COVID-19 Mewabah, Palestina Tutup Sekolah di Tepi Barat
Minggu, 28 Februari 2021 - 14:31 WIB
YERUSALEM - Sekolah-sekolah di Tepi Barat, Palestina yang diduduki akan ditutup selama 12 hari dalam upaya menghentikan peningkatan tajam infeksi varian virus Corona baru . Hal itu diungkapkan Perdana Menteri Palestina Mohammed Shtayyeh.
"Sekolah menengah akan dibebaskan dari penutupan yang akan dimulai pada hari Minggu," kata Shtayyeh dalam pidato yang disiarkan televisi seperti dikutip dari Al Arabiya, Minggu (28/2/2021).
Shtayyeh menambahkan bahwa pembatasan baru dipicu oleh sejumlah besar kasus virus Corona baru varian Inggris dan Afrika Selatan di wilayah tersebut.
Sementara itu Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan unit perawatan intensif untuk pasien COVID-19 telah mencapai tingkat hunian 95 persen di Tepi Barat dan sekolah telah diidentifikasi sebagai penyebab utama penyebaran infeksi yang cepat.
Pada hari Kamis, dilaporkan bahwa sampel acak pasien virus Corona baru menunjukkan bahwa lebih dari tiga perempat terinfeksi varian Inggris.
Bank Dunia mengatakan dalam sebuah laporan minggu ini bahwa wilayah Palestina memiliki salah satu tingkat pengujian terendah di Timur Tengah dan Afrika Utara. Sementara itu, tingkat kasus positif COVID-19 di Tepi Barat mencapai lebih dari 21 persen, dan di Gaza 29 persen, menunjukkan penyebaran pandemi tidak terkendali.
Tepi Barat, tempat tinggal 3,1 juta warga Palestina, telah melaporkan total 118.519 kasus virus Corona baru dan 1.406 kematian.
Gaza, tempat pembatasan virus Corona baru secara bertahap dicabut sejak Januari, telah melaporkan 55.091 kasus dan 549 kematian dalam populasinya yang berjumlah 2 juta.
Dengan sekitar 32.000 dosis vaksin di tangan hingga saat ini, Palestina meluncurkan program vaksinasi terbatas di Tepi Barat dan Gaza bulan ini, dimulai dengan petugas kesehatan.
Otoritas Palestina (PA) mengharapkan untuk menerima pengiriman awal COVAX dalam beberapa minggu ke depan dan mengatakan pihaknya juga memiliki kesepakatan pasokan dengan Rusia dan produsen obat AstraZeneca, meskipun dosisnya lambat. Shtayyeh mengatakan dia mengharapkan pengiriman terjadi pada bulan Maret.
Israel telah menyumbangkan 2.000 dosis kepada PA tetapi mendapat kecaman karena tidak memasok lebih banyak vaksin ke Palestina. Israel berpendapat bahwa di bawah perjanjian perdamaian sementara, PA bertanggung jawab atas vaksinasi di Gaza dan Tepi Barat.
"Sekolah menengah akan dibebaskan dari penutupan yang akan dimulai pada hari Minggu," kata Shtayyeh dalam pidato yang disiarkan televisi seperti dikutip dari Al Arabiya, Minggu (28/2/2021).
Shtayyeh menambahkan bahwa pembatasan baru dipicu oleh sejumlah besar kasus virus Corona baru varian Inggris dan Afrika Selatan di wilayah tersebut.
Sementara itu Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan unit perawatan intensif untuk pasien COVID-19 telah mencapai tingkat hunian 95 persen di Tepi Barat dan sekolah telah diidentifikasi sebagai penyebab utama penyebaran infeksi yang cepat.
Pada hari Kamis, dilaporkan bahwa sampel acak pasien virus Corona baru menunjukkan bahwa lebih dari tiga perempat terinfeksi varian Inggris.
Bank Dunia mengatakan dalam sebuah laporan minggu ini bahwa wilayah Palestina memiliki salah satu tingkat pengujian terendah di Timur Tengah dan Afrika Utara. Sementara itu, tingkat kasus positif COVID-19 di Tepi Barat mencapai lebih dari 21 persen, dan di Gaza 29 persen, menunjukkan penyebaran pandemi tidak terkendali.
Tepi Barat, tempat tinggal 3,1 juta warga Palestina, telah melaporkan total 118.519 kasus virus Corona baru dan 1.406 kematian.
Gaza, tempat pembatasan virus Corona baru secara bertahap dicabut sejak Januari, telah melaporkan 55.091 kasus dan 549 kematian dalam populasinya yang berjumlah 2 juta.
Dengan sekitar 32.000 dosis vaksin di tangan hingga saat ini, Palestina meluncurkan program vaksinasi terbatas di Tepi Barat dan Gaza bulan ini, dimulai dengan petugas kesehatan.
Otoritas Palestina (PA) mengharapkan untuk menerima pengiriman awal COVAX dalam beberapa minggu ke depan dan mengatakan pihaknya juga memiliki kesepakatan pasokan dengan Rusia dan produsen obat AstraZeneca, meskipun dosisnya lambat. Shtayyeh mengatakan dia mengharapkan pengiriman terjadi pada bulan Maret.
Israel telah menyumbangkan 2.000 dosis kepada PA tetapi mendapat kecaman karena tidak memasok lebih banyak vaksin ke Palestina. Israel berpendapat bahwa di bawah perjanjian perdamaian sementara, PA bertanggung jawab atas vaksinasi di Gaza dan Tepi Barat.
(ian)
tulis komentar anda