Darurat COVID Spanyol Berakhir, Jalan Dipenuhi Orang Pesta dan Ciuman
Senin, 10 Mei 2021 - 13:55 WIB
MADRID - Jalan-jalan di Spanyol dipadati orang-orang yang berpesta, menari, berpelukan hingga berciuman saat negara itu merayakan berakhirnya enam bulan keadaan daruratnya. Pesta jalanan digelar setelah pembatasan untuk mencegah penyebaran COVID-19 dicabut.
Ada nyanyian "kebebasan" ketika orang-orang berpesta di jalan-jalan kota dan di pantai. Kendati demikian, ada kekhawatiran bahwa pembatasan dicabut terlalu cepat.
Ratusan anak muda yang sebagian besar berkumpul di alun-alun Puerta del Sol Madrid untuk bersorak saat jam berdentang tengah malam di akhir pekan.
Di Barcelona, orang-orang yang bersuka ria turun ke pantai untuk menandai momen bahwa pembatasan penguncian atau lockdown akhirnya berakhir.
Beberapa orang memakai makser. Namun, kebanyakan dari mereka tidak menjaga jarak sosial. Mereka bahkan asyik berciuman, berpelukan, menari dan bernyanyi bersama.
Seorang pekerja toko; Paula Garcia, 28, di pantai di Barcelona, mengatakan: "Kaum muda, seperti orang lain, sangat dibatasi."
"Sekarang saatnya memberi kami sedikit kebebasan untuk menikmati sedikit musim panas," katanya seperti dikutip The Mirror, Senin (10/5/2021).
"Sudah waktunya mereka membiarkan kami keluar," kata pekerja toko Andreu Pujol, 25, juga di sebuah pantai di Barcelona.
"Meski begitu, saya masih sangat tidak senang dengan penanganan (pandemi). Anda dapat melihat bahwa di negara ini yang mereka lakukan hanyalah membuat segalanya sambil berjalan," ujarnya.
Tetapi di Basque—wilayah otonomi di Spanyol—, di mana pihak berwenang telah meminta untuk memberlakukan jam malam tetapi ditolak oleh pengadilan minggu lalu, beberapa penduduk setempat tidak begitu bersemangat.
"Sangat buruk tidak ada keadaan darurat," kata Asun Lasa, yang berjalan di sepanjang tepi laut San Sebastian, hari Minggu.
"Orang ingin keluar tetapi situasinya belum siap untuk itu."
Wilayah Basque telah melihat tingkat infeksi tertinggi di Spanyol, yakni 448 per 100.000 jiwa dibandingkan dengan angka rata-rata nasional yakni 199.
Video media sosial dari kelompok besar yang tidak terlalu memperhatikan jarak menuai kritik dari beberapa orang pada hari Minggu.
"Kebebasan tidak termasuk melanggar aturan," kata wali kota konservatif Madrid, Jose Luis Martinez-Almeida, yang menekankan bahwa pertemuan untuk minum di jalan, yang dikenal sebagai "botellones", dilarang.
Selama pandemi COVID-19 Spanyol telah menderita 78.792 kematian akibat virus corona SARS-CoV-2 dan mencatat ada 3,6 juta kasus COVID-19.
Tetapi tingkat infeksi telah menurun dan vaksinasi berkembang pesat, memungkinkan sebagian besar dari 17 wilayahnya untuk membatalkan jam malam.
Hanya empat wilayah yang mempertahankan penerapan jam malam; Kepulauan Balearic, Kepulauan Canary, Navarra, dan Valencia.
Meski jam malam dicabut di sebagian besar wilayah Spanyol, namun jam buka bar dan restoran tetap dibatasi. Hal itu memaksa orang-orang turun ke jalan.
Ada nyanyian "kebebasan" ketika orang-orang berpesta di jalan-jalan kota dan di pantai. Kendati demikian, ada kekhawatiran bahwa pembatasan dicabut terlalu cepat.
Ratusan anak muda yang sebagian besar berkumpul di alun-alun Puerta del Sol Madrid untuk bersorak saat jam berdentang tengah malam di akhir pekan.
Di Barcelona, orang-orang yang bersuka ria turun ke pantai untuk menandai momen bahwa pembatasan penguncian atau lockdown akhirnya berakhir.
Beberapa orang memakai makser. Namun, kebanyakan dari mereka tidak menjaga jarak sosial. Mereka bahkan asyik berciuman, berpelukan, menari dan bernyanyi bersama.
Seorang pekerja toko; Paula Garcia, 28, di pantai di Barcelona, mengatakan: "Kaum muda, seperti orang lain, sangat dibatasi."
"Sekarang saatnya memberi kami sedikit kebebasan untuk menikmati sedikit musim panas," katanya seperti dikutip The Mirror, Senin (10/5/2021).
"Sudah waktunya mereka membiarkan kami keluar," kata pekerja toko Andreu Pujol, 25, juga di sebuah pantai di Barcelona.
"Meski begitu, saya masih sangat tidak senang dengan penanganan (pandemi). Anda dapat melihat bahwa di negara ini yang mereka lakukan hanyalah membuat segalanya sambil berjalan," ujarnya.
Tetapi di Basque—wilayah otonomi di Spanyol—, di mana pihak berwenang telah meminta untuk memberlakukan jam malam tetapi ditolak oleh pengadilan minggu lalu, beberapa penduduk setempat tidak begitu bersemangat.
"Sangat buruk tidak ada keadaan darurat," kata Asun Lasa, yang berjalan di sepanjang tepi laut San Sebastian, hari Minggu.
"Orang ingin keluar tetapi situasinya belum siap untuk itu."
Wilayah Basque telah melihat tingkat infeksi tertinggi di Spanyol, yakni 448 per 100.000 jiwa dibandingkan dengan angka rata-rata nasional yakni 199.
Video media sosial dari kelompok besar yang tidak terlalu memperhatikan jarak menuai kritik dari beberapa orang pada hari Minggu.
"Kebebasan tidak termasuk melanggar aturan," kata wali kota konservatif Madrid, Jose Luis Martinez-Almeida, yang menekankan bahwa pertemuan untuk minum di jalan, yang dikenal sebagai "botellones", dilarang.
Selama pandemi COVID-19 Spanyol telah menderita 78.792 kematian akibat virus corona SARS-CoV-2 dan mencatat ada 3,6 juta kasus COVID-19.
Tetapi tingkat infeksi telah menurun dan vaksinasi berkembang pesat, memungkinkan sebagian besar dari 17 wilayahnya untuk membatalkan jam malam.
Hanya empat wilayah yang mempertahankan penerapan jam malam; Kepulauan Balearic, Kepulauan Canary, Navarra, dan Valencia.
Meski jam malam dicabut di sebagian besar wilayah Spanyol, namun jam buka bar dan restoran tetap dibatasi. Hal itu memaksa orang-orang turun ke jalan.
(min)
tulis komentar anda