Ungkap Misteri, Jenazah Pemimpin Libya Gaddafi akan Diserahkan pada Sukunya
Selasa, 07 September 2021 - 05:29 WIB
TRIPOLI - Pemimpin Libya Muammar Gaddafi disiksa, disodomi dan ditembak mati para pemberontak yang didukung NATO pada Oktober 2011. Insiden tersebut direkam dalam video dan disiarkan jaringan media di penjuru dunia.
Pengembalian jenazah Gaddafi mengakhiri misteri yang selama ini belum terungkap tentang keberadaan jasad mendiang pemimpin Libya itu.
Libya pasca-Gaddafi merosot menjadi negara gagal yang diperintah para panglima perang, teroris, dan faksi-faksi pemerintah asing yang bersaing untuk menguasai negara kaya minyak itu.
“Jenazah Gaddafi akan diserahkan kepada anggota sukunya di Sirte untuk dimakamkan kembali,” ungkap saluran berita AlHadath yang berbasis di Arab Saudi.
Menurut sumber berita Libya, pemindahan jenazah Gaddafi disetujui para pejabat senior di kota Misrata, dan para tetua suku al-Gaddafi dan al-Mujabar.
Bersama dengan jenazah Gaddafi, jenazah putranya yang berusia 36 tahun, Moatassem-Billah Gaddafi, dan Abu-Bakr Yunis Jabr, salah satu penasihat paling tepercaya Gaddafi, juga diharapkan akan dipindahkan.
Kedua pria itu tewas bersama Gaddafi pada 20 Oktober 2011 setelah pertempuran Sirte, dengan bukti yang beredar para pemberontak menyiksa mereka dan juga memutilasi tubuh mereka.
Setelah Gaddafi dibunuh, tubuhnya dibawa ke Misrata “untuk pemeriksaan medis” dan kemudian dipajang di depan umum di pusat perbelanjaan lokal.
Gaddafi dimakamkan di lokasi yang tidak diketahui di padang pasir, meskipun ada janji oleh para militan untuk mengembalikan jenazahnya ke keluarganya.
Pekan lalu, pemimpin milisi Libya Salah Badi mengumumkan dia siap mengungkapkan lokasi situs pemakaman Gaddafi di tengah seruan para pendukung mendiang pemimpin Libya itu untuk menyerahkan jenazahnya kepada sukunya demi rekonsiliasi intra-Libya.
Sementara itu, pada Minggu, pihak berwenang Libya membebaskan Saadi Gaddafi, putra ketiga Gaddafi, dari penjara dan menerbangkannya ke luar negeri ke Turki.
Keberadaan Gaddafi muda saat ini tidak diketahui.
Menurut sumber yang berbicara kepada Reuters, pembebasan Saadi Gaddafi dijamin setelah negosiasi antara tokoh suku dan Perdana Menteri Libya sementara Abdulhamid Dbeibeh.
Mantan pemain sepak bola profesional, Saadi Gaddafi, itu menjabat sebagai komandan pasukan khusus Libya selama perang 2011, dan melarikan diri dari negara itu ke Nigeria sebelum negara itu jatuh ke tangan pemberontak.
Pemberitahuan merah Interpol dikeluarkan untuknya pada tahun yang sama, dan pada 2014, Saadi diekstradisi ke Tripoli, ibu kota salah satu dari dua pemerintah yang bersaing memperebutkan kekuasaan atas Libya.
Setelah kembali ke Libya, dia dipenjara, disiksa, dan didakwa dengan dugaan pembunuhan pemain sepak bola dan pelatih Bashir al-Riani pada 2005.
Dia dinyatakan tidak bersalah pada 2018, tetapi tetap dipenjara.
Mengomentari pembebasan Saadi Gaddafi, Perdana Menteri Libya sementara Abdulhamid Dbeibeh menekankan bahwa negara itu “tidak dapat bergerak maju tanpa menerapkan rekonsiliasi, atau mendirikan negara tanpa menerapkan keadilan, menegakkan hukum, menghormati prinsip pemisahan kekuasaan dan mengikuti prosedur dan keputusan peradilan.”
Pekan lalu, Saif Al-Islam Gaddafi, putra kedua Gaddafi, dilaporkan secara resmi memutuskan mencalonkan diri dalam pemilihan umum Libya mendatang, yang ditetapkan pada 24 Desember.
Saif dilaporkan berencana mencalonkan diri dari Front Populer untuk Pembebasan Libya, partai politik loyalis Gaddafi yang dibentuk pada 2016.
Platform partai tersebut mencakup pembersihan negara dari teroris, rekonstruksi dari perang, dan mengikuti prinsip yang tercantum dalam Buku Hijau ayahnya yakni campuran sosialisme, nasionalisme Arab, dan sistem demokrasi langsung berdasarkan referendum.
Pada Oktober 2011, setelah diberitahu dalam wawancara bahwa Gaddafi telah terbunuh, Menteri Luar Negeri AS saat itu Hillary Clinton dengan gembira mengumumkan, “Kami datang, kami melihat, dia meninggal.”
Pengembalian jenazah Gaddafi mengakhiri misteri yang selama ini belum terungkap tentang keberadaan jasad mendiang pemimpin Libya itu.
Libya pasca-Gaddafi merosot menjadi negara gagal yang diperintah para panglima perang, teroris, dan faksi-faksi pemerintah asing yang bersaing untuk menguasai negara kaya minyak itu.
“Jenazah Gaddafi akan diserahkan kepada anggota sukunya di Sirte untuk dimakamkan kembali,” ungkap saluran berita AlHadath yang berbasis di Arab Saudi.
Menurut sumber berita Libya, pemindahan jenazah Gaddafi disetujui para pejabat senior di kota Misrata, dan para tetua suku al-Gaddafi dan al-Mujabar.
Bersama dengan jenazah Gaddafi, jenazah putranya yang berusia 36 tahun, Moatassem-Billah Gaddafi, dan Abu-Bakr Yunis Jabr, salah satu penasihat paling tepercaya Gaddafi, juga diharapkan akan dipindahkan.
Kedua pria itu tewas bersama Gaddafi pada 20 Oktober 2011 setelah pertempuran Sirte, dengan bukti yang beredar para pemberontak menyiksa mereka dan juga memutilasi tubuh mereka.
Setelah Gaddafi dibunuh, tubuhnya dibawa ke Misrata “untuk pemeriksaan medis” dan kemudian dipajang di depan umum di pusat perbelanjaan lokal.
Gaddafi dimakamkan di lokasi yang tidak diketahui di padang pasir, meskipun ada janji oleh para militan untuk mengembalikan jenazahnya ke keluarganya.
Pekan lalu, pemimpin milisi Libya Salah Badi mengumumkan dia siap mengungkapkan lokasi situs pemakaman Gaddafi di tengah seruan para pendukung mendiang pemimpin Libya itu untuk menyerahkan jenazahnya kepada sukunya demi rekonsiliasi intra-Libya.
Sementara itu, pada Minggu, pihak berwenang Libya membebaskan Saadi Gaddafi, putra ketiga Gaddafi, dari penjara dan menerbangkannya ke luar negeri ke Turki.
Keberadaan Gaddafi muda saat ini tidak diketahui.
Menurut sumber yang berbicara kepada Reuters, pembebasan Saadi Gaddafi dijamin setelah negosiasi antara tokoh suku dan Perdana Menteri Libya sementara Abdulhamid Dbeibeh.
Mantan pemain sepak bola profesional, Saadi Gaddafi, itu menjabat sebagai komandan pasukan khusus Libya selama perang 2011, dan melarikan diri dari negara itu ke Nigeria sebelum negara itu jatuh ke tangan pemberontak.
Pemberitahuan merah Interpol dikeluarkan untuknya pada tahun yang sama, dan pada 2014, Saadi diekstradisi ke Tripoli, ibu kota salah satu dari dua pemerintah yang bersaing memperebutkan kekuasaan atas Libya.
Setelah kembali ke Libya, dia dipenjara, disiksa, dan didakwa dengan dugaan pembunuhan pemain sepak bola dan pelatih Bashir al-Riani pada 2005.
Dia dinyatakan tidak bersalah pada 2018, tetapi tetap dipenjara.
Mengomentari pembebasan Saadi Gaddafi, Perdana Menteri Libya sementara Abdulhamid Dbeibeh menekankan bahwa negara itu “tidak dapat bergerak maju tanpa menerapkan rekonsiliasi, atau mendirikan negara tanpa menerapkan keadilan, menegakkan hukum, menghormati prinsip pemisahan kekuasaan dan mengikuti prosedur dan keputusan peradilan.”
Pekan lalu, Saif Al-Islam Gaddafi, putra kedua Gaddafi, dilaporkan secara resmi memutuskan mencalonkan diri dalam pemilihan umum Libya mendatang, yang ditetapkan pada 24 Desember.
Saif dilaporkan berencana mencalonkan diri dari Front Populer untuk Pembebasan Libya, partai politik loyalis Gaddafi yang dibentuk pada 2016.
Platform partai tersebut mencakup pembersihan negara dari teroris, rekonstruksi dari perang, dan mengikuti prinsip yang tercantum dalam Buku Hijau ayahnya yakni campuran sosialisme, nasionalisme Arab, dan sistem demokrasi langsung berdasarkan referendum.
Pada Oktober 2011, setelah diberitahu dalam wawancara bahwa Gaddafi telah terbunuh, Menteri Luar Negeri AS saat itu Hillary Clinton dengan gembira mengumumkan, “Kami datang, kami melihat, dia meninggal.”
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(sya)
tulis komentar anda