Wabah Covid-19 Hantam Rusia, Putin Dicap 'Serigala Tua yang Sakit'
Sabtu, 16 Mei 2020 - 16:50 WIB
MOSKOW - Ekonomi Rusia terpukul oleh pandemi Covid-19 yang disebabkan oleh virus corona baru; SARS-CoV-2. Pamor Presiden Vladimir Putin yang selama ini dicitrakan sebagai "orang kuat" mulai pudar.
Pemimpin Kremlin itu dinilai membuat respons panik ketika memutuskan melonggarkan lockdown justru ketika kasus infeksi Covid-19 melonjak tajam. Data worldometers, Sabtu (16/5/2020), menunjukkan 272.043 kasus infeksi Covid-19 di negara itu dengan 2.537 kematian dan sebanyak 63.166 pasien berhasil disembuhkan.
Data itu menjadikan Rusia sebagai negara dengan jumlah kasus infeksi terbanyak ketiga di dunia setelah Amerika Serikat (AS) dan Spanyol.
Dalam pengumumannya hari Senin lalu Putin mengatakan; "Mulai besok, 12 Mei, periode tidak berkerja nasional akan berakhir untuk seluruh negara dan untuk semua sektor ekonomi.
Kebijakan yang tidak jelas, yang berlaku selama enam minggu terakhir, secara resmi hanya mengizinkan bisnis penting tetap terbuka, sementara semua majikan diharuskan tetap membayar para staf. (Baca: Covid-19 Mengganas di Rusia, Putin Justru Longgarkan Lockdown )
"Adalah kepentingan kita semua agar ekonomi kembali normal dengan cepat," ujar Putin dalam pengumuman yang disiarkan televisi setempat.
Namun keesokan harinya, Rusia mencapai beberapa tonggak yang tidak menyenangkan dalam wabah Covid-19 yang telah berlangsung selama 10 minggu dan terus bertambah.
Pertama, Rusia mencatat korban tewas tertinggi dari Covid-19 dalam satu hari. Kemudian juru bicara Putin, Dmitry Peskov, mengikuti jejak Perdana Menteri Mikhail Mishustin sebagai pejabat senior pemerintah yang positif terinfeksi virus corona baru.
"Putin telah kehilangan kontak dengan kenyataan," kata Tatiana Stanovaya, pendiri proyek analisis politik "R.Politik". "Sepertinya dia tidak mengerti di negara mana dia berada."
Pemimpin Kremlin itu dinilai membuat respons panik ketika memutuskan melonggarkan lockdown justru ketika kasus infeksi Covid-19 melonjak tajam. Data worldometers, Sabtu (16/5/2020), menunjukkan 272.043 kasus infeksi Covid-19 di negara itu dengan 2.537 kematian dan sebanyak 63.166 pasien berhasil disembuhkan.
Data itu menjadikan Rusia sebagai negara dengan jumlah kasus infeksi terbanyak ketiga di dunia setelah Amerika Serikat (AS) dan Spanyol.
Dalam pengumumannya hari Senin lalu Putin mengatakan; "Mulai besok, 12 Mei, periode tidak berkerja nasional akan berakhir untuk seluruh negara dan untuk semua sektor ekonomi.
Kebijakan yang tidak jelas, yang berlaku selama enam minggu terakhir, secara resmi hanya mengizinkan bisnis penting tetap terbuka, sementara semua majikan diharuskan tetap membayar para staf. (Baca: Covid-19 Mengganas di Rusia, Putin Justru Longgarkan Lockdown )
"Adalah kepentingan kita semua agar ekonomi kembali normal dengan cepat," ujar Putin dalam pengumuman yang disiarkan televisi setempat.
Namun keesokan harinya, Rusia mencapai beberapa tonggak yang tidak menyenangkan dalam wabah Covid-19 yang telah berlangsung selama 10 minggu dan terus bertambah.
Pertama, Rusia mencatat korban tewas tertinggi dari Covid-19 dalam satu hari. Kemudian juru bicara Putin, Dmitry Peskov, mengikuti jejak Perdana Menteri Mikhail Mishustin sebagai pejabat senior pemerintah yang positif terinfeksi virus corona baru.
"Putin telah kehilangan kontak dengan kenyataan," kata Tatiana Stanovaya, pendiri proyek analisis politik "R.Politik". "Sepertinya dia tidak mengerti di negara mana dia berada."
tulis komentar anda