Jet Tempur KF-21 Resmi Meluncur, Proyek Bersama Korsel-Indonesia
Jum'at, 09 April 2021 - 15:37 WIB
SEOUL - Korea Selatan (Korsel) meluncurkan jet tempur supersonik buatannya, KF-21 pada Jumat (9/4/2021). Ini membuat Negeri Gingseng itu bergabung dengan negara-negara kelompok elit pembuat jet tempur supersonik.
Setelah beroperasi, jet tempur KF-21 diharapkan akan dipersenjatai dengan berbagai rudal udara-ke-udara dan udara-ke-permukaan dan bahkan mungkin rudal jelajah yang diluncurkan dari udara.
Pesawat tempur bermesin ganda ini akan tersedia dalam versi satu dan dua kursi, tergantung pada misi yang ditugaskan.
"Era baru pertahanan independen telah dimulai, dan ini merupakan tonggak bersejarah dalam pengembangan industri penerbangan (Korea Selatan)," kata Presiden Korsel Moon Jae-in pada peluncuran KF-21 di pabrik produksi Industri Dirgantara Korea di Sacheon, provinsi Gyeongsang Selatan seperti dikutip dari CNN.
Moon mengatakan setelah uji darat dan penerbangan selesai, produksi massal KF-21 akan dimulai dengan target 40 jet akan dikerahkan pada 2028 dan 120 pada 2032.
"Ketika produksi massal skala penuh dimulai, 100.000 pekerjaan tambahan akan tercipta dan kami akan memiliki nilai tambah 5,9 triliun won Korea (USD5,2 miliar). Efeknya akan jauh lebih besar jika diekspor," ujar Moon.
Korsel diharapkan akan menghasilkan enam prototipe jet tempur yang dijuluki Boramae, atau "elang muda yang dilatih untuk berburu," untuk pengujian dan pengembangan. Menurut Administrasi Program Akuisisi Pertahanan (DAPA) negara itu, tiga yang pertama akan selesai pada akhir tahun ini dan tiga berikutnya pada paruh pertama tahun 2022, . .
Meski hanya 65% dari KF-21 yang berasal dari Korsel, peluncurannya masih menandai pencapaian yang signifikan bagi negara yang tidak memiliki sejarah panjang dalam produksi pesawat itu.
"Ketika tes terakhir selesai di masa depan, Korea Selatan akan menjadi negara kedelapan di dunia yang telah mengembangkan pesawat tempur supersonik canggih," bunyi pernyataan pemerintah.
Korsel akan bergaung dengan Amerika Serikat (AS), Rusia, China, Jepang, Prancis, Swedia serta konsorsium Eropa dari Inggris, Jerman, Italia, dan Spanyol.
Dari jumlah tersebut, hanya AS dan China yang telah mengerahkan jet tempur generasi kelima buatan dalam negeri - pesawat yang menampilkan teknologi siluman, kemampuan pengacau radar, dan avionik canggih yang mengintegrasikan data onboard dan jarak jauh untuk memberi pilot gambaran real-time yang lengkap tentang operasi mereka, menurut Pusat Kompetensi Kekuatan Udara Gabungan NATO.
Sementara DAPA menyebut KF-21 sebagai jet tempur generasi 4,5 karena tidak memiliki, misalnya, ruang senjata internal yang meningkatkan kemampuan siluman, para analis mengatakan pesawat itu mungkin dapat terbang lebih tinggi dan lebih cepat daripada pesawat tempur generasi kelima terbaru buatan AS, F-35, dan masih membawa beban senjata yang kuat.
"KF-21 adalah pesawat tempur pertama yang dibuat dengan teknologi dalam negeri, dan ini menunjukkan bahwa Korea Selatan sekarang mampu membangun pesawat tempur sendiri. Ini juga akan menjadi batu loncatan untuk mengembangkan pesawat tempur yang lebih baik dan mengoperasikan senjata yang dikembangkan secara lokal," bunyi pernyataan DAPA kepada CNN.
KF-21 adalah proyek bersama antara Korea Selatan dan Indonesia di mana Seoul memiliki 80% saham sementara Jakarta mengincar 20%. Korea Selatan mengatakan Indonesia menunggak pembayaran untuk proyek tersebut, tetapi negosiasi terus berlanjut dan Menteri Pertahanan Indonesia turut menyaksikan peluncuran tersebut.
