Surat-surat Ini Ungkap Kehidupan Awal Keluarga Hitler
Sabtu, 27 Februari 2021 - 20:33 WIB
BERLIN - Sekumpulan surat yang sebelumnya tidak pernah diketahui memberikan gambaran unik tentang kehidupan awal keluarga diktator Nazi , Adolf Hitler . Surat-surat tersebut ditulis oleh ayah dari sosok kemudian hari menjadi salah satu tokoh paling terkenal dalam sejarah.
Kumpulan surat-surat itu dimuat buku berbahasa Jerman berjudul "Hitler's Father: How the Son Became a Dictator." Buku yang dirilis awal pekan ini itu diambil dari 31 surat yang ditulis oleh Alois Hitler kepada Josef Radlegger, yang menjual sebuah peternakan kepadanya di Austria pada tahun 1895.
Surat-surat itu ditemukan oleh seorang keturunan tuan tanah di loteng lima tahun lalu dan sekarang diterbitkan untuk pertama kalinya.
Dalam buku tersebut, penulis dan sejarawan Roman Sandgruber menyimpulkan bahwa Hitler dan ayahnya, Alois, sangat mirip. Mereka sama-sama membenci otoritas, sama-sama antiklerikal atau menentang kekuasaan atau pengaruh ulama dalam politik, dan bahkan memiliki tulisan tangan yang serupa.
"Ada peniruan ayah yang hampir seperti budak melalui putranya, dari tanda tangan yang sangat mirip hingga penghinaan terhadap pengetahuan sekolah dan kepercayaan diri seorang otodidak," tulis Sandgruber dalam buku itu, menurut Irish Times yang dinukil Business Insider, Sabtu (27/2/2021).
Penulis juga berpendapat bahwa Hitler anti-Semit sejak usia dini dan bergabung dengan klub anti-Semit dua bulan setelah ia tiba di Wina, Austria pada 1907.
Buku itu juga melukiskan gambaran kehidupan keluarga yang sangat tidak stabil bagi seorang Hitler muda. Menurut Sandgruber, keluarga tersebut memiliki 18 rumah berbeda selama 18 tahun pertama kehidupannya karena pekerjaan ayahnya sebagai pegawai negeri.
Alois sendiri digambarkan sebagai pria yang sombong dan agresif yang berkeras agar Hitler mengejar karir sebagai pegawai negeri.
"Dia adalah ayah yang sangat otoriter dan juga memukuli putranya, Adolf," tulis Sandgruber, menurut FOCUS Magazin.
Tetapi Hitler hanya memberontak terhadap keinginan ayahnya dan pergi untuk melamar ke Akademi Seni Rupa di Wina dua kali. Keduanya ditolak.
"Dia ingin menjadi artis bebas dan tidak mengikuti jejak ayahnya," tulis Sandgruber, menurut Deutsche Welle.
Hitler adalah anak Alois dari istri ketiganya yang jauh lebih muda, Klara Potzl. Potzl digambarkan sebagai sosok wanita yang terlibat dalam pengambilan keputusan di rumah.
"Dia bukan tidak berpendidikan dan bukan pasangan yang tertindas yang hanya dieksploitasi," tulis Sandgruber, menurut Deutsche Welle.
Surat-surat tersebut juga mengungkapkan bahwa ibu Hitler dirawat oleh seorang dokter Yahudi tidak lama sebelum kematiannya akibat kanker payudara pada tahun 1907.
Sandgruber adalah seorang profesor Universitas untuk sejarah ekonomi dan sosial di Johannes-Kepler-Universität Linz, tempat Hitler dibesarkan. Dia berasal dari Austria dan telah menulis dua buku lain tentang sejarah Austria.
Buku ini memberikan wawasan baru tentang kehidupan awal diktator Jerman, yang kemudian memicu Perang Dunia II dan pembunuhan massal terhadap orang Yahudi serta kelompok teraniaya lainnya.
Alexandra Foderl-Schmid, yang mengulas buku untuk Suddeutsche Zeitung, mencatat pentingnya surat-surat itu karena sebelumnya hampir tidak ada sumber tentang ayah sang diktator.
