Akui Prancis Lakukan Genosida, Macron Minta Pengampunan Masyarakat Rwanda
Kamis, 27 Mei 2021 - 21:19 WIB
KIGALI - Presiden Prancis , Emmanuel Macron mengatakan dia mengakui peran negaranya dalam genosida Rwanda dan berharap pengampunan dari masyarakat negara itu. Hal itu disampaikan Macron saat menghadiri peringatan genosida di Ibu Kota Rwanda, Kigali.
Langkah bersejarah Macron datang ketika Prancis berusaha untuk mengatur ulang hubungan dengan negara tersebut, setelah bertahun-tahun Rwanda menuduh bahwa Prancis terlibat dalam kekejaman tahun 1994.
"Hanya mereka yang melewati malam itu yang mungkin bisa memaafkan dan dengan melakukan itu memberikan hadiah pengampunan," kata Macron di peringatan genosida Gisozi di Kigali, di mana lebih dari 250 ribu korban dimakamkan.
"Dengan ini saya dengan rendah hati dan dengan hormat berdiri di sisi Anda hari ini, saya menyadari sejauh mana tanggung jawab kita," sambungnya, seperti dilansir Reuters pada Kamis (27/5/2021).
Kunjungan itu menyusul rilis laporan panel penyelidikan Prancis pada Maret yang mengatakan sikap kolonial telah membutakan para pejabat Prancis dan pemerintah memikul tanggung jawab "serius dan luar biasa" karena tidak meramalkan pembantaian itu.
Namun, laporan itu membebaskan Prancis dari keterlibatan langsung dalam pembunuhan lebih dari 800 ribu Tutsi dan Hutu moderat. Poin yang sama disampaikan Macron dalam pernyataanya di Kigali.
"Para pembunuh yang mengintai di rawa-rawa, perbukitan, gereja, tidak memiliki wajah Prancis. Prancis bukanlah kaki tangan," kata Macron. Baca juga: Oknum Militer Rwanda Perkosa Wanita yang Langgar Aturan Lockdown
Macron sendiri adalah Presiden Prancis pertama yang melakukan kunjungan ke Rwanda dalam kurun waktu satu dekade terakhir. Presiden Prancis yang mengunjungi negara Afrika itu adalah Nicolas Sarkozy pada 2010 lalu.
Langkah bersejarah Macron datang ketika Prancis berusaha untuk mengatur ulang hubungan dengan negara tersebut, setelah bertahun-tahun Rwanda menuduh bahwa Prancis terlibat dalam kekejaman tahun 1994.
"Hanya mereka yang melewati malam itu yang mungkin bisa memaafkan dan dengan melakukan itu memberikan hadiah pengampunan," kata Macron di peringatan genosida Gisozi di Kigali, di mana lebih dari 250 ribu korban dimakamkan.
"Dengan ini saya dengan rendah hati dan dengan hormat berdiri di sisi Anda hari ini, saya menyadari sejauh mana tanggung jawab kita," sambungnya, seperti dilansir Reuters pada Kamis (27/5/2021).
Kunjungan itu menyusul rilis laporan panel penyelidikan Prancis pada Maret yang mengatakan sikap kolonial telah membutakan para pejabat Prancis dan pemerintah memikul tanggung jawab "serius dan luar biasa" karena tidak meramalkan pembantaian itu.
Namun, laporan itu membebaskan Prancis dari keterlibatan langsung dalam pembunuhan lebih dari 800 ribu Tutsi dan Hutu moderat. Poin yang sama disampaikan Macron dalam pernyataanya di Kigali.
"Para pembunuh yang mengintai di rawa-rawa, perbukitan, gereja, tidak memiliki wajah Prancis. Prancis bukanlah kaki tangan," kata Macron. Baca juga: Oknum Militer Rwanda Perkosa Wanita yang Langgar Aturan Lockdown
Macron sendiri adalah Presiden Prancis pertama yang melakukan kunjungan ke Rwanda dalam kurun waktu satu dekade terakhir. Presiden Prancis yang mengunjungi negara Afrika itu adalah Nicolas Sarkozy pada 2010 lalu.
(ian)
Lihat Juga :
tulis komentar anda