Pakar Militer: Insiden Kapal Selam Nanggala-402 Pukulan Moral bagi Indonesia
Jum'at, 23 April 2021 - 11:17 WIB
JAKARTA - Pakar militer mengatakan insiden hilang kontak kapal selam KRI Nanggala-402 Angkatan Laut Indonesia bersama 53 awak di perairan Bali menjadi pukulan moral bagi militer negara ini.
Alasannya, fakta bahwa banyak peralatan militer sudah uzur tapi tantangan dari militer asing ada di depan mata. Tantangan eksternal itu, termasuk dari China yang pernah berseteru dengan Indonesia di perairan Natuna.
Kapal selam Type 209 buatan Jerman itu hilang kontak sejak Rabu dan hingga hari ini (23/4/2021) masih dalam pencarian.
Natalie Sambhi, direktur eksekutif Verve Research—sebuah penelitian kolektif multidisiplin yang berfokus pada militer Asia Tenggara—mengatakan kepada Al Jazeera bahwa insiden tersebut menunjukkan perlunya Indonesia untuk mempertahankan sistemnya, dalam hal peralatan angkatan bersenjata dan tentaranya, penerbang dan awak kapal.
“Mengingat usia beberapa platform Angkatan Laut Indonesia, ini tidak mengejutkan sama sekali, tetapi mengecewakan,” katanya.
"Ini bisa menjadi pukulan moral di saat Indonesia benar-benar membutuhkan sistem pertahanan maritim yang kuat. China, terutama, telah meningkatkan skala serangannya di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Asia Tenggara, melawan Indonesia dan terutama terhadap Filipina akhir-akhir ini," paparnya.
Indonesia sebelumnya memiliki 12 armada kapal selam, meski kini hanya mengoperasikan lima, dua di antaranya termasuk KRI Nanggala-402.
Tiga lainnya adalah kapal selam yang lebih modern buatan Korea Selatan. Ada juga rencana untuk membeli lebih banyak kapal selam dari Korea Selatan pada tahun 2024, meskipun Sambhi mengatakan bahwa ini sangat dibutuhkan mengingat Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia.
Alasannya, fakta bahwa banyak peralatan militer sudah uzur tapi tantangan dari militer asing ada di depan mata. Tantangan eksternal itu, termasuk dari China yang pernah berseteru dengan Indonesia di perairan Natuna.
Baca Juga
Kapal selam Type 209 buatan Jerman itu hilang kontak sejak Rabu dan hingga hari ini (23/4/2021) masih dalam pencarian.
Natalie Sambhi, direktur eksekutif Verve Research—sebuah penelitian kolektif multidisiplin yang berfokus pada militer Asia Tenggara—mengatakan kepada Al Jazeera bahwa insiden tersebut menunjukkan perlunya Indonesia untuk mempertahankan sistemnya, dalam hal peralatan angkatan bersenjata dan tentaranya, penerbang dan awak kapal.
“Mengingat usia beberapa platform Angkatan Laut Indonesia, ini tidak mengejutkan sama sekali, tetapi mengecewakan,” katanya.
"Ini bisa menjadi pukulan moral di saat Indonesia benar-benar membutuhkan sistem pertahanan maritim yang kuat. China, terutama, telah meningkatkan skala serangannya di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Asia Tenggara, melawan Indonesia dan terutama terhadap Filipina akhir-akhir ini," paparnya.
Indonesia sebelumnya memiliki 12 armada kapal selam, meski kini hanya mengoperasikan lima, dua di antaranya termasuk KRI Nanggala-402.
Tiga lainnya adalah kapal selam yang lebih modern buatan Korea Selatan. Ada juga rencana untuk membeli lebih banyak kapal selam dari Korea Selatan pada tahun 2024, meskipun Sambhi mengatakan bahwa ini sangat dibutuhkan mengingat Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia.
tulis komentar anda