"Hitler yang sangat mementingkan paspor leluhur dan asal Arya, memiliki lebih dari satu celah dalam silsilah keluarga," menurut Suddeutsche.
Kumpulan surat-surat itu dimuat buku berbahasa Jerman berjudul "Hitler's Father: How the Son Became a Dictator." Buku yang dirilis awal pekan ini itu diambil dari 31 surat yang ditulis oleh Alois Hitler kepada Josef Radlegger, yang menjual sebuah peternakan kepadanya di Austria pada tahun 1895.
Surat-surat itu ditemukan oleh seorang keturunan tuan tanah di loteng lima tahun lalu dan sekarang diterbitkan untuk pertama kalinya.
Dalam buku tersebut, penulis dan sejarawan Roman Sandgruber menyimpulkan bahwa Hitler dan ayahnya, Alois, sangat mirip. Mereka sama-sama membenci otoritas, sama-sama antiklerikal atau menentang kekuasaan atau pengaruh ulama dalam politik, dan bahkan memiliki tulisan tangan yang serupa.
"Ada peniruan ayah yang hampir seperti budak melalui putranya, dari tanda tangan yang sangat mirip hingga penghinaan terhadap pengetahuan sekolah dan kepercayaan diri seorang otodidak," tulis Sandgruber dalam buku itu, menurut Irish Times yang dinukil Business Insider, Sabtu (27/2/2021).
Penulis juga berpendapat bahwa Hitler anti-Semit sejak usia dini dan bergabung dengan klub anti-Semit dua bulan setelah ia tiba di Wina, Austria pada 1907.
Buku itu juga melukiskan gambaran kehidupan keluarga yang sangat tidak stabil bagi seorang Hitler muda. Menurut Sandgruber, keluarga tersebut memiliki 18 rumah berbeda selama 18 tahun pertama kehidupannya karena pekerjaan ayahnya sebagai pegawai negeri.
Alois sendiri digambarkan sebagai pria yang sombong dan agresif yang berkeras agar Hitler mengejar karir sebagai pegawai negeri.
"Dia adalah ayah yang sangat otoriter dan juga memukuli putranya, Adolf," tulis Sandgruber, menurut FOCUS Magazin.
Tetapi Hitler hanya memberontak terhadap keinginan ayahnya dan pergi untuk melamar ke Akademi Seni Rupa di Wina dua kali. Keduanya ditolak.
"Dia ingin menjadi artis bebas dan tidak mengikuti jejak ayahnya," tulis Sandgruber, menurut Deutsche Welle.
Hitler adalah anak Alois dari istri ketiganya yang jauh lebih muda, Klara Potzl. Potzl digambarkan sebagai sosok wanita yang terlibat dalam pengambilan keputusan di rumah.
"Dia bukan tidak berpendidikan dan bukan pasangan yang tertindas yang hanya dieksploitasi," tulis Sandgruber, menurut Deutsche Welle.
Surat-surat tersebut juga mengungkapkan bahwa ibu Hitler dirawat oleh seorang dokter Yahudi tidak lama sebelum kematiannya akibat kanker payudara pada tahun 1907.
Sandgruber adalah seorang profesor Universitas untuk sejarah ekonomi dan sosial di Johannes-Kepler-Universität Linz, tempat Hitler dibesarkan. Dia berasal dari Austria dan telah menulis dua buku lain tentang sejarah Austria.
Buku ini memberikan wawasan baru tentang kehidupan awal diktator Jerman, yang kemudian memicu Perang Dunia II dan pembunuhan massal terhadap orang Yahudi serta kelompok teraniaya lainnya.
Alexandra Foderl-Schmid, yang mengulas buku untuk Suddeutsche Zeitung, mencatat pentingnya surat-surat itu karena sebelumnya hampir tidak ada sumber tentang ayah sang diktator.
"Hitler yang sangat mementingkan paspor leluhur dan asal Arya, memiliki lebih dari satu celah dalam silsilah keluarga," menurut Suddeutsche.
(ian)
tulis komentar anda