AS Kembali Peringatkan Tidak Kembali Beli Senjata dari Rusia

Kamis, 29 April 2021 - 17:11 WIB
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken mengatakan Turki dan semua sekutu AS harus menahan diri untuk tidak kembali melakukan pembelian persenjataan dari Rusia. Foto/REUTERS
WASHINGTON - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) , Antony Blinken mengatakan Turki dan semua sekutu AS harus menahan diri untuk tidak melakukan pembelian lebih lanjut persenjataan dari Rusia . Dia mengancam akan ada sanksi tambahan jika Turki tetap melakukan hal itu.

Berbicara pada acara virtual di Foreign Press Center (FPC), Blinken mengatakan mengingat pandangan lama Presiden AS, Joe Biden tentang masalah Armenia.

Keputusan Biden, jelasnya, bukanlah dan seharusnya tidak mengejutkan. Dia juga menegaskan kembali bahwa Turki adalah sekutu penting bagi Washington dan mengungkapkan harapannya bahwa kedua belah pihak dapat menyelesaikan masalah mereka.

Tetapi dia juga memperingatkan Ankara dan negara lainnya dari kembali membeli senjata dari Rusia. Turki diketahui sedang dalam pembicaraan dengan Rusia tentang pengadaan gelombang kedua S-400.

"Juga sangat penting untuk maju bahwa Turki, dan dalam hal ini semua sekutu dan mitra AS, menghindari pembelian persenjataan Rusia di masa mendatang, termasuk tambahan S-400," kata Blinken, seperti dilansir Al Arabiya pada Kamis (29/4/2021).



"Setiap transaksi signifikan dengan entitas pertahanan Rusia, sekali lagi, dapat tunduk pada hukum, kepada CAATSA, dan itu terpisah dari dan sebagai tambahan dari sanksi yang telah dijatuhkan," sambungnya, mengacu pada Countering America's Adversaries Through Sanctions Act, yang dirancang untuk mencegah sebuah negara membeli peralatan militer dari Rusia.

Hubungan AS-Turki telah tegang karena masalah mulai dari pembelian Turki atas sistem pertahanan udara S-400 Rusia, yang menjadi sasaran sanksi AS, hingga perbedaan kebijakan di Suriah dan terakhir adalah mengenai genosida Armenia. Di mana, Biden menjadi Presiden AS pertama yang mengakui genosida Armenia oleh Kekaisaran Ottoman, yang mendapat kecaman keras dari Turki.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(esn)
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More