Menlu AS Kutuk Pembersihan Etnis di Tigray Ethiopia
Kamis, 11 Maret 2021 - 09:08 WIB
WASHINGTON - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengutuk tindakan pembersihan etnis di wilayah Tigray yang diperangi Ethiopia , saat ia menyerukan pertanggungjawaban penuh dan penarikan pasukan dari negara tetangga Eritrea dan pejuang lainnya.
Memberikan testimoni di depan Kongres AS, Blinken mengatakan dia menginginkan pasukan keamanan di wilayah itu yang tidak akan menyalahgunakan hak asasi manusia masyarakat Tigray, atau melakukan tindakan pembersihan etnis di Tigray barat".
Mengutip laporan "sangat kredibel" tentang pelanggaran dan kekejaman hak asasi manusia yang sedang berlangsung, ia menyerukan penyelidikan independen atas apa yang terjadi di sana dan proses rekonsiliasi sehingga negara dapat bergerak maju secara politik.
"Kami memiliki, seperti yang Anda ketahui, pasukan dari Eritrea di sana, dan kami memiliki pasukan dari wilayah (Ethiopia) yang bersebelahan, Amhara, yang ada di sana. Mereka harus keluar," ujarnya seperti dikutip dari Al Jazeera, Kamis (11/3/2021).
Setelah ketegangan berbulan-bulan, Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed pada awal November mengumumkan operasi militer terhadap partai yang memerintah di kawasan itu, Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF), menuduh mereka menyerang kamp-kamp militer federal.
"Saya sangat memahami kekhawatiran, misalnya, yang dimiliki perdana menteri tentang TPLF dan tindakannya, tetapi situasi di Tigray hari ini tidak dapat diterima dan harus berubah," kata Blinken.
Komentar Blinken datang beberapa jam setelah Berhane Kidanemariam, wakil kepala misi di kedutaan Ethiopia di Washington mundur dari posisinya. Ia menuduh Abiy memimpin Ethiopia menyusuri jalan gelap menuju kehancuran dan disintegrasi.
"Saya mengundurkan diri dari jabatan saya sebagai protes atas perang genosida di Tigray, dan sebagai protes atas semua penindasan dan penghancuran yang dilakukan pemerintah di seluruh Ethiopia," katanya.
Memberikan testimoni di depan Kongres AS, Blinken mengatakan dia menginginkan pasukan keamanan di wilayah itu yang tidak akan menyalahgunakan hak asasi manusia masyarakat Tigray, atau melakukan tindakan pembersihan etnis di Tigray barat".
Mengutip laporan "sangat kredibel" tentang pelanggaran dan kekejaman hak asasi manusia yang sedang berlangsung, ia menyerukan penyelidikan independen atas apa yang terjadi di sana dan proses rekonsiliasi sehingga negara dapat bergerak maju secara politik.
"Kami memiliki, seperti yang Anda ketahui, pasukan dari Eritrea di sana, dan kami memiliki pasukan dari wilayah (Ethiopia) yang bersebelahan, Amhara, yang ada di sana. Mereka harus keluar," ujarnya seperti dikutip dari Al Jazeera, Kamis (11/3/2021).
Setelah ketegangan berbulan-bulan, Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed pada awal November mengumumkan operasi militer terhadap partai yang memerintah di kawasan itu, Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF), menuduh mereka menyerang kamp-kamp militer federal.
"Saya sangat memahami kekhawatiran, misalnya, yang dimiliki perdana menteri tentang TPLF dan tindakannya, tetapi situasi di Tigray hari ini tidak dapat diterima dan harus berubah," kata Blinken.
Komentar Blinken datang beberapa jam setelah Berhane Kidanemariam, wakil kepala misi di kedutaan Ethiopia di Washington mundur dari posisinya. Ia menuduh Abiy memimpin Ethiopia menyusuri jalan gelap menuju kehancuran dan disintegrasi.
"Saya mengundurkan diri dari jabatan saya sebagai protes atas perang genosida di Tigray, dan sebagai protes atas semua penindasan dan penghancuran yang dilakukan pemerintah di seluruh Ethiopia," katanya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda