Dipermalukan Kepala Sekolah karena Tak Mampu Bayar SPP, Siswi Ini Meninggal
Sabtu, 07 Agustus 2021 - 08:12 WIB
NEW DELHI - Seorang siswi berusia 15 tahun di Uttar Pradesh, India , meninggal setelah dipermalukan kepala sekolah karena tidak mampu membayar sumbangan pembinaan pendidikan (SPP). Korban, yang dilarang ikut ujian, jatuh pingsan di rumahnya karena tekanan mental hingga akhirnya meninggal.
Ayah gadis itu, yang bekerja di sebuah pabrik, mengatakan putrinya meninggal setelah kepala sekolah menolak untuk membiarkannya memilih tugasnya, yang menjadi media penilaian murid.
Keluarga gadis itu, yang merupakan anak tunggal mereka, berjuang untuk memenuhi kebutuhan dan belum membayar biaya sekolahnya karena ayahnya tidak bekerja di masa pandemi COVID-19.
Ayah korban telah mengadukan kematian putrinya di kantor polisi. "Saya seorang buruh miskin dari distrik Unnao. Putri saya adalah siswa Kelas 10. Karena kondisi keuangan saya tidak sehat, saya tidak dapat membayar biaya selama tiga bulan selama pandemi COVID untuk Kelas 9-nya," kata ayah korban yang identitasnya tak disebutkan sebagaimana dikutip dari Gulf News, Sabtu (7/8/2021).
“Saya telah bertemu dengan kepala sekolah dan meminta waktu untuk membayar biaya yang tertunda. Putri saya pergi ke sekolah pada hari Kamis dengan sebuah surat yang meminta keringanan biaya, tetapi dia diminta untuk pergi," keluhnya.
“Kepala sekolah menolak memberi kami waktu dan mengatakan bahwa dia tidak dapat hadir untuk ujian triwulanan. Dia dipermalukan dan diminta untuk meninggalkan sekolah. Dia pingsan ketika sampai di rumah karena tekanan mental dan penghinaan yang berlebihan dan meninggal," imbuh ayah korban.
Pejabat polisi Unnao, Anand Kulkarni, mengatakan polisi akan melakukan penyelidikan menyeluruh atas kasus tersebut.
“Aduan itu diterima pada hari Kamis. Kami mendaftarkan kasus ini atas pengaduan ayahnya. Kami akan menyelidiki apakah dia dipisahkan atau tidak. Kami akan menanyai siswa dan anggota staf dan mencoba mencari tahu kebenarannya," katanya.
Kepala sekolah, yang telah diadukan, mengeklaim bahwa siswi itu diberi tugas dan tuduhan terhadapnya tidak berdasar.
Polisi sedang menunggu laporan post mortem untuk memastikan penyebab kematian korban.
Ayah gadis itu, yang bekerja di sebuah pabrik, mengatakan putrinya meninggal setelah kepala sekolah menolak untuk membiarkannya memilih tugasnya, yang menjadi media penilaian murid.
Keluarga gadis itu, yang merupakan anak tunggal mereka, berjuang untuk memenuhi kebutuhan dan belum membayar biaya sekolahnya karena ayahnya tidak bekerja di masa pandemi COVID-19.
Ayah korban telah mengadukan kematian putrinya di kantor polisi. "Saya seorang buruh miskin dari distrik Unnao. Putri saya adalah siswa Kelas 10. Karena kondisi keuangan saya tidak sehat, saya tidak dapat membayar biaya selama tiga bulan selama pandemi COVID untuk Kelas 9-nya," kata ayah korban yang identitasnya tak disebutkan sebagaimana dikutip dari Gulf News, Sabtu (7/8/2021).
“Saya telah bertemu dengan kepala sekolah dan meminta waktu untuk membayar biaya yang tertunda. Putri saya pergi ke sekolah pada hari Kamis dengan sebuah surat yang meminta keringanan biaya, tetapi dia diminta untuk pergi," keluhnya.
“Kepala sekolah menolak memberi kami waktu dan mengatakan bahwa dia tidak dapat hadir untuk ujian triwulanan. Dia dipermalukan dan diminta untuk meninggalkan sekolah. Dia pingsan ketika sampai di rumah karena tekanan mental dan penghinaan yang berlebihan dan meninggal," imbuh ayah korban.
Pejabat polisi Unnao, Anand Kulkarni, mengatakan polisi akan melakukan penyelidikan menyeluruh atas kasus tersebut.
“Aduan itu diterima pada hari Kamis. Kami mendaftarkan kasus ini atas pengaduan ayahnya. Kami akan menyelidiki apakah dia dipisahkan atau tidak. Kami akan menanyai siswa dan anggota staf dan mencoba mencari tahu kebenarannya," katanya.
Kepala sekolah, yang telah diadukan, mengeklaim bahwa siswi itu diberi tugas dan tuduhan terhadapnya tidak berdasar.
Polisi sedang menunggu laporan post mortem untuk memastikan penyebab kematian korban.
(min)
tulis komentar anda