Moon memberikan penghormatan kepada Indonesia atas perannya.
“Secara khusus saya berterima kasih kepada pemerintah Indonesia yang telah menjadi mitra yang percaya pada potensi Korea Selatan,” ucapnya.
Jet tempur baru diharapkan menggantikan pesawat tempur F-4 dan F-5 Korsel, jet generasi ketiga yang dirancang AS yang pertama kali diperkenalkan pada 1960-an.
Ketika produksi berjalan meningkat, jet tempur itu juga bisa menggantikan F-16 dan F-15K generasi keempat Korsel, analis Abraham Ait, pemimpin redaksi Majalah Military Watch, menulis di The Diplomat tahun lalu.
Korsel juga mengoperasikan pesawat tempur siluman F-35, menerima pesanan pertama dalam 40 jet pada tahun 2018.
Sementara KF-21 pada akhirnya dapat menggantikan ratusan jet tempur di armada Korsel, burung besi itu juga memiliki potensi ekspor yang signifikan karena label harganya diperkirakan akan jauh lebih rendah daripada jet tempur F-35 yang dijual AS.
"Thailand, Filipina, dan bahkan mungkin Irak bisa menjadi klien utama untuk pesawat tempur tersebut," tulis Ait, mencatat bahwa negara-negara itu semua mengoperasikan jenis pesawat yang sama yang akan diganti oleh KF-21 di armada Korsel. Mereka juga telah menjadi pelanggan untuk pesawat tempur serang ringan FA-50 yang dikembangkan secara lokal.
Jika Seoul berhasil memasarkan KF-21 sebagai produk ekspor, maka tren Korsel akan terus berlanjut. Menurut statistik dari Stockholm International Peace Research Institute, ekspor senjata Seoul 210% lebih tinggi dari 2016 hingga 2020 dibandingkan lima tahun sebelumnya - memberi Korsel pangsa 2,7% dari pasar senjata global dunia.
Juru bicara pemerintah Lim Se-eun pada Kamis kemarin mengatakan, Korsel berencana untuk membangun kemampuan pengawasan dan pengintaiannya sendiri, kemampuan peperangan elektronik, meningkatkan pertahanan udaranya, membangun senjata berpemandu yang lebih kuat, dan mengamankan sistem navigasi satelit independen dan kemampuan perang ruang angkasa - semua dengan tujuan berada di tujuh negara teratas dalam industri penerbangan global pada tahun 2030.
Setelah beroperasi, jet tempur KF-21 diharapkan akan dipersenjatai dengan berbagai rudal udara-ke-udara dan udara-ke-permukaan dan bahkan mungkin rudal jelajah yang diluncurkan dari udara.
Pesawat tempur bermesin ganda ini akan tersedia dalam versi satu dan dua kursi, tergantung pada misi yang ditugaskan.
"Era baru pertahanan independen telah dimulai, dan ini merupakan tonggak bersejarah dalam pengembangan industri penerbangan (Korea Selatan)," kata Presiden Korsel Moon Jae-in pada peluncuran KF-21 di pabrik produksi Industri Dirgantara Korea di Sacheon, provinsi Gyeongsang Selatan seperti dikutip dari CNN.
Moon mengatakan setelah uji darat dan penerbangan selesai, produksi massal KF-21 akan dimulai dengan target 40 jet akan dikerahkan pada 2028 dan 120 pada 2032.
"Ketika produksi massal skala penuh dimulai, 100.000 pekerjaan tambahan akan tercipta dan kami akan memiliki nilai tambah 5,9 triliun won Korea (USD5,2 miliar). Efeknya akan jauh lebih besar jika diekspor," ujar Moon.
Korsel diharapkan akan menghasilkan enam prototipe jet tempur yang dijuluki Boramae, atau "elang muda yang dilatih untuk berburu," untuk pengujian dan pengembangan. Menurut Administrasi Program Akuisisi Pertahanan (DAPA) negara itu, tiga yang pertama akan selesai pada akhir tahun ini dan tiga berikutnya pada paruh pertama tahun 2022, . .
Meski hanya 65% dari KF-21 yang berasal dari Korsel, peluncurannya masih menandai pencapaian yang signifikan bagi negara yang tidak memiliki sejarah panjang dalam produksi pesawat itu.
"Ketika tes terakhir selesai di masa depan, Korea Selatan akan menjadi negara kedelapan di dunia yang telah mengembangkan pesawat tempur supersonik canggih," bunyi pernyataan pemerintah.
