Kejahatan pada Warga Asia Meningkat di New York, Polisi Dikerahkan

Sabtu, 27 Maret 2021 - 02:01 WIB
Personil polisi dikerahkan di Manhattan, New York City, AS. Foto/REUTERS
NEW YORK CITY - Otoritas New York City berencana mengerahkan tim polisi yang semuanya keturunan Asia untuk menyamar demi memerangi meningkatnya kejahatan rasial terhadap orang Asia.

Warga New York City terdiri atas berbagai etnis dan menggunakan sekitar 200 bahasa yang berbeda.

"Jika Anda akan melakukan kejahatan rasial di New York City, kami akan menemukan Anda," ujar Komisaris Kepolisian New York City Dermot Shea dalam mengungkap rencana dua arah untuk memerangi kejahatan rasial.





“Kami tidak akan mentolerir siapa pun yang menjadi sasaran karena warna kulit mereka, agama yang mereka sembah, preferensi seksual mereka atau apa pun,” papar Shea.



Hanya beberapa hari setelah serentetan serangan terhadap orang Asia-Amerika di New York City akhir pekan lalu, Shea mengatakan dia meningkatkan pasukan penyamaran NYPD dengan petugas berpakaian preman, semuanya keturunan Asia.

Lihat infografis: Blunder, Jet Siluman F-35 AS Terkena Pelurunya Sendiri

Mulai akhir pekan ini, mereka akan berpatroli di kereta bawah tanah, toko bahan makanan, dan lokasi lain untuk membendung insiden anti-Asia yang berjumlah 26 kasus sepanjang tahun ini, termasuk 12 serangan.

"Orang berikutnya yang Anda targetkan melalui pidato atau aktivitas mengancam mungkin adalah petugas polisi New York yang berpakaian biasa, jadi pikirkan dua kali," ungkap Shea.

“Sebanyak 26 insiden sejauh ini telah mengakibatkan tujuh penangkapan,” papar kepolisian.

“Insiden itu termasuk 12 serangan sepanjang tahun ini, tiga di antaranya akhir pekan lalu,” ungkap kepolisian.

“Sebagai perbandingan, dibandingkan tahun lalu pada pekan ini, tidak ada serangan yang dilaporkan terhadap orang Asia-Amerika,” papar kepolisian.

Karena kejahatan rasial terlalu sering tidak dilaporkan, sekarang siapa pun yang menelepon 911 dapat mengucapkan satu kata bahasa Inggris untuk bahasa ibu mereka, seperti Mandarin, dan operator polisi akan membantu mengakses penerjemah yang berbicara lebih dari 200 bahasa.

Para advokat mengaitkan lonjakan kejahatan kebencian pada komunitas Asia-Amerika Kepulauan Pasifik atas penyebaran virus corona.

Komunitas tersebut melaporkan lonjakan kekerasan sejak Maret 2020, ketika Presiden Donald Trump berulang kali menyebut COVID-19 sebagai "virus China" dan "kung flu," yang menurut beberapa orang memicu sentimen anti-Asia.

Kejahatan kebencian terhadap orang Asia-Amerika naik 149% pada 2020 di 16 kota besar Amerika Serikat dibandingkan dengan 2019, menurut Pusat Studi Kebencian dan Ekstremisme.

Insiden kekerasan termasuk orang-orang yang disayat dengan pisau pemotong, disulut dengan api dan pelecehan verbal, menurut kesaksian pada sidang Kongres AS tentang kekerasan anti-Asia yang digelar bulan ini.

Insiden paling mematikan adalah penembakan bulan ini di tiga spa daerah Atlanta yang menewaskan delapan orang, enam orang di antaranya wanita Asia.

Seorang pria kulit putih berusia 21 tahun telah didakwa dengan berbagai tuduhan pembunuhan.

Motif investigasi polisi tidak mengesampingkan kemungkinan bahwa serangan itu diprovokasi, setidaknya sebagian, oleh sentimen anti-imigran atau anti-Asia.
(sya)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More