AS: Israel Belum Kirim Bukti Ada Hamas di Gedung Media Gaza
Selasa, 18 Mei 2021 - 01:31 WIB
WASHINGTON - Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengatakan dia belum melihat bukti dari Israel bahwa Hamas beroperasi di satu gedung Gaza yang menampung sejumlah media internasional yang diratakan rudal Israel.
Berbicara pada konferensi pers di ibu kota Denmark, Kopenhagen, Blinken mengatakan Israel belum memberikan informasi apa pun tentang serangannya terhadap menara media meskipun ada permintaan AS.
Pada Sabtu, pesawat tempur Israel menghancurkan Menara Al-Jalaa, yang menampung kantor berbagai kelompok media, termasuk Al Jazeera dan Associated Press (AP).
Rudal Israel juga menewaskan dua ibu Palestina dan delapan anak di kamp pengungsi al-Shati di Jalur Gaza selatan.
"Serangan langsung terhadap warga sipil adalah kejahatan perang," tegas Amnesty International di Twitter.
Lembaga itu menambahkan, "Kami sangat prihatin atas meningkatnya jumlah korban tewas di Gaza."
Kelompok hak asasi yang berbasis di London itu meminta Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) untuk menyelidiki serangan Israel di kamp pengungsi al-Shati.
"Serangan Israel terhadap gedung al-Jalaa yang menghancurkan rumah, Al-Jazeera, kantor Associated Press juga harus diselidiki sebagai kejahatan perang. Serangan itu sesuai dengan pola hukuman kolektif Israel terhadap penduduk Palestina," papar pernyataan Amnesty.
“Sekitar 200 warga Palestina telah tewas, termasuk 59 anak-anak dan 35 wanita, dalam serangan Israel di Jalur Gaza sejak pekan lalu,” ungkap Kementerian Kesehatan Palestina.
Lebih dari 1.300 orang juga terluka dan puluhan bangunan hancur atau rusak dalam serangan Israel.
Ketegangan baru-baru ini dimulai di Yerusalem Timur selama bulan suci Ramadhan dan menyebar ke Gaza sebagai akibat dari serangan Israel terhadap jamaah di kompleks Masjid Al-Aqsa dan upaya pengusiran warga Palestina di Sheikh Jarrah.
Israel menduduki Yerusalem Timur, tempat Al-Aqsa berada, selama perang Arab-Israel 1967.
Zionis mencaplok seluruh kota pada 1980 dalam tindakan yang tidak pernah diakui komunitas internasional.
Berbicara pada konferensi pers di ibu kota Denmark, Kopenhagen, Blinken mengatakan Israel belum memberikan informasi apa pun tentang serangannya terhadap menara media meskipun ada permintaan AS.
Pada Sabtu, pesawat tempur Israel menghancurkan Menara Al-Jalaa, yang menampung kantor berbagai kelompok media, termasuk Al Jazeera dan Associated Press (AP).
Rudal Israel juga menewaskan dua ibu Palestina dan delapan anak di kamp pengungsi al-Shati di Jalur Gaza selatan.
"Serangan langsung terhadap warga sipil adalah kejahatan perang," tegas Amnesty International di Twitter.
Lembaga itu menambahkan, "Kami sangat prihatin atas meningkatnya jumlah korban tewas di Gaza."
Kelompok hak asasi yang berbasis di London itu meminta Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) untuk menyelidiki serangan Israel di kamp pengungsi al-Shati.
"Serangan Israel terhadap gedung al-Jalaa yang menghancurkan rumah, Al-Jazeera, kantor Associated Press juga harus diselidiki sebagai kejahatan perang. Serangan itu sesuai dengan pola hukuman kolektif Israel terhadap penduduk Palestina," papar pernyataan Amnesty.
“Sekitar 200 warga Palestina telah tewas, termasuk 59 anak-anak dan 35 wanita, dalam serangan Israel di Jalur Gaza sejak pekan lalu,” ungkap Kementerian Kesehatan Palestina.
Lebih dari 1.300 orang juga terluka dan puluhan bangunan hancur atau rusak dalam serangan Israel.
Ketegangan baru-baru ini dimulai di Yerusalem Timur selama bulan suci Ramadhan dan menyebar ke Gaza sebagai akibat dari serangan Israel terhadap jamaah di kompleks Masjid Al-Aqsa dan upaya pengusiran warga Palestina di Sheikh Jarrah.
Israel menduduki Yerusalem Timur, tempat Al-Aqsa berada, selama perang Arab-Israel 1967.
Zionis mencaplok seluruh kota pada 1980 dalam tindakan yang tidak pernah diakui komunitas internasional.
(sya)
tulis komentar anda