Presiden Ini Sesumbar Negaranya Bebas COVID-19 tapi Hilang 18 Hari lalu Meninggal
Kamis, 18 Maret 2021 - 10:06 WIB
DODOMA - Presiden Tanzania John Magufuli pernah sesumbar bahwa negaranya bebas virus corona baru ( COVID-19 ). Namun, dia menghilang dari publik selama 18 hari dan akhirnya dinyatakan meninggal kemarin.
Wakil Presiden Samia Suluhu Hassan dalam pidato di televisi pemerintah mengatakan Presiden Magufuli meninggal karena penyakit jantung.
“Dengan sangat menyesal saya memberi tahu Anda bahwa hari ini pada 17 Maret 2021 pukul 18.00 sore kami kehilangan pemimpin pemberani kami, Presiden Republik Tanzania, John Pombe Magufuli," katanya.
Presiden itu meninggal setelah serangkaian kematian dan penyakit terkenal yang dikaitkan dengan "masalah pernapasan" atau "pneumonia" dalam beberapa pekan terakhir dan tuduhan bahwa negara itu menutupi wabah COVID-19.
Meskipun pandemi virus corona menyebabkan kesengsaraan yang tak terhitung di seluruh dunia selama setahun terakhir, Tanzania menyatakan tidak memiliki satu kasus pun sejak Mei 2020.
Alih-alih mewajibkan penggunaan masker, penguncian, dan menjaga jarak sosial, negara Afrika Timur memilih untuk mengandalkan kekuatan doa, teknik penyembuhan tradisional seperti menghirup uap, dan pengobatan alami menggunakan jahe dan limun.
Menurut data resmi pemerintah, teknik-teknik itu berhasil.
Sementara negara-negara tetangga telah dirusak oleh pandemi COVID-19, Tanzania—dengan populasi sekitar 60 juta—mengeklaim hanya memiliki 509 kasus virus dan hanya ada 21 kematian.
Wakil Presiden Samia Suluhu Hassan dalam pidato di televisi pemerintah mengatakan Presiden Magufuli meninggal karena penyakit jantung.
“Dengan sangat menyesal saya memberi tahu Anda bahwa hari ini pada 17 Maret 2021 pukul 18.00 sore kami kehilangan pemimpin pemberani kami, Presiden Republik Tanzania, John Pombe Magufuli," katanya.
Presiden itu meninggal setelah serangkaian kematian dan penyakit terkenal yang dikaitkan dengan "masalah pernapasan" atau "pneumonia" dalam beberapa pekan terakhir dan tuduhan bahwa negara itu menutupi wabah COVID-19.
Meskipun pandemi virus corona menyebabkan kesengsaraan yang tak terhitung di seluruh dunia selama setahun terakhir, Tanzania menyatakan tidak memiliki satu kasus pun sejak Mei 2020.
Alih-alih mewajibkan penggunaan masker, penguncian, dan menjaga jarak sosial, negara Afrika Timur memilih untuk mengandalkan kekuatan doa, teknik penyembuhan tradisional seperti menghirup uap, dan pengobatan alami menggunakan jahe dan limun.
Menurut data resmi pemerintah, teknik-teknik itu berhasil.
Sementara negara-negara tetangga telah dirusak oleh pandemi COVID-19, Tanzania—dengan populasi sekitar 60 juta—mengeklaim hanya memiliki 509 kasus virus dan hanya ada 21 kematian.
Lihat Juga :
tulis komentar anda