China: Ekstremisme Membuat Wanita Uighur Jadi 'Mesin Pembuat Bayi'

Sabtu, 09 Januari 2021 - 06:42 WIB
Tetapi studi baru, yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian Pengembangan Xinjiang pada hari Kamis (7/1/2021), mengklaim ekstremisme telah menghasut orang-orang untuk menolak keluarga berencana (KB) dan pemberantasannya telah memberi para wanita Uighur lebih banyak otonomi ketika memutuskan apakah akan memiliki anak.

"Untuk jangka waktu tertentu, penetrasi ekstremisme agama membuat penerapan kebijakan keluarga berencana di Xinjiang selatan, termasuk prefektur Kashgar dan Hotan, sangat sulit," tulis China Daily, sebuah publikasi yang dimiliki oleh Partai Komunis China, mengutip hasil penelitian tersebut.

(Baca juga : Harley dan Sepeda Brompton Selundupan Mantan Dirut Garuda Belum Juga Dilelang, Ada Apa? )

"Hal itu menyebabkan pertumbuhan populasi yang cepat di daerah-daerah tersebut karena beberapa ekstremis menghasut penduduk setempat untuk menolak kebijakan keluarga berencana, yang mengakibatkan prevalensi pernikahan dini dan bigami, serta seringnya kelahiran yang tidak direncanakan," lanjut laporan tersebut.

Laporan itu juga membantah bahwa perubahan populasi di Xinjiang disebabkan oleh "sterilisasi paksa". "Sebaliknya, proses pemberantasan ekstremisme telah membebaskan pikiran wanita Uighur," imbuh laporan berdasarkan hasil penelitian tersebut.

“Kesetaraan gender dan kesehatan reproduksi dipromosikan, membuat mereka tidak lagi menjadi mesin pembuat bayi,” sambung laporan itu. "Wanita sejak itu berusaha untuk menjadi sehat, percaya diri, dan mandiri."

Sebaliknya, laporan Zenz menuduh wanita Uighur dan etnis minoritas lainnya yang menolak untuk menggugurkan kehamilan yang melebihi kuota lahir diancam dengan penahanan di kamp-kamp tersebut.

"Sejak tindakan keras besar-besaran yang dimulai pada akhir 2016 mengubah Xinjiang menjadi negara polisi yang kejam, laporan saksi tentang campur tangan negara yang mengganggu ke dalam otonomi reproduksi telah tersebar di mana-mana," bunyi laporan Zenz.

"Secara keseluruhan, kemungkinan otoritas Xinjiang terlibat dalam sterilisasi massal wanita dengan tiga anak atau lebih."

Mantan tahanan di