Kritik Pemerintah Islamofobia, Jurnalis Muslim Prancis Diancam Dibunuh
Senin, 12 April 2021 - 12:23 WIB
Jurnalis tersebut meminta Presiden Macron, Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin dan Menteri Kewarganegaraan Marlene Schiappa untuk mengambil tindakan melawan kampanye kebencian terhadapnya. "Dan semua Muslim yang tinggal di Prancis," paparnya.
Dia kemudian berargumen bahwa media terlena dalam iklim beracun, yang menstigmatisasi komunitas Muslim.
Schiappa mengatakan bahwa tidak ada debat politik yang dapat membenarkan ancaman "seksis dan rasis". Dia menyarankan Nadiya untuk mengajukan keluhan kepada pihak berwenang.
Nadiya, yang memiliki saluran YouTube sendiri, pertama kali menjadi populer tiga tahun lalu dengan memperdebatkan politisi konservatif di acara televisi Prancis dan menentang proposal yang melarang jilbab bagi Ibu yang menemani anaknya dalam perjalanan sekolah.
Dia juga berbicara menentang Islamofobia, mengatakan kepada Al Jazeera pada tahun 2019 bahwa tidak ada "reaksi sosial" terhadap pandangan Islamofobia di Prancis, dan mengkritik pemerintah karena mempromosikan pesan bahwa Muslim Prancis adalah "musuh terselubung dari dalam negeri."
Menyusul serangkaian serangan kelompok militan Islamis tahun lalu, pemerintah memperkenalkan rancangan undang-undang (RUU) yang memungkinkan tindakan keras terhadap kelompok dan individu yang dicurigai sebagai ekstremis dan merusak prinsip-prinsip sekuler negara tersebut.
RUU tersebut, dan retorika Macron tentang Muslim, menuai kritik baik di dalam maupun luar negeri.
Perdebatan seputar RUU itu muncul kembali minggu ini, setelah anggota parlemen menambahkan amandemen yang akan melarang anak di bawah umur mengenakan jilbab Muslim di depan umum.
Dia kemudian berargumen bahwa media terlena dalam iklim beracun, yang menstigmatisasi komunitas Muslim.
Schiappa mengatakan bahwa tidak ada debat politik yang dapat membenarkan ancaman "seksis dan rasis". Dia menyarankan Nadiya untuk mengajukan keluhan kepada pihak berwenang.
Nadiya, yang memiliki saluran YouTube sendiri, pertama kali menjadi populer tiga tahun lalu dengan memperdebatkan politisi konservatif di acara televisi Prancis dan menentang proposal yang melarang jilbab bagi Ibu yang menemani anaknya dalam perjalanan sekolah.
Dia juga berbicara menentang Islamofobia, mengatakan kepada Al Jazeera pada tahun 2019 bahwa tidak ada "reaksi sosial" terhadap pandangan Islamofobia di Prancis, dan mengkritik pemerintah karena mempromosikan pesan bahwa Muslim Prancis adalah "musuh terselubung dari dalam negeri."
Menyusul serangkaian serangan kelompok militan Islamis tahun lalu, pemerintah memperkenalkan rancangan undang-undang (RUU) yang memungkinkan tindakan keras terhadap kelompok dan individu yang dicurigai sebagai ekstremis dan merusak prinsip-prinsip sekuler negara tersebut.
RUU tersebut, dan retorika Macron tentang Muslim, menuai kritik baik di dalam maupun luar negeri.
Perdebatan seputar RUU itu muncul kembali minggu ini, setelah anggota parlemen menambahkan amandemen yang akan melarang anak di bawah umur mengenakan jilbab Muslim di depan umum.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda