Erdogan: Bergabungnya Siprus ke NATO Harus Seizin Turki
Kamis, 22 Juli 2021 - 19:34 WIB
ANKARA - Bergabungnya Siprus ke dalam NATO tergantung pada persetujuan dari Turki. Hal itu ditegaskan Presiden Turki , Tayyip Erdogan.
“Dokumen NATO mengatakan bahwa sampai Turki memberikan persetujuannya, dalam keadaan apapun Siprus Selatan (Republik Siprus) tidak dapat memasuki NATO," ucap Erdogan.
"Turki memiliki pemerintahan yang berbeda dari yang kita miliki ketika Yunani diterima sebagai anggota NATO. Kami di sini sekarang. Mereka akan gagal untuk melewati veto Turki," sambungnya, seperti dilansir Sputnik pada Kamis (22/7/2021).
Siprus telah mencoba untuk bergabung dengan NATO sejak 2011, tetapi upayanya secara konsisten diblokir oleh Turki karena, tidak seperti semua anggota aliansi lainnya Ankara menolak untuk mengakui pemerintah Republik Siprus di Nicosia.
Sementara itu, ketegangan antara Ankara dan Nicosia sendiri meningkat setelah Erdogan dan pemimpin Siprus Turki (TRNC), Ersin Tatar, secara sepihak mengubah status zona militer Varosha yang didukung PBB di Siprus.
Keputusan Erdogan dan Tatar itu memicu kritik keras dari Siprus Yunani, yang menuduh Ankara mengorganisir perampasan tanah.
Ankara dan pemimpin TRNC mendukung solusi dua negara untuk pulau itu, sementara Siprus Yunani mendukung federasi bizonal dan bikomunal.
Dengan partisipasi kedua belah pihak dan tiga negara penjamin yakni Turki, Yunani dan Inggris, negosiasi di bawah bimbingan PBB kadang-kadang diadakan untuk mencari solusi atas konflik tersebut.
“Dokumen NATO mengatakan bahwa sampai Turki memberikan persetujuannya, dalam keadaan apapun Siprus Selatan (Republik Siprus) tidak dapat memasuki NATO," ucap Erdogan.
"Turki memiliki pemerintahan yang berbeda dari yang kita miliki ketika Yunani diterima sebagai anggota NATO. Kami di sini sekarang. Mereka akan gagal untuk melewati veto Turki," sambungnya, seperti dilansir Sputnik pada Kamis (22/7/2021).
Siprus telah mencoba untuk bergabung dengan NATO sejak 2011, tetapi upayanya secara konsisten diblokir oleh Turki karena, tidak seperti semua anggota aliansi lainnya Ankara menolak untuk mengakui pemerintah Republik Siprus di Nicosia.
Sementara itu, ketegangan antara Ankara dan Nicosia sendiri meningkat setelah Erdogan dan pemimpin Siprus Turki (TRNC), Ersin Tatar, secara sepihak mengubah status zona militer Varosha yang didukung PBB di Siprus.
Keputusan Erdogan dan Tatar itu memicu kritik keras dari Siprus Yunani, yang menuduh Ankara mengorganisir perampasan tanah.
Ankara dan pemimpin TRNC mendukung solusi dua negara untuk pulau itu, sementara Siprus Yunani mendukung federasi bizonal dan bikomunal.
Dengan partisipasi kedua belah pihak dan tiga negara penjamin yakni Turki, Yunani dan Inggris, negosiasi di bawah bimbingan PBB kadang-kadang diadakan untuk mencari solusi atas konflik tersebut.
(ian)
tulis komentar anda