Korsel akan bergaung dengan Amerika Serikat (AS), Rusia, China, Jepang, Prancis, Swedia serta konsorsium Eropa dari Inggris, Jerman, Italia, dan Spanyol.
Dari jumlah tersebut, hanya AS dan China yang telah mengerahkan jet tempur generasi kelima buatan dalam negeri - pesawat yang menampilkan teknologi siluman, kemampuan pengacau radar, dan avionik canggih yang mengintegrasikan data onboard dan jarak jauh untuk memberi pilot gambaran real-time yang lengkap tentang operasi mereka, menurut Pusat Kompetensi Kekuatan Udara Gabungan NATO.
Sementara DAPA menyebut KF-21 sebagai jet tempur generasi 4,5 karena tidak memiliki, misalnya, ruang senjata internal yang meningkatkan kemampuan siluman, para analis mengatakan pesawat itu mungkin dapat terbang lebih tinggi dan lebih cepat daripada pesawat tempur generasi kelima terbaru buatan AS, F-35, dan masih membawa beban senjata yang kuat.
"KF-21 adalah pesawat tempur pertama yang dibuat dengan teknologi dalam negeri, dan ini menunjukkan bahwa Korea Selatan sekarang mampu membangun pesawat tempur sendiri. Ini juga akan menjadi batu loncatan untuk mengembangkan pesawat tempur yang lebih baik dan mengoperasikan senjata yang dikembangkan secara lokal," bunyi pernyataan DAPA kepada CNN.
KF-21 adalah proyek bersama antara Korea Selatan dan Indonesia di mana Seoul memiliki 80% saham sementara Jakarta mengincar 20%. Korea Selatan mengatakan Indonesia menunggak pembayaran untuk proyek tersebut, tetapi negosiasi terus berlanjut dan Menteri Pertahanan Indonesia turut menyaksikan peluncuran tersebut.
Moon memberikan penghormatan kepada Indonesia atas perannya.
“Secara khusus saya berterima kasih kepada pemerintah Indonesia yang telah menjadi mitra yang percaya pada potensi Korea Selatan,” ucapnya.
Jet tempur baru diharapkan menggantikan pesawat tempur F-4 dan F-5 Korsel, jet generasi ketiga yang dirancang AS yang pertama kali diperkenalkan pada 1960-an.
Ketika produksi berjalan meningkat, jet tempur itu juga bisa menggantikan F-16 dan F-15K generasi keempat Korsel, analis Abraham Ait, pemimpin redaksi Majalah Military Watch, menulis di The Diplomat tahun lalu.
Korsel juga mengoperasikan pesawat tempur siluman F-35, menerima pesanan pertama dalam 40 jet pada tahun 2018.
Sementara KF-21 pada akhirnya dapat menggantikan ratusan jet tempur di armada Korsel, burung besi itu juga memiliki potensi ekspor yang signifikan karena label harganya diperkirakan akan jauh lebih rendah daripada jet tempur F-35 yang dijual AS.
"Thailand, Filipina, dan bahkan mungkin Irak bisa menjadi klien utama untuk pesawat tempur tersebut," tulis Ait, mencatat bahwa negara-negara itu semua mengoperasikan jenis pesawat yang sama yang akan diganti oleh KF-21 di armada Korsel. Mereka juga telah menjadi pelanggan untuk pesawat tempur serang ringan FA-50 yang dikembangkan secara lokal.
Jika Seoul berhasil memasarkan KF-21 sebagai produk ekspor, maka tren Korsel akan terus berlanjut. Menurut statistik dari Stockholm International Peace Research Institute, ekspor senjata Seoul 210% lebih tinggi dari 2016 hingga 2020 dibandingkan lima tahun sebelumnya - memberi Korsel pangsa 2,7% dari pasar senjata global dunia.
Juru bicara pemerintah Lim Se-eun pada Kamis kemarin mengatakan, Korsel berencana untuk membangun kemampuan pengawasan dan pengintaiannya sendiri, kemampuan peperangan elektronik, meningkatkan pertahanan udaranya, membangun senjata berpemandu yang lebih kuat, dan mengamankan sistem navigasi satelit independen dan kemampuan perang ruang angkasa - semua dengan tujuan berada di tujuh negara teratas dalam industri penerbangan global pada tahun 2030.
(ian)
tulis komentar anda