Azerbaijan: Armenia Banyak Merusak, Akibatkan Kerugian Rp713 Triliun
Kamis, 04 Maret 2021 - 14:50 WIB
BAKU - Total kerusakan material yang ditimbulkan Armenia terhadap Azerbaijan berjumlah lebih dari USD50 miliar (Rp713 triliun).
Duta Besar Azerbaijan untuk Turki Khazar Kata Ibrahim mengungkap data itu kepada Anadolu Agency dalam wawancara.
"Selain pendudukan Nagorno-Karabakh dan tujuh wilayah yang berdekatan, serta kejahatan perang yang dilakukan selama perang, Armenia melanggar hukum internasional antara lain melalui upaya perusakan warisan budaya, ekosida, dan pencurian kekayaan alam kami," ujar Khazar Kata Ibrahim.
Kedua bekas republik Soviet itu mengalami hubungan yang tegang selama tiga dekade setelah militer Armenia mulai menduduki Nagorno-Karabakh, juga dikenal sebagai Karabakh Atas pada 1991.
Wilayah itu diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan.
Lihat infografis: 2.882 Tentara Azerbaijan Tewas dalam Perang Nagorno-Karabakh
Ketika perang baru meletus September lalu, tentara Armenia melancarkan serangan terhadap warga sipil dan pasukan Azerbaijan serta melanggar beberapa perjanjian gencatan senjata kemanusiaan.
Selama enam pekan konflik, Azerbaijan membebaskan beberapa kota dan hampir 300 pemukiman serta desa dari pendudukan Armenia setelah hampir 30 tahun.
"Setelah pembebasan, pemandangan di tanah bersejarah kami tampak hancur," ujar Ibrahim.
Sebelum konflik baru-baru ini, sekitar 20% wilayah Azerbaijan telah diduduki Armenia secara ilegal selama hampir 30 tahun.
“Menurut perkiraan, selain bangunan tempat tinggal dan pemerintahan Azerbaijan, 700 monumen bersejarah dan budaya, 927 perpustakaan, 808 pusat budaya, 85 sekolah musik dan seni, 22 museum dengan lebih dari 100.000 artefak, empat galeri seni, empat teater, dan dua ruang konser rusak atau dihancurkan pasukan Armenia selama tiga dekade terakhir,” papar duta besar itu.
Dia menyebutkan bahwa Azerbaijan memiliki rencana rekonstruksi pascaperang skala besar untuk memulihkan wilayah yang dibebaskan.
Menurut dia, proses pembersihan ranjau telah diluncurkan untuk mewujudkan rencana ini dengan aman.
Dia menyatakan proyek transportasi dan infrastruktur memainkan peran penting di daerah itu.
Setelah pembebasan kota Shusha, pemerintah segera membangun bandara internasional dan jalan raya baru seratus kilometer dari Fuzuli, yang melibatkan tiga perusahaan dari Azerbaijan dan Turki.
Shusha menjadi kota simbolik Karabakh yang dianggap sebagai ibu kota budaya Azerbaijan.
Duta Besar Azerbaijan untuk Turki Khazar Kata Ibrahim mengungkap data itu kepada Anadolu Agency dalam wawancara.
"Selain pendudukan Nagorno-Karabakh dan tujuh wilayah yang berdekatan, serta kejahatan perang yang dilakukan selama perang, Armenia melanggar hukum internasional antara lain melalui upaya perusakan warisan budaya, ekosida, dan pencurian kekayaan alam kami," ujar Khazar Kata Ibrahim.
Kedua bekas republik Soviet itu mengalami hubungan yang tegang selama tiga dekade setelah militer Armenia mulai menduduki Nagorno-Karabakh, juga dikenal sebagai Karabakh Atas pada 1991.
Wilayah itu diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan.
Lihat infografis: 2.882 Tentara Azerbaijan Tewas dalam Perang Nagorno-Karabakh
Ketika perang baru meletus September lalu, tentara Armenia melancarkan serangan terhadap warga sipil dan pasukan Azerbaijan serta melanggar beberapa perjanjian gencatan senjata kemanusiaan.
Selama enam pekan konflik, Azerbaijan membebaskan beberapa kota dan hampir 300 pemukiman serta desa dari pendudukan Armenia setelah hampir 30 tahun.
"Setelah pembebasan, pemandangan di tanah bersejarah kami tampak hancur," ujar Ibrahim.
Sebelum konflik baru-baru ini, sekitar 20% wilayah Azerbaijan telah diduduki Armenia secara ilegal selama hampir 30 tahun.
“Menurut perkiraan, selain bangunan tempat tinggal dan pemerintahan Azerbaijan, 700 monumen bersejarah dan budaya, 927 perpustakaan, 808 pusat budaya, 85 sekolah musik dan seni, 22 museum dengan lebih dari 100.000 artefak, empat galeri seni, empat teater, dan dua ruang konser rusak atau dihancurkan pasukan Armenia selama tiga dekade terakhir,” papar duta besar itu.
Dia menyebutkan bahwa Azerbaijan memiliki rencana rekonstruksi pascaperang skala besar untuk memulihkan wilayah yang dibebaskan.
Menurut dia, proses pembersihan ranjau telah diluncurkan untuk mewujudkan rencana ini dengan aman.
Dia menyatakan proyek transportasi dan infrastruktur memainkan peran penting di daerah itu.
Setelah pembebasan kota Shusha, pemerintah segera membangun bandara internasional dan jalan raya baru seratus kilometer dari Fuzuli, yang melibatkan tiga perusahaan dari Azerbaijan dan Turki.
Shusha menjadi kota simbolik Karabakh yang dianggap sebagai ibu kota budaya Azerbaijan.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda