IAEA: Iran Produksi 200 Gram Logam Uranium yang Diperkaya
Selasa, 17 Agustus 2021 - 17:23 WIB
WINA - Badan pengawas nuklir PBB mengkonfirmasi bahwa Iran terus memproduksi logam uranium, yang dapat digunakan dalam produksi bom nuklir. Langkah Iran ini semakin memperumit kemungkinan menghidupkan kembali kesepakatan penting yang diteken pada 2015 dengan kekuatan dunia tentang program nuklir Iran.
Dalam sebuah laporan yang dikeluarkan oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA) kepada negara-negara anggota di Wina, Austria, Direktur Jenderal Rafael Mariano Grossi mengatakan bahwa inspekturnya telah mengkonfirmasi pada hari Sabtu bahwa Iran kini telah memproduksi 200 gram logam uranium yang diperkaya hingga 20%.
Grossi sebelumnya pada Februari melaporkan bahwa inspekturnya telah mengkonfirmasi bahwa sejumlah kecil logam uranium, 3,6 gram, telah diproduksi di pabrik Isfahan Iran.
Produksi logam uranium dilarang oleh perjanjian nuklir Iran yang ditandatangani pada 2015 yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Gabungan, atau JCPOA, yang menjanjikan insentif ekonomi kepada Iran sebagai imbalan atas pembatasan program nuklirnya. Kesepakatan ini dimaksudkan untuk mencegah Teheran mengembangkan bom nuklir.
Iran menegaskan tidak tertarik mengembangkan bom nuklir, dan logam uranium itu untuk program nuklir sipilnya.
Bagaimanapun, anggota JCPOA asal Eropa awal tahun ini menyuarakan keprihatinannya atas produksi logam uranium itu. Mereka mengatakan Iran tidak memiliki kebutuhan sipil yang kredibel untuk itu dan itu adalah langkah kunci dalam pengembangan senjata nuklir.
Menyusul laporan terbaru IAEA tentang peningkatan produksi logam uranium Iran, juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Ned Price mengatakan langkah itu tidak konstruktif dan tidak konsisten dengan kembalinya kepatuhan bersama.
“Iran tidak memiliki kebutuhan yang kredibel untuk memproduksi logam uranium, yang memiliki relevansi langsung dengan pengembangan senjata nuklir,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Dalam sebuah laporan yang dikeluarkan oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA) kepada negara-negara anggota di Wina, Austria, Direktur Jenderal Rafael Mariano Grossi mengatakan bahwa inspekturnya telah mengkonfirmasi pada hari Sabtu bahwa Iran kini telah memproduksi 200 gram logam uranium yang diperkaya hingga 20%.
Grossi sebelumnya pada Februari melaporkan bahwa inspekturnya telah mengkonfirmasi bahwa sejumlah kecil logam uranium, 3,6 gram, telah diproduksi di pabrik Isfahan Iran.
Produksi logam uranium dilarang oleh perjanjian nuklir Iran yang ditandatangani pada 2015 yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Gabungan, atau JCPOA, yang menjanjikan insentif ekonomi kepada Iran sebagai imbalan atas pembatasan program nuklirnya. Kesepakatan ini dimaksudkan untuk mencegah Teheran mengembangkan bom nuklir.
Iran menegaskan tidak tertarik mengembangkan bom nuklir, dan logam uranium itu untuk program nuklir sipilnya.
Bagaimanapun, anggota JCPOA asal Eropa awal tahun ini menyuarakan keprihatinannya atas produksi logam uranium itu. Mereka mengatakan Iran tidak memiliki kebutuhan sipil yang kredibel untuk itu dan itu adalah langkah kunci dalam pengembangan senjata nuklir.
Menyusul laporan terbaru IAEA tentang peningkatan produksi logam uranium Iran, juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Ned Price mengatakan langkah itu tidak konstruktif dan tidak konsisten dengan kembalinya kepatuhan bersama.
“Iran tidak memiliki kebutuhan yang kredibel untuk memproduksi logam uranium, yang memiliki relevansi langsung dengan pengembangan senjata nuklir,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Lihat Juga :
tulis komentar anda