AS dan Eropa Khawatir Israel Sedang Persiapkan Serangan ke Iran
Kamis, 04 Maret 2021 - 22:14 WIB
BRUSSELS - Pada 26 Februari, dua ledakan menghantam kapal kargo milik Israel yang beroperasi di Teluk Oman. Sejumlah pejabat negara itu, mulai dari Perdana Menteri Benjamin Netanyahu hingga Menteri Keamanan Israel, ramai-ramai menyalahkan Iran atas serangan tersebut.
Serangan tersebut memicu perdebatan sengit di Israel tentang perlunya merespons hal tersebut.
Situasi ini memicu kekhawatiran Israel sedang mempersiapkan serangan substansial terhadap Iran. Israel dapat menggunakan provokasi ganda sebagai alasan untuk menyerang Iran di saat Eropa dan Amerika Serikat (AS) berharap untuk memulai kembali pembicaraan nuklir dengan imbalan pembukaan kembali perdagangan ekonomi dan hubungan yang lebih damai.
Sebelumnya, media dan pejabat Israel telah mencurigai Iran dengan sengaja mengirim sebuah kapal untuk membuang ratusan ton minyak mentah ke pantainya sebagai balas dendam atas pembunuhan ilmuwan nuklir top negara itu pada November lalu. Ini menjadi bencana ekologi terburuk di daerah itu dalam beberapa dekade.
Selama dua minggu terakhir, berton-ton minyak mentah telah terdampar di pantai Israel dan Lebanon menghancurkan satwa liar dan menyebabkan kerusakan ekologi yang menurut para ahli lingkungan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk pulih.
"Iran sangat pandai dalam mengelola eskalasi, tetapi jika kedua insiden itu adalah pekerjaan mereka, ini merupakan pertaruhan karena kedua operasi tersebut telah membuat Israel jauh lebih marah daripada provokasi normal," kata seorang diplomat Eropa di Timur Tengah, yang menolak disebutkan namanya karena alasan sensitifnya permasalahan ini.
"Iran harus tahu bahwa Israel sedang mencari alasan yang baik untuk meningkatkan masalah itu sendiri karena kekhawatiran bahwa Biden akan mengabaikan mereka dalam memotong kesepakatan baru tentang program nuklir," kata diplomat itu.
"Dan sementara saya biasanya menyambut negara-negara yang tidak terburu-buru mengambil kesimpulan, saya rasa saya lebih suka jika (Perdana Menteri Israel Binyamin Netanyahu) tampil di televisi sambil berteriak dan melambaikan gambar penyu mati. Sampai dia memberikan pertunjukkan itu, ada kekhawatiran, itu berarti para perencana sedang mengerjakan tanggapan yang substansial, yang akan menjadi masalah bagi mereka yang menginginkan kesepakatan nuklir," imbuhnya seperti dikutip dari Business Insider, Kamis (4/3/2021).
Seorang pejabat di Dewan Keamanan Nasional AS - yang tidak berbicara kepada media - mengatakan kekhawatiran akan respons Israel begitu nyata namun rasa frustasi atas provokasi Iran meningkat di Washington dan Eropa.
"Semua orang tahu Bibi (Benjamin Netanyahu) ingin memperlambat dimulainya kembali pembicaraan tentang nuklir dan sedang mencari alasan untuk memaksa beberapa tindakan yang tidak bisa dibatalkan," ujar pejabat itu.
"Tapi jelas ada garis keras di Teheran yang setuju dan terus menawarkan dia alasan. Sulit untuk mengkhotbahkan kesabaran ketika Iran bertindak dengan cara yang agresif ini," tukasnya.
Serangan tersebut memicu perdebatan sengit di Israel tentang perlunya merespons hal tersebut.
Situasi ini memicu kekhawatiran Israel sedang mempersiapkan serangan substansial terhadap Iran. Israel dapat menggunakan provokasi ganda sebagai alasan untuk menyerang Iran di saat Eropa dan Amerika Serikat (AS) berharap untuk memulai kembali pembicaraan nuklir dengan imbalan pembukaan kembali perdagangan ekonomi dan hubungan yang lebih damai.
Sebelumnya, media dan pejabat Israel telah mencurigai Iran dengan sengaja mengirim sebuah kapal untuk membuang ratusan ton minyak mentah ke pantainya sebagai balas dendam atas pembunuhan ilmuwan nuklir top negara itu pada November lalu. Ini menjadi bencana ekologi terburuk di daerah itu dalam beberapa dekade.
Selama dua minggu terakhir, berton-ton minyak mentah telah terdampar di pantai Israel dan Lebanon menghancurkan satwa liar dan menyebabkan kerusakan ekologi yang menurut para ahli lingkungan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk pulih.
"Iran sangat pandai dalam mengelola eskalasi, tetapi jika kedua insiden itu adalah pekerjaan mereka, ini merupakan pertaruhan karena kedua operasi tersebut telah membuat Israel jauh lebih marah daripada provokasi normal," kata seorang diplomat Eropa di Timur Tengah, yang menolak disebutkan namanya karena alasan sensitifnya permasalahan ini.
"Iran harus tahu bahwa Israel sedang mencari alasan yang baik untuk meningkatkan masalah itu sendiri karena kekhawatiran bahwa Biden akan mengabaikan mereka dalam memotong kesepakatan baru tentang program nuklir," kata diplomat itu.
"Dan sementara saya biasanya menyambut negara-negara yang tidak terburu-buru mengambil kesimpulan, saya rasa saya lebih suka jika (Perdana Menteri Israel Binyamin Netanyahu) tampil di televisi sambil berteriak dan melambaikan gambar penyu mati. Sampai dia memberikan pertunjukkan itu, ada kekhawatiran, itu berarti para perencana sedang mengerjakan tanggapan yang substansial, yang akan menjadi masalah bagi mereka yang menginginkan kesepakatan nuklir," imbuhnya seperti dikutip dari Business Insider, Kamis (4/3/2021).
Seorang pejabat di Dewan Keamanan Nasional AS - yang tidak berbicara kepada media - mengatakan kekhawatiran akan respons Israel begitu nyata namun rasa frustasi atas provokasi Iran meningkat di Washington dan Eropa.
"Semua orang tahu Bibi (Benjamin Netanyahu) ingin memperlambat dimulainya kembali pembicaraan tentang nuklir dan sedang mencari alasan untuk memaksa beberapa tindakan yang tidak bisa dibatalkan," ujar pejabat itu.
"Tapi jelas ada garis keras di Teheran yang setuju dan terus menawarkan dia alasan. Sulit untuk mengkhotbahkan kesabaran ketika Iran bertindak dengan cara yang agresif ini," tukasnya.
(ian)
tulis komentar anda