Lebanon Catat Inflasi Tertinggi di Dunia, Kalahkan Zimbabwe dan Venezuela
Kamis, 23 September 2021 - 06:37 WIB
BEIRUT - Tingkat inflasi tahunan Lebanon telah meningkat ke level tertinggi dari semua negara di dunia yang dilacak Bloomberg.
Saat ini tingkat inflasi tahunan Lebanon telah melampaui Zimbabwe dan Venezuela, karena krisis keuangan di negara Timur Tengah itu makin memburuk.
“Indeks harga konsumen naik 137,8% dari tahun sebelumnya pada Agustus, dibandingkan dengan 123,4% pada Juli,” ungkap pernyataan Administrasi Pusat Statistik Lebanon.
Harga konsumen naik 10,25% dari bulan sebelumnya sementara harga pangan naik 20,82%.
Inflasi Lebanon telah meroket dalam dua tahun terakhir karena krisis keuangan dan ekonomi negara itu tidak terkendali, dengan para politisi melakukan sangat sedikit tindakan untuk mengurangi dampaknya.
Mata uang Lebanon telah kehilangan hampir 90% nilainya dan membuat tiga perempat penduduk jatuh ke dalam kemiskinan.
Pihak berwenang dalam beberapa bulan terakhir mulai mengurangi subsidi, karena sebagian besar barang sekarang dihargai dengan nilai tukar di pasar gelap.
Bank sentral kehabisan uang tunai dan telah berulang kali memperingatkan pemerintah tentang melanjutkan subsidi.
Setelah hampir 13 bulan lumpuh, miliarder dan mantan Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati membentuk pemerintahan baru yang berusaha melanjutkan pembicaraan bailout yang terhenti dengan Dana Moneter Internasional dan kreditur untuk merestrukturisasi utang.
Lebanon gagal membayar USD30 miliar Eurobonds tahun lalu.
Saat ini tingkat inflasi tahunan Lebanon telah melampaui Zimbabwe dan Venezuela, karena krisis keuangan di negara Timur Tengah itu makin memburuk.
“Indeks harga konsumen naik 137,8% dari tahun sebelumnya pada Agustus, dibandingkan dengan 123,4% pada Juli,” ungkap pernyataan Administrasi Pusat Statistik Lebanon.
Baca Juga
Harga konsumen naik 10,25% dari bulan sebelumnya sementara harga pangan naik 20,82%.
Baca Juga
Inflasi Lebanon telah meroket dalam dua tahun terakhir karena krisis keuangan dan ekonomi negara itu tidak terkendali, dengan para politisi melakukan sangat sedikit tindakan untuk mengurangi dampaknya.
Baca Juga
Mata uang Lebanon telah kehilangan hampir 90% nilainya dan membuat tiga perempat penduduk jatuh ke dalam kemiskinan.
Pihak berwenang dalam beberapa bulan terakhir mulai mengurangi subsidi, karena sebagian besar barang sekarang dihargai dengan nilai tukar di pasar gelap.
Bank sentral kehabisan uang tunai dan telah berulang kali memperingatkan pemerintah tentang melanjutkan subsidi.
Setelah hampir 13 bulan lumpuh, miliarder dan mantan Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati membentuk pemerintahan baru yang berusaha melanjutkan pembicaraan bailout yang terhenti dengan Dana Moneter Internasional dan kreditur untuk merestrukturisasi utang.
Lebanon gagal membayar USD30 miliar Eurobonds tahun lalu.
(sya)
tulis komentar anda