Google Maps Bikin Ulah, Gambar Peta Jalur Gaza Tampak Kabur, Ada Apa?

Rabu, 19 Mei 2021 - 15:05 WIB
Citra Google Earth menampilkan gedung menara Hanadi di Gaza (kiri). Citra satelit resolusi tinggi menunjukkan gedung itu telah hancur (kanan). Foto/Google/Maxar
JALUR GAZA - Jalur Gaza merupakan salah satu tempat terpadat di dunia tapi terlihat buram dan kabur di Google Maps. Mengapa bisa terjadi?

Ini adalah masalah yang disoroti para peneliti dengan menggunakan sumber terbuka, informasi yang tersedia untuk umum, termasuk data pemetaan, untuk menemukan lokasi serangan dan mendokumentasikan kehancuran.

Faktanya, sebagian besar wilayah Israel dan Palestina muncul di Google Earth sebagai citra satelit resolusi rendah, meskipun gambar dengan kualitas lebih tinggi tersedia dari perusahaan citra satelit.





Hampir tidak mungkin melihat mobil-mobil di Kota Gaza.



Bandingkan dengan Pyongyang, ibu kota rahasia Korea Utara, di mana mobil-mobilnya terlihat tajam dan orang-orangnya bisa tampak.



Citra satelit penting karena menjadi elemen penting dalam pelaporan konflik. Namun ada juga kekhawatiran ketersediaan gambar resolusi tinggi dapat membahayakan keamanan.

Dalam konfrontasi Timur Tengah terbaru, para penyelidik berusaha memastikan lokasi tembakan rudal dan bangunan yang menjadi sasaran di Gaza dan Israel, menggunakan satelit.

"Fakta bahwa kami tidak mendapatkan citra satelit resolusi tinggi dari Israel dan wilayah Palestina membuat kami mundur," ungkap Samir, penyelidik open source pada BBC.

Namun, di Google Earth, platform gambar yang paling banyak digunakan, citra terbaru untuk Gaza memiliki resolusi rendah sehingga terlihat kabur.

"Gambar Google Earth terbaru berasal dari tahun 2016 dan terlihat seperti sampah. Saya memperbesar beberapa daerah pedesaan Suriah secara acak dan telah ada lebih dari 20 gambar yang diambil sejak saat itu, dalam resolusi yang sangat tinggi," tweet Aric Toler, jurnalis Bellingcat.

Google mengatakan tujuannya adalah untuk "menjaga tempat-tempat padat penduduk diperbarui secara teratur" tetapi ini tidak terjadi di Gaza.

Hingga tahun lalu, pemerintah AS membatasi kualitas citra satelit yang boleh diberikan oleh perusahaan Amerika secara komersial.

Amandemen Kyl-Bingaman (KBA) telah diperkenalkan pada 1997 untuk mengatasi masalah keamanan Israel.

Meski putusan itu hanya merujuk pada Israel, namun juga diterapkan pembatasan gambar wilayah Palestina.

Kualitas gambar KBA terbatas sehingga objek seukuran mobil hampir terlihat sebagai gambar yang sangat buram, tetapi objek yang lebih kecil akan sangat sulit diidentifikasi.

"Kami (Israel) akan selalu memilih untuk difoto dengan resolusi serendah mungkin," ungkap Amnon Harari, kepala program luar angkasa di Kementerian Pertahanan Israel tahun lalu, dikutip Reuters.

"Itu selalu lebih baik untuk dilihat buram, daripada tepatnya," ujar dia.

Bukan hal yang aneh bahwa situs seperti pangkalan militer telah dikaburkan, tetapi KBA adalah satu-satunya kasus di area seluas itu yang tunduk pada pembatasan semacam itu.

Namun, begitu penyedia non-AS, seperti perusahaan Prancis Airbus, dapat memasok gambar-gambar ini dengan resolusi yang lebih tinggi, AS semakin mendapat tekanan untuk mengakhiri pembatasannya.

Pada Juli 2020, KBA dibatalkan, dan sekarang pemerintah AS mengizinkan perusahaan Amerika memberikan gambar wilayah yang jauh lebih berkualitas sehingga objek seukuran seseorang dapat segera diambil.

"Motivasi awalnya adalah ilmiah," ujar Michael Fradley, arkeolog di Universitas Oxford dan salah satu akademisi yang berhasil mengampanyekan perubahan amandemen.

"Kami membutuhkan akses ke resolusi tinggi atas Wilayah Pendudukan Palestina yang sebanding dengan apa yang kami gunakan di bagian lain wilayah itu," papar dia.

BBC berbicara dengan Google dan Apple yang aplikasi pemetaannya juga menampilkan gambar satelit.

Apple mengatakan sedang berupaya memperbarui petanya segera ke resolusi yang lebih tinggi.

Google memberi tahu kami bahwa gambarnya berasal dari berbagai penyedia dan mempertimbangkan "peluang untuk menyegarkan kembali citra satelit(nya) saat citra dengan resolusi lebih tinggi tersedia.”

Tetapi Google menambahkan bahwa "tidak ada rencana untuk dibagikan saat ini".

"Mempertimbangkan pentingnya peristiwa terkini, saya tidak melihat alasan mengapa citra komersial daerah ini harus terus didegradasi dengan sengaja," papar Nick Waters, penyelidik open-source untuk Bellingcat di Twitter.

Platform pemetaan publik, seperti Google Earth dan Apple Maps, mengandalkan perusahaan yang memiliki satelit untuk memasok citra.

Maxar dan Planet Labs, dua perusahaan terbesar di dunia untuk citra satelit, sekarang menyediakan gambar resolusi tinggi Israel dan Gaza.

Gambar dengan kualitas yang jauh lebih tinggi ini dapat menampilkan detail hingga setengah meter atau kurang.

“Sebagai hasil dari perubahan terbaru pada peraturan AS, citra Israel dan Gaza ditampilkan pada resolusi 40 cm,” papar pernyataan Maxar.

Planet Labs mengonfirmasi kepada BBC bahwa mereka memasok citra dengan resolusi 50 cm.

Penyelidik open source, bagaimanapun, sangat bergantung pada perangkat lunak pemetaan yang dapat digunakan secara gratis dan tidak sering memiliki akses langsung ke gambar beresolusi tinggi ini.
(sya)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More