Tragedi KRI Nanggala-402 Ungkap Realitas Menyakitkan dari Operasi Penyelamatan Internasional
Senin, 10 Mei 2021 - 02:00 WIB
"Pihak berwenang Indonesia sepenuhnya memahami prioritas utama untuk segera menemukan kapal selam yang hilang dan melakukan upaya penyelamatan bagi para penyintas di dalamnya," jelasnya.
"Ini sangat kontras dengan reaksi awal Moskow. Ketika kapal selam Rusia Kursk hilang pada Agustus 2000, Rusia menentang bantuan asing dengan alasan keamanan nasional sampai terlambat untuk melakukan penyelamatan yang berarti bagi para penyintas yang terperangkap," ujarnya.
"Tanggapan internasional atas permintaan bantuan Jakarta juga datang secepatnya - dengan Australia, India, Malaysia, dan Amerika Serikat di antara pemerintah asing yang mengirimkan aset," sambungnya, seperti dilansir Channel News Asia.
Sementara penyelamatan kini telah berubah menjadi operasi pemulihan, karena berita yang menghancurkan atas KRI Nanggala, insiden tersebut dengan tepat menunjukkan kegunaan prosedur tanggap darurat kapal selam internasional yang sudah mapan.
Mungkin lebih tepatnya, ini menyoroti kegunaan kerjasama regional - seperti terlihat dalam curahan dukungan dan tawaran bantuan.
"Kerja sama internasional dalam tanggap darurat kapal selam akan selalu penting. Militer asing mungkin memiliki kemampuan yang diperlukan yang tidak dimiliki yang bisa menjadi kritis untuk situasi darurat kapal selam apa pun. Tapi, tanggap darurat kapal selam pada dasarnya juga berpacu dengan waktu," ucapnya.
"Dalam hal ini, kerjasama internasional, meskipun penting, memiliki keterbatasan. Ini bisa menjadi tirani jarak geografis antara negara asing mengirim kapal penyelamat kapal selam ke lokasi kecelakaan," sambungnya.
Dia menyebut, bahkan jika sebuah negara asing menerbangkan DSRV ke negara yang bersangkutan, hal ini akan membutuhkan kapal yang memiliki peralatan yang memadai untuk memiliki peluang di pelabuhan terdekat dengan lokasi agar tersedia. Waktu akan dibutuhkan untuk melengkapi kapal ini sebelum penempatan.
"Ini sangat kontras dengan reaksi awal Moskow. Ketika kapal selam Rusia Kursk hilang pada Agustus 2000, Rusia menentang bantuan asing dengan alasan keamanan nasional sampai terlambat untuk melakukan penyelamatan yang berarti bagi para penyintas yang terperangkap," ujarnya.
"Tanggapan internasional atas permintaan bantuan Jakarta juga datang secepatnya - dengan Australia, India, Malaysia, dan Amerika Serikat di antara pemerintah asing yang mengirimkan aset," sambungnya, seperti dilansir Channel News Asia.
Sementara penyelamatan kini telah berubah menjadi operasi pemulihan, karena berita yang menghancurkan atas KRI Nanggala, insiden tersebut dengan tepat menunjukkan kegunaan prosedur tanggap darurat kapal selam internasional yang sudah mapan.
Mungkin lebih tepatnya, ini menyoroti kegunaan kerjasama regional - seperti terlihat dalam curahan dukungan dan tawaran bantuan.
"Kerja sama internasional dalam tanggap darurat kapal selam akan selalu penting. Militer asing mungkin memiliki kemampuan yang diperlukan yang tidak dimiliki yang bisa menjadi kritis untuk situasi darurat kapal selam apa pun. Tapi, tanggap darurat kapal selam pada dasarnya juga berpacu dengan waktu," ucapnya.
"Dalam hal ini, kerjasama internasional, meskipun penting, memiliki keterbatasan. Ini bisa menjadi tirani jarak geografis antara negara asing mengirim kapal penyelamat kapal selam ke lokasi kecelakaan," sambungnya.
Dia menyebut, bahkan jika sebuah negara asing menerbangkan DSRV ke negara yang bersangkutan, hal ini akan membutuhkan kapal yang memiliki peralatan yang memadai untuk memiliki peluang di pelabuhan terdekat dengan lokasi agar tersedia. Waktu akan dibutuhkan untuk melengkapi kapal ini sebelum penempatan.
tulis komentar anda