Turki Disebut Frustrasi dengan Taliban, Enggan Akui Pemerintahannya
Sabtu, 18 September 2021 - 16:12 WIB
ANKARA - Pemerintah Turki disebut-sebut frustrasi dengan Taliban dan enggan mengakui pemerintahannya di Afghanistan. Alasannya, pemerintahan tersebut tidak menampilkan keragaman termasuk peran perempuan di kabinetnya.
Dua sumber yang mengetahui pembicaraan Turki dan Taliban mengatakan frustrasi mulai dirasakan Ankara ketika mereka dan Taliban masih berjuang untuk mencapai kesepakatan akhir tentang pengamanan dan pengoperasian Bandara Internasional Hamid Karzai, Kabul.
“Pemerintah baru Taliban telah membuat frustrasi sekutu barat, termasuk Ankara,” kata salah satu sumber kepada Middle East Eye (MEE), Jumat (17/9/2021). “Tidak ada satu pun individu inklusif di dalam kabinet.”
Sumber itu mengatakan Ankara mengambil pendekatan wait and see [menunggu dan melihat], untuk memberi Taliban waktu guna mencari tahu bentuk akhir yang akan diambil pemerintahnya.
"Tidak ada yang akan terburu-buru untuk mengakui [pemerintahan] mereka," imbuh sumber tersebut.
Pekan lalu, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengakui bahwa lebih dari selusin teknisi Turki telah berada di Kabul untuk membantu Qatar mengoperasikan bandara. Sumber MEE mengatakan mereka telah dikerahkan di sana bersama dengan tim keamanan kecil pada 1 September.
Cavusoglu juga secara terbuka menyerukan agar Taliban memasukkan berbagai kelompok etnis dan perempuan sebagai bagian dari kabinetnya. Namun pemerintah sementara yang diumumkan oleh kelompok itu sebagian besar terdiri dari komandan senior Taliban dengan pandangan garis keras.
Sumber kedua yang mengetahui masalah ini mengatakan Turki telah membantu operasi di bandara secara "ad hoc dan kasus per kasus", meskipun belum ada kesepakatan akhir tentang masalah ini.
"Belum ada kesepakatan tentang pekerjaan yang sistematis dan teratur [di bandara]," ujar sumber tersebut.
Turki dan Qatar telah merundingkan kesepakatan dengan Taliban untuk mengoperasikan bandara sejak kelompok Taliban secara dramatis merebut Kabul pada 15 Agustus di tengah penarikan pasukan AS yang kacau dari Afghanistan setelah 20 tahun berperang di sana.
Rancangan kesepakatan yang diungkapkan oleh MEE bulan lalu termasuk ketentuan yang akan membuat Ankara mengakui Taliban sebagai pemerintah Afghanistan yang sah dan memberikan keamanan di bandara Kabul melalui perusahaan swasta.
Menurut kesepakatan itu, personel tambahan pasukan khusus Turki, yang beroperasi dengan pakaian preman untuk mengamankan staf teknis Turki, juga tidak akan meninggalkan perimeter bandara.
Meskipun pihak-pihak masih belum mencapai kesepakatan akhir, data sumber terbuka menunjukkan bahwa pesawat militer Turki telah mengangkut kargo yang dirahasiakan ke Pakistan dalam beberapa minggu terakhir, yang seharusnya meletakkan dasar bagi operasi Turki yang diperlukan untuk Afghanistan dalam jangka panjang.
Pemerintah Presiden Erdogan belum berkomentar atas masalah tersebut. Ankara juga belum angkat bicara terkait alasan belum mengakui pemerintah baru Afghanistan bentukan Taliban.
Kelompok Taliban juga belum berkomentar terkait laporan bahwa Turki mulai frustrasi gara-gara pemerintah baru Afghanistan kurang beragam.
Dua sumber yang mengetahui pembicaraan Turki dan Taliban mengatakan frustrasi mulai dirasakan Ankara ketika mereka dan Taliban masih berjuang untuk mencapai kesepakatan akhir tentang pengamanan dan pengoperasian Bandara Internasional Hamid Karzai, Kabul.
“Pemerintah baru Taliban telah membuat frustrasi sekutu barat, termasuk Ankara,” kata salah satu sumber kepada Middle East Eye (MEE), Jumat (17/9/2021). “Tidak ada satu pun individu inklusif di dalam kabinet.”
Sumber itu mengatakan Ankara mengambil pendekatan wait and see [menunggu dan melihat], untuk memberi Taliban waktu guna mencari tahu bentuk akhir yang akan diambil pemerintahnya.
"Tidak ada yang akan terburu-buru untuk mengakui [pemerintahan] mereka," imbuh sumber tersebut.
Pekan lalu, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengakui bahwa lebih dari selusin teknisi Turki telah berada di Kabul untuk membantu Qatar mengoperasikan bandara. Sumber MEE mengatakan mereka telah dikerahkan di sana bersama dengan tim keamanan kecil pada 1 September.
Cavusoglu juga secara terbuka menyerukan agar Taliban memasukkan berbagai kelompok etnis dan perempuan sebagai bagian dari kabinetnya. Namun pemerintah sementara yang diumumkan oleh kelompok itu sebagian besar terdiri dari komandan senior Taliban dengan pandangan garis keras.
Sumber kedua yang mengetahui masalah ini mengatakan Turki telah membantu operasi di bandara secara "ad hoc dan kasus per kasus", meskipun belum ada kesepakatan akhir tentang masalah ini.
"Belum ada kesepakatan tentang pekerjaan yang sistematis dan teratur [di bandara]," ujar sumber tersebut.
Turki dan Qatar telah merundingkan kesepakatan dengan Taliban untuk mengoperasikan bandara sejak kelompok Taliban secara dramatis merebut Kabul pada 15 Agustus di tengah penarikan pasukan AS yang kacau dari Afghanistan setelah 20 tahun berperang di sana.
Rancangan kesepakatan yang diungkapkan oleh MEE bulan lalu termasuk ketentuan yang akan membuat Ankara mengakui Taliban sebagai pemerintah Afghanistan yang sah dan memberikan keamanan di bandara Kabul melalui perusahaan swasta.
Menurut kesepakatan itu, personel tambahan pasukan khusus Turki, yang beroperasi dengan pakaian preman untuk mengamankan staf teknis Turki, juga tidak akan meninggalkan perimeter bandara.
Meskipun pihak-pihak masih belum mencapai kesepakatan akhir, data sumber terbuka menunjukkan bahwa pesawat militer Turki telah mengangkut kargo yang dirahasiakan ke Pakistan dalam beberapa minggu terakhir, yang seharusnya meletakkan dasar bagi operasi Turki yang diperlukan untuk Afghanistan dalam jangka panjang.
Pemerintah Presiden Erdogan belum berkomentar atas masalah tersebut. Ankara juga belum angkat bicara terkait alasan belum mengakui pemerintah baru Afghanistan bentukan Taliban.
Kelompok Taliban juga belum berkomentar terkait laporan bahwa Turki mulai frustrasi gara-gara pemerintah baru Afghanistan kurang beragam.
(min)
tulis komentar anda