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa 500.000 orang telah tewas dalam perang tersebut dan sedang memeriksa 200.000 kasus lebih lanjut.
"Sangat sulit untuk memberikan statistik yang mendekati kenyataan," kata Rami Abdurrahman, direktur Observatorium yang berbasis di Inggris, kepada Reuters di Beirut. "Ada banyak nama dan harus ada dokumentasi untuk memastikannya."
Karen Koning AbuZayd, anggota Komisi Penyelidikan PBB tentang Suriah yang menyelidiki kejahatan perang, mengatakan kepada Dewan HAM PBB pada hari Kamis bahwa insiden penahanan yang melanggar hukum dan tanpa komunikasi oleh pasukan pemerintah tetap "tidak berkurang".
"Ini bukan waktunya bagi siapa pun untuk berpikir bahwa Suriah adalah negara yang layak bagi para pengungsinya untuk kembali. Perang terhadap warga sipil Suriah terus berlanjut," katanya.
Angka korban jiwa itu merupakan penghitungan kantor hak asasi manusia (HAM) PBB pada Jumat (24/9/2021). Itu merupakan laporan pertamanya sejak 2014 tentang jumlah korban tewas dalam konflik di negara yang dipimpin Presiden Bashar al-Assad tersebut.
Angka tersebut termasuk warga sipil dan kombatan dan didasarkan pada metodologi ketat yang mensyaratkan nama lengkap mendiang, serta tanggal dan lokasi kematian yang ditetapkan.
"Atas dasar ini, kami telah menyusun daftar 350.209 orang yang diidentifikasi tewas dalam konflik di Suriah antara Maret 2011 hingga Maret 2021," kata Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Michelle Bachelet kepada Dewan HAM PBB.
"Satu dari setiap 13 korban adalah seorang wanita atau anak-anak," katanya lagi.
"Ini menunjukkan jumlah minimum yang dapat diverifikasi, dan tentu saja jumlah yang terbunuh sebenarnya di bawah hitungan," imbuh dia, seperti dikutip Reuters.
Kantor Bachelet sedang mengerjakan model statistik untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap, yang juga dapat membantu membangun pertanggungjawaban atas beberapa pembunuhan.
Jumlah pembunuhan terbesar yang didokumentasikan, 51.731 orang, tercatat di provinsi Aleppo—wilayah yang lama dikuasai kubu oposisi bersenjata—yang menjadi titik nyala dalam konflik Suriah.
Perang, yang muncul dari pemberontakan melawan pemerintahan Presiden Bashar al-Assad, memicu krisis pengungsi terbesar di dunia. Tetangga-tetangga Suriah menampung 5,6 juta pengungsi, sementara negara-negara Eropa menampung lebih dari 1 juta.
Assad telah merebut kembali sebagian besar wilayah Suriah, tetapi beberapa area signifikan tetap berada di luar kendalinya. Pasukan Turki masih menduduki sebagian besar utara dan barat laut Suriah—benteng besar terakhir pemberontak anti-Assad. Sedangkan pasukan Amerika Serikat masih bercokol di timur dan timur laut Suriah, wilayah yang menjadi basis Kurdi.
Bachelet mengatakan pembaruan sebelumnya oleh kantornya, pada Agustus 2014, melaporkan bahwa setidaknya 191.369 orang telah tewas dalam perang di Suriah.
Data lain dari Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa 500.000 orang telah tewas dalam perang tersebut dan sedang memeriksa 200.000 kasus lebih lanjut.
"Sangat sulit untuk memberikan statistik yang mendekati kenyataan," kata Rami Abdurrahman, direktur Observatorium yang berbasis di Inggris, kepada Reuters di Beirut. "Ada banyak nama dan harus ada dokumentasi untuk memastikannya."
Karen Koning AbuZayd, anggota Komisi Penyelidikan PBB tentang Suriah yang menyelidiki kejahatan perang, mengatakan kepada Dewan HAM PBB pada hari Kamis bahwa insiden penahanan yang melanggar hukum dan tanpa komunikasi oleh pasukan pemerintah tetap "tidak berkurang".
"Ini bukan waktunya bagi siapa pun untuk berpikir bahwa Suriah adalah negara yang layak bagi para pengungsinya untuk kembali. Perang terhadap warga sipil Suriah terus berlanjut," katanya.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda