Rencanakan Pemboman, 'Calon Pengantin' Perempuan Diciduk Tentara Filipina
Rabu, 24 Februari 2021 - 00:01 WIB
MANILA - Sembilan perempuan yang dicurigai berencana meledakkan sasaran militer di Filipina selatan yang bergolak berhasil ditangkap. Demikian pernyataan yang dikeluarkan pihak militer Filipina.
Pasukan keamanan Filipina menahan para perempuan dan menyita peralatan pembuatan bom selama penggerebekan pada hari Jumat lalu di beberapa rumah di pulau Jolo yang mayoritas Muslim. Pulau ini adalah sebuah benteng kelompok Abu Sayyaf yang terkait dengan ISIS.
Menurut petinggi militer Filipina, Mayor Jenderal William Gonzales, sebagian besar perempuan yang ditangkap adalah putri atau janda dari pejuang kelompok Abu Sayyaf yang terbunuh dan termasuk beberapa calon pembom bunuh diri.
"Ini menunjukkan betapa putus asa para teroris yang tersisa, bersedia mengorbankan keluarga mereka hanya untuk membalas pasukan pemerintah," kata Gonzales seperti dikutip dari Al Arabiya, Selasa (23/2/2021).
Sementara itu Letnan Satu Jerrica Manongdo kepada AFP mengatakan bahwa para perempuan itu telah dipantau memberikan dukungan keuangan atau logistik kepada kerabat mereka di Abu Sayyaf.
Mereka diduga berencana menyerang tentara dengan alat peledak improvisasi.
Tiga dari wanita tersebut adalah putri almarhum pemimpin Abu Sayyaf Hatib Hajan Sawadjaan, yang dituduh merencanakan serangan mematikan di Katedral Jolo pada 2019 yang menewaskan 21 orang.
Penangkapan mereka terjadi enam bulan setelah sepasang wanita pelaku bom bunuh diri, termasuk seorang asal Indonesia, meledakkan diri di Jolo, menewaskan 15 orang dan melukai 74 lainnya.
Itu adalah serangan paling mematikan di negara itu tahun lalu.
Dimasukkan oleh Amerika Serikat (AS) sebagai organisasi teroris, Abu Sayyaf adalah jaringan militan ekstremis yang disalahkan atas serangan teror terburuk di Filipina dan penculikan turis asing dan misionaris Kristen.
Pasukan keamanan Filipina menahan para perempuan dan menyita peralatan pembuatan bom selama penggerebekan pada hari Jumat lalu di beberapa rumah di pulau Jolo yang mayoritas Muslim. Pulau ini adalah sebuah benteng kelompok Abu Sayyaf yang terkait dengan ISIS.
Menurut petinggi militer Filipina, Mayor Jenderal William Gonzales, sebagian besar perempuan yang ditangkap adalah putri atau janda dari pejuang kelompok Abu Sayyaf yang terbunuh dan termasuk beberapa calon pembom bunuh diri.
"Ini menunjukkan betapa putus asa para teroris yang tersisa, bersedia mengorbankan keluarga mereka hanya untuk membalas pasukan pemerintah," kata Gonzales seperti dikutip dari Al Arabiya, Selasa (23/2/2021).
Sementara itu Letnan Satu Jerrica Manongdo kepada AFP mengatakan bahwa para perempuan itu telah dipantau memberikan dukungan keuangan atau logistik kepada kerabat mereka di Abu Sayyaf.
Mereka diduga berencana menyerang tentara dengan alat peledak improvisasi.
Tiga dari wanita tersebut adalah putri almarhum pemimpin Abu Sayyaf Hatib Hajan Sawadjaan, yang dituduh merencanakan serangan mematikan di Katedral Jolo pada 2019 yang menewaskan 21 orang.
Penangkapan mereka terjadi enam bulan setelah sepasang wanita pelaku bom bunuh diri, termasuk seorang asal Indonesia, meledakkan diri di Jolo, menewaskan 15 orang dan melukai 74 lainnya.
Itu adalah serangan paling mematikan di negara itu tahun lalu.
Dimasukkan oleh Amerika Serikat (AS) sebagai organisasi teroris, Abu Sayyaf adalah jaringan militan ekstremis yang disalahkan atas serangan teror terburuk di Filipina dan penculikan turis asing dan misionaris Kristen.
(ian)
Lihat Juga :
tulis komentar anda