Peneliti Berburu Hotspot Pandemi Covid-19 untuk Tes Vaksin
Senin, 01 Juni 2020 - 17:30 WIB
LONDON - Gelombang pertama pandemi Covid-19 mungkin mereda. Bagi para pengembang vaksin, itu bisa jadi masalah.
Para pakar di Eropa dan Amerika Serikat (AS) menyatakan kesuksesan lockdown dan kebijakan social distancing di beberapa wilayah dan negara berarti tingkat penyebaran virus mungkin rendah sehingga tidak cukup penyakit yang beredar untuk mengetes potensi vaksin yang sedang dikembangkan.
Mereka mungkin perlu mencari lokasi lain, ke hotspot pandemi di Afrika dan Amerika Latin, untuk mendapatkan hasil yang meyakinkan.
"Ironisnya, jika kita benar-benar berhasil menggunakan langkah kesehatan publik untuk menghilangkan hotspot infeksi virus, ini akan lebih sulit untuk mengetes vaksin," papar Francis Collins, direktur Institut Kesehatan Nasional di AS.
Vaksin penting untuk mengakhiri pandemi yang menewaskan hampir 370.000 orang dan menginfeksi lebih dari 6 juta orang sejauh ini, dengan para pemimpin dunia menganggap vaksin sebagai satu-satunya cara untuk menghidupkan kembali perekonomian.
Dengan melakukan tes klinik skala besar pada potensi vaksin penyakit baru dengan cepat merupakan langkah yang kompleks.
"Agar vaksin dapat bekerja, orang perlu memiliki risiko infeksi di komunitas. Jika virus telah berhenti sementara, maka tes itu sia-sia," kata Ayfer Ali, pakar obat di Warwick Business School, Inggris.
"Solusinyap indah ke wilayah di mana infeksi menyebar luas di komunitas, itu negara seperti Brasil dan Meksiko saat ini," ujar dia.
Tes vaksin dilakukan dengan secara acak memisahkan orang dalam satu grup perawatan dan satu grup kontrol. Grup perawatan mendapatkan vaksin eksperimen dan grup kontrol mendapat placebo. (Baca Juga: Jurnalis Rusia Jadi Korban Demonstrasi di AS, Moskow Kesal)
Semua peserta kembali ke komunitas di mana penyakit itu masih beredar, dan tingkat infeksi dibandingkan. Harapannya, infeksi pada grup kontrol lebih tinggi, sehingga menunjukkan vaksin eksperimen dapat melindungi kelompok lain.
Saat ini pandemi corona di Inggris, Eropa dan Amerika Serikat mulai turun dari puncaknya. Para peneliti vaksin kini harus mencari tempat atau negara lain dengan tingkat infeksi masih tinggi. (Baca Juga: Trump Disebut Bersembunyi di Bunker Saat Terjadi Demonstrasi di Depan Gedung Putih)
Para pakar di Eropa dan Amerika Serikat (AS) menyatakan kesuksesan lockdown dan kebijakan social distancing di beberapa wilayah dan negara berarti tingkat penyebaran virus mungkin rendah sehingga tidak cukup penyakit yang beredar untuk mengetes potensi vaksin yang sedang dikembangkan.
Mereka mungkin perlu mencari lokasi lain, ke hotspot pandemi di Afrika dan Amerika Latin, untuk mendapatkan hasil yang meyakinkan.
"Ironisnya, jika kita benar-benar berhasil menggunakan langkah kesehatan publik untuk menghilangkan hotspot infeksi virus, ini akan lebih sulit untuk mengetes vaksin," papar Francis Collins, direktur Institut Kesehatan Nasional di AS.
Vaksin penting untuk mengakhiri pandemi yang menewaskan hampir 370.000 orang dan menginfeksi lebih dari 6 juta orang sejauh ini, dengan para pemimpin dunia menganggap vaksin sebagai satu-satunya cara untuk menghidupkan kembali perekonomian.
Dengan melakukan tes klinik skala besar pada potensi vaksin penyakit baru dengan cepat merupakan langkah yang kompleks.
"Agar vaksin dapat bekerja, orang perlu memiliki risiko infeksi di komunitas. Jika virus telah berhenti sementara, maka tes itu sia-sia," kata Ayfer Ali, pakar obat di Warwick Business School, Inggris.
"Solusinyap indah ke wilayah di mana infeksi menyebar luas di komunitas, itu negara seperti Brasil dan Meksiko saat ini," ujar dia.
Tes vaksin dilakukan dengan secara acak memisahkan orang dalam satu grup perawatan dan satu grup kontrol. Grup perawatan mendapatkan vaksin eksperimen dan grup kontrol mendapat placebo. (Baca Juga: Jurnalis Rusia Jadi Korban Demonstrasi di AS, Moskow Kesal)
Semua peserta kembali ke komunitas di mana penyakit itu masih beredar, dan tingkat infeksi dibandingkan. Harapannya, infeksi pada grup kontrol lebih tinggi, sehingga menunjukkan vaksin eksperimen dapat melindungi kelompok lain.
Saat ini pandemi corona di Inggris, Eropa dan Amerika Serikat mulai turun dari puncaknya. Para peneliti vaksin kini harus mencari tempat atau negara lain dengan tingkat infeksi masih tinggi. (Baca Juga: Trump Disebut Bersembunyi di Bunker Saat Terjadi Demonstrasi di Depan Gedung Putih)
(sya)
tulis komentar anda