Jenderal IDF: Komandan Al-Qassam Mohammed Deif yang Misterius dalam Pengawasan Israel
Selasa, 18 Mei 2021 - 15:40 WIB
“Pemetaan yang kami lakukan dalam beberapa tahun terakhir terhadap infrastruktur bawah tanah di Gaza adalah yang memungkinkan kami untuk secara efektif menyerang metro,” ujarnya.
Dia juga merinci beberapa operasi IDF lainnya yang melanjutkan rentetan serangan terhadap terowongan bawah tanah di Gaza.
“Pada hari-hari pertama pertempuran kami menghancurkan pasukan mereka yang mencoba menyusup ke Israel; kami membunuh mereka di dalam terowongan. Setelah itu, kami membunuh banyak pemimpin senior Hamas dan kami akan terus mengejar mereka di sarang bawah tanah mereka sampai pertempuran berakhir. Ide yang kami coba buat untuk musuh adalah bahwa terowongan adalah jebakan maut," papar jenderal IDF tersebut.
Dia juga bereaksi terhadap kritik yang dilontarkan terhadap IDF atas jatuhnya banyak korban sipil di Gaza. Menurut otoritas kesehatan Gaza, 42 warga sipil tewas pada Minggu pagi, dan serangan Israel juga merobohkan gedung bertingkat yang menampung beberapa kantor berita internasional.
“Hamas mendasarkan seluruh konsep operasinya sebagai organisasi teror yang beroperasi di luar wilayah sipil dan menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia. Menara teror ini, tempat pusat kendali, laboratorium, pos pengamatannya ada di bawah kantor pers atau kantor lain," kata Toledano.
“Mereka melakukan hal yang sama dengan terowongan mereka, yang merupakan milik keluarga, di bawah populasi mereka sendiri. Saat bahan peledak masuk ke dalam terowongan dan membersihkannya, jelas gelombang kejut yang menerobos terowongan akan meruntuhkan seluruh jalan, Anda bisa lihat gambarnya," ujarnya.
Sementara itu, selama kunjungan di selatan Israel untuk penilaian situasi, Menteri Pertahanan Benny Gantz mengatakan bahwa Hamas telah "dibangkrutkan asetnya, dan doktrin pertempuran bawah tanahnya telah jatuh ke perut Bumi."
Dari dua petinggi Hamas yang disebutkan oleh Toledano, Deif dianggap bertanggung jawab oleh Israel karena secara pribadi mengatur banyak pemboman bunuh diri dan serangan lainnya sejak pertengahan 1990-an di mana lusinan bahkan ratusan orang Israel terbunuh. Dia telah lama berada di puncak daftar buronan Israel.
Dia terluka dalam beberapa upaya pembunuhan Israel. Salah satu istri dan dua anaknya tewas dalam upaya Israel untuk membunuhnya selama "Operation Protective Edge" di Gaza tahun 2014.
Dia juga merinci beberapa operasi IDF lainnya yang melanjutkan rentetan serangan terhadap terowongan bawah tanah di Gaza.
“Pada hari-hari pertama pertempuran kami menghancurkan pasukan mereka yang mencoba menyusup ke Israel; kami membunuh mereka di dalam terowongan. Setelah itu, kami membunuh banyak pemimpin senior Hamas dan kami akan terus mengejar mereka di sarang bawah tanah mereka sampai pertempuran berakhir. Ide yang kami coba buat untuk musuh adalah bahwa terowongan adalah jebakan maut," papar jenderal IDF tersebut.
Dia juga bereaksi terhadap kritik yang dilontarkan terhadap IDF atas jatuhnya banyak korban sipil di Gaza. Menurut otoritas kesehatan Gaza, 42 warga sipil tewas pada Minggu pagi, dan serangan Israel juga merobohkan gedung bertingkat yang menampung beberapa kantor berita internasional.
“Hamas mendasarkan seluruh konsep operasinya sebagai organisasi teror yang beroperasi di luar wilayah sipil dan menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia. Menara teror ini, tempat pusat kendali, laboratorium, pos pengamatannya ada di bawah kantor pers atau kantor lain," kata Toledano.
“Mereka melakukan hal yang sama dengan terowongan mereka, yang merupakan milik keluarga, di bawah populasi mereka sendiri. Saat bahan peledak masuk ke dalam terowongan dan membersihkannya, jelas gelombang kejut yang menerobos terowongan akan meruntuhkan seluruh jalan, Anda bisa lihat gambarnya," ujarnya.
Sementara itu, selama kunjungan di selatan Israel untuk penilaian situasi, Menteri Pertahanan Benny Gantz mengatakan bahwa Hamas telah "dibangkrutkan asetnya, dan doktrin pertempuran bawah tanahnya telah jatuh ke perut Bumi."
Dari dua petinggi Hamas yang disebutkan oleh Toledano, Deif dianggap bertanggung jawab oleh Israel karena secara pribadi mengatur banyak pemboman bunuh diri dan serangan lainnya sejak pertengahan 1990-an di mana lusinan bahkan ratusan orang Israel terbunuh. Dia telah lama berada di puncak daftar buronan Israel.
Dia terluka dalam beberapa upaya pembunuhan Israel. Salah satu istri dan dua anaknya tewas dalam upaya Israel untuk membunuhnya selama "Operation Protective Edge" di Gaza tahun 2014.
tulis komentar anda