Eks Bos Mossad Akui Ilmuwan Nuklir Iran Jadi Target Israel, Teheran Murka
Minggu, 13 Juni 2021 - 20:05 WIB
TEHERAN - Teheran mengecam mantan kepala Mossad, Yossi Cohen karena "mengancam ilmuwan nuklir Iran". Kecaman ini datang setelah Cohen menjelaskan bagaimana intelijen Israel memperoleh informasi rahasia tentang program nuklir dan menargetkan ilmuwan nuklir Iran.
Shahrokh Nazemi, juru bicara misi Iran untuk PBB, menuduh Israel melakukan "sabotase kriminal" karena menyerang fasilitas nuklir di seluruh negeri.
"Pelanggaran hukum ini telah mencapai titik ketika mantan pejabat rezim ini tanpa malu-malu dan terang-terangan mengancam para ilmuwan nuklir kita dengan kematian. Kegilaan ini tidak boleh ditoleransi," kata Nazemi.
Sementara itu, Duta Besar Iran untuk Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Kazem Gharibabadi menekankan bahwa Iran tidak akan membiarkan serangan terhadap Iran begitu saja.
"Serangan itu tidak hanya akan ditanggapi dengan tegas tetapi juga tentu tidak meninggalkan pilihan bagi Iran, tetapi untuk mempertimbangkan kembali langkah-langkah transparansi dan kebijakan kerjasamanya," ucapnya.
Pernyataan itu muncul setelah Cohen merinci laporan operasi Mossad pada 2018, di mana agen-agen seolah-olah menyusup ke kompleks nuklir Iran dan membuka 32 brankas yang diduga berisi dokumen rahasia Iran.
Dokumen-dokumen tersebut, kemudian dipresentasikan oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada bulan April sebagai "bukti" dari rencana Iran untuk membuat senjata nuklir. Iran secara konsisten membantah klaim Israel bahwa mereka berusaha untuk mendapatkan senjata pemusnah massal.
Cohen juga mengakui bahwa ilmuwan Iran telah menjadi target pengumpulan intelijen oleh instansinya selama bertahun-tahun, karena Israel bermasalah dengan pekerjaannya pada program nuklir Teheran.
Di samping itu, Cohen juga tampak mengeluarkan undangan terbuka kepada setiap ilmuwan Iran yang mungkin ingin meninggalkan program nuklir Teheran. Ia menyatakan bahwa Israel terkadang menawarkan jalan keluar kepada mereka yang bersedia mengubah karier.
Shahrokh Nazemi, juru bicara misi Iran untuk PBB, menuduh Israel melakukan "sabotase kriminal" karena menyerang fasilitas nuklir di seluruh negeri.
"Pelanggaran hukum ini telah mencapai titik ketika mantan pejabat rezim ini tanpa malu-malu dan terang-terangan mengancam para ilmuwan nuklir kita dengan kematian. Kegilaan ini tidak boleh ditoleransi," kata Nazemi.
Sementara itu, Duta Besar Iran untuk Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Kazem Gharibabadi menekankan bahwa Iran tidak akan membiarkan serangan terhadap Iran begitu saja.
"Serangan itu tidak hanya akan ditanggapi dengan tegas tetapi juga tentu tidak meninggalkan pilihan bagi Iran, tetapi untuk mempertimbangkan kembali langkah-langkah transparansi dan kebijakan kerjasamanya," ucapnya.
Pernyataan itu muncul setelah Cohen merinci laporan operasi Mossad pada 2018, di mana agen-agen seolah-olah menyusup ke kompleks nuklir Iran dan membuka 32 brankas yang diduga berisi dokumen rahasia Iran.
Dokumen-dokumen tersebut, kemudian dipresentasikan oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada bulan April sebagai "bukti" dari rencana Iran untuk membuat senjata nuklir. Iran secara konsisten membantah klaim Israel bahwa mereka berusaha untuk mendapatkan senjata pemusnah massal.
Cohen juga mengakui bahwa ilmuwan Iran telah menjadi target pengumpulan intelijen oleh instansinya selama bertahun-tahun, karena Israel bermasalah dengan pekerjaannya pada program nuklir Teheran.
Di samping itu, Cohen juga tampak mengeluarkan undangan terbuka kepada setiap ilmuwan Iran yang mungkin ingin meninggalkan program nuklir Teheran. Ia menyatakan bahwa Israel terkadang menawarkan jalan keluar kepada mereka yang bersedia mengubah karier.
(ian)
tulis komentar anda