Siapkan ‘Armada Hantu’, Pentagon Uji Kapal Perang Canggih Tak Berawak
Rabu, 14 Juli 2021 - 09:55 WIB
WASHINGTON - Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) dan Kantor Kemampuan Strategis (SCO) Pentagon memanfaatkan bulan-bulan yang tersisa dari kemitraan mereka dalam program kapal permukaan tak berawak (USV) Armada Hantu Overlord (Ghost Fleet Overlord).
Mereka mengambil pelajaran dari dua pelayaran baru-baru ini melintasi Terusan Panama dan meningkatkan taruhan dengan menempatkan kapal-kapal canggih ini dalam latihan militer dan operasi armada.
SCO membeli dua USV besar pada 2017 sebagai bagian dari upaya yang dipimpin Pentagon untuk memahami seberapa besar kapal tak berawak dengan senjata dan sensor dapat memperluas jangkauan armada angkatan laut.
Sejak akhir 2019, SCO dan Angkatan Laut telah bekerja sama untuk belajar dari pengujian, dengan upaya mereka yang berpuncak pada transit kapal Overlord Ranger pada Oktober 2020 melintasi Terusan Panama.
Ini pertama kalinya kapal tak berawak melintasi Terusan Panama. Pelayaran melintasi Terusan Panama kedua berikutnya bulan lalu dengan kapal Armada Hantu kedua, Nomad.
Wakil Direktur SCO Luis Molina mengatakan kepada wartawan pada 13 Juli bahwa pelayaran dari Teluk Meksiko ke pantai California direncanakan sebagai bagian dari serangkaian agenda yang meningkat untuk membuktikan tidak hanya bahwa USV bekerja tetapi mereka bekerja secara operasional dan relevan untuk armada tempur.
“Transit oleh kedua kapal bertujuan menunjukkan kapal dapat diandalkan untuk beroperasi di laut untuk jangka waktu yang signifikan dan keandalan yang melekat pada kapal cocok untuk jenis misi itu, yang mungkin dikirim oleh Angkatan Laut,” papar dia.
Sampai SCO secara resmi menyerahkan pengelolaan program dan kepemilikan kepada Angkatan Laut – diharapkan pada Januari, SCO dan Angkatan Laut akan mengoperasikan Ranger dan Nomad di laut untuk memverifikasi bahwa beberapa perbaikan baru-baru ini pada kontrol otonom dan sistem lambung, mekanik dan listrik (HM&E) bekerja, dan untuk menyempurnakan ide tentang cara mengoperasikan USV besar ini bersama kapal perang berawak.
Tanpa menyebut latihan khusus, Molina mengatakan, “Maksudnya adalah untuk memanfaatkan periode waktu ini untuk melakukan latihan demonstrasi armada dan sketsa operasional untuk terus menunjukkan dalam konteks operasional utilitas kapal-kapal ini untuk meningkatkan kemampuan kombatan berawak.”
“Untuk mendapatkan skalabilitas kapasitas dalam pertarungan jarak dekat, kami akan mengandalkan sistem tak berawak untuk menambah sistem kapal kami dan untuk memperluas jangkauan dan kepekaan kami terhadap lingkungan, jadi kami bertujuan memanfaatkan periode ini untuk menunjukkan beberapa operasi muatan dan beberapa sistem penginderaan untuk dapat meningkatkan sejumlah misi Angkatan Laut,” tutur dia tanpa menyebutkan muatan yang dibawa kapal hantu itu.
Angkatan Laut sebelumnya mengatakan ingin USV besar untuk meluncurkan rudal dan senjata lainnya, tetapi anggota parlemen tidak setuju mempersenjatai kapal yang otonom dan kemampuan pertahanannya masih belum terbukti.
“Sampai Kongres menyetujui mempersenjatai USV besar, Angkatan Laut akan fokus pada menempatkan muatan pada kapal Armada Hantu ini yang sebanding dengan sensor dan paket komunikasi yang digunakan kapal berawak,” ujar Kapten Pete Small, manajer program sistem maritim tak berawak.
Mereka mengambil pelajaran dari dua pelayaran baru-baru ini melintasi Terusan Panama dan meningkatkan taruhan dengan menempatkan kapal-kapal canggih ini dalam latihan militer dan operasi armada.
SCO membeli dua USV besar pada 2017 sebagai bagian dari upaya yang dipimpin Pentagon untuk memahami seberapa besar kapal tak berawak dengan senjata dan sensor dapat memperluas jangkauan armada angkatan laut.
Sejak akhir 2019, SCO dan Angkatan Laut telah bekerja sama untuk belajar dari pengujian, dengan upaya mereka yang berpuncak pada transit kapal Overlord Ranger pada Oktober 2020 melintasi Terusan Panama.
Ini pertama kalinya kapal tak berawak melintasi Terusan Panama. Pelayaran melintasi Terusan Panama kedua berikutnya bulan lalu dengan kapal Armada Hantu kedua, Nomad.
Wakil Direktur SCO Luis Molina mengatakan kepada wartawan pada 13 Juli bahwa pelayaran dari Teluk Meksiko ke pantai California direncanakan sebagai bagian dari serangkaian agenda yang meningkat untuk membuktikan tidak hanya bahwa USV bekerja tetapi mereka bekerja secara operasional dan relevan untuk armada tempur.
“Transit oleh kedua kapal bertujuan menunjukkan kapal dapat diandalkan untuk beroperasi di laut untuk jangka waktu yang signifikan dan keandalan yang melekat pada kapal cocok untuk jenis misi itu, yang mungkin dikirim oleh Angkatan Laut,” papar dia.
Sampai SCO secara resmi menyerahkan pengelolaan program dan kepemilikan kepada Angkatan Laut – diharapkan pada Januari, SCO dan Angkatan Laut akan mengoperasikan Ranger dan Nomad di laut untuk memverifikasi bahwa beberapa perbaikan baru-baru ini pada kontrol otonom dan sistem lambung, mekanik dan listrik (HM&E) bekerja, dan untuk menyempurnakan ide tentang cara mengoperasikan USV besar ini bersama kapal perang berawak.
Tanpa menyebut latihan khusus, Molina mengatakan, “Maksudnya adalah untuk memanfaatkan periode waktu ini untuk melakukan latihan demonstrasi armada dan sketsa operasional untuk terus menunjukkan dalam konteks operasional utilitas kapal-kapal ini untuk meningkatkan kemampuan kombatan berawak.”
“Untuk mendapatkan skalabilitas kapasitas dalam pertarungan jarak dekat, kami akan mengandalkan sistem tak berawak untuk menambah sistem kapal kami dan untuk memperluas jangkauan dan kepekaan kami terhadap lingkungan, jadi kami bertujuan memanfaatkan periode ini untuk menunjukkan beberapa operasi muatan dan beberapa sistem penginderaan untuk dapat meningkatkan sejumlah misi Angkatan Laut,” tutur dia tanpa menyebutkan muatan yang dibawa kapal hantu itu.
Angkatan Laut sebelumnya mengatakan ingin USV besar untuk meluncurkan rudal dan senjata lainnya, tetapi anggota parlemen tidak setuju mempersenjatai kapal yang otonom dan kemampuan pertahanannya masih belum terbukti.
“Sampai Kongres menyetujui mempersenjatai USV besar, Angkatan Laut akan fokus pada menempatkan muatan pada kapal Armada Hantu ini yang sebanding dengan sensor dan paket komunikasi yang digunakan kapal berawak,” ujar Kapten Pete Small, manajer program sistem maritim tak berawak.
(sya)
tulis komentar anda