Telepon Erdogan, Biden Akan Akui Genosida Armenia oleh Kekaisaran Ottoman

Sabtu, 24 April 2021 - 10:18 WIB
Moskow tampaknya ingin memanfaatkan celah tersebut. TASS, kantor berita negara Rusia, melaporkan minggu ini bahwa "pemerintahan Biden memperjelas bahwa Amerika sebenarnya tidak memandang Erdogan sebagai mitra dan politisi yang patut dipertaruhkan, dan akan membangun hubungan dengannya dari posisi kekuatan."

Mata uang Lira Turki memperpanjang kerugian karena berita penggilan telepon Biden-Erdogan, turun sebanyak 1% terhadap dollar AS. Itu membuat kerugian minggu ini menjadi 3,9%.

“Penting untuk memajukan hubungan Turki-AS," kata kantor Erdogan.

Ronald Reagan adalah presiden AS terakhir yang menyebut kekejaman yang dilakukan terhadap orang-orang Armenia sebagai "genosida", pada tahun 1981. Namun, dia segera mengurungkannya di bawah tekanan dari Turki—negara penerus Kekaisaran Ottoman, yang runtuh setelah berakhirnya Perang Dunia I.

Erdogan telah menegur negara-negara lain yang menyebut eksekusi, deportasi, dan pembantaian terorganisir terhadap orang-orang Armenia sebagai genosida.

Diaspora Armenia telah lama melobi pemerintah AS untuk secara resmi mengakui rangkaian kekejaman berusia lebih dari 100 tahun itu sebagai genosida.

Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan kepada situs berita Haberturk minggu ini bahwa kata-kata Biden tidak memiliki efek hukum dan hanya akan membahayakan hubungan AS-Turki.

"Jika Amerika Serikat ingin memperburuk hubungan, keputusan ada di tangan mereka," katanya.

Erdogan sendiri pada hari Rabu mengatakan bahwa pemerintahannya akan terus membela kebenaran dalam menghadapi kebohongan "genosida orang Armenia". "Dan mereka yang mendukung fitnah ini dengan perhitungan politik," katanya seperti dikutip Anadolu Agency.

Selama kampanye pemilihan presiden AS tahun lalu, Biden berjanji untuk mengakui "Genosida Armenia" dan menjadikan hak asasi manusia universal sebagai prioritas utama.



Tetap saja, itu bukan kesimpulan awal yang akan digunakan Biden dalam pernyataan resmi. Presiden Barack Obama membuat janji serupa pada tahun 2008. Namun dalam delapan tahun masa jabatannya, ia hanya mengeluarkan pernyataan sederhana yang menyebut peristiwa 1915 sebagai "tragedi", "kekejaman massal" dan "horor"—tetapi bukan genosida.

Pada 2019, kedua majelis Kongres mengadopsi resolusi yang mengakui genosida Armenia. Pemungutan suara itu terjadi di tengah perselisihan mengenai sistem rudal anti-pesawat Rusia yang dibeli Turki dan setelah Turki memulai operasi militer di Suriah, menyusul keputusan Trump untuk secara tiba-tiba menarik pasukan AS dari wilayah yang dikuasai Kurdi.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More