Diduga Manjur Atasi Covid-19, Pasar Gelap Obat HIV Meluas di Rusia

Selasa, 21 April 2020 - 00:01 WIB
Warga memakai masker di Moskow, Rusia. Foto/REUTERS
MOSKOW - Pasar gelap obat antivirus HIV meluas di Rusia karena obat itu diduga dapat melawan virus corona (Covid-19).

Meluasnya perdagangan illegal itu diungkapkan para pedagang obat, aktivis HIV dan kepala produsen obat di Rusia.

Lebih dari 20 uji coba di penjuru dunia dilakukan untuk menguji obat HIV, Kaletra, sebagai cara perawatan pasien virus corona (Covid-19).



Kementerian Kesehatan Rusia merekomendasikan kemungkinan penggunaan Kaletra untuk Covid-19 pada akhir Januari setelah laporan dari China obat itu berguna. Namun kemudian otoritas Rusia menyatakan kemanjuran obat itu belum dapat dipastikan.

Meski demikian, hal itu tidak membuat sejumlah orang mencari obat yang juga diproduksi sebagai obat generik di Rusia dengan nama Kalidavir.

“Tiga bulan lalu, orang membeli Kaletra dari kami tanpa antusias seharga 900 rubel per boks,” ungkap seorang pedagang online obat HIV itu.

“Sekarang, mengantisipasi gangguan pasokan, orang membeli antara 100 dan 700 boks dari kami, seharga 3.800 rubel per boks. Kebanyakan, orang membeli Kaletra dengan tujuan menjualnya lagi dengan harga sangat tinggi,” kata pedagang online itu.

“Para reseller bisa memperoleh 7.000-8000 rubel per boks. Hal ini membuat khawatir beberapa orang yang positif HIV,” ungkap dia.

Kaletra menjadi satu-satunya resep untuk perawatan HIV di Rusia. Obat itu dibeli dalam jumlah besar oleh pemerintah dan didistribusikan pada para pasien HIV yang telah terdaftar secara gratis.

Namun gangguan persediaan obat itu pernah terjadi sebelumnya sehingga banyak yang berupaya menyimpan stok sendiri, dari sejumlah toko obat.

Orang yang tidak memiliki paspor Rusia dan orang yang memilih berada di luar sistem resmi dengan berbagai alasan, lebih memilih mendapatkan obat itu dari jalur privat.

Direktur H-Clinic di St Petersburg Andrei Skvortsov menyatakan apoteknya mendapat banyak telepon dari para pasien HIV yang khawatir kehabisan obat. “Kami memiliki satu mobil dari perusahaan farmasi dan semua telah dipesan oleh pembeli. Ada 120 telepon per hari,” kata dia.
(sya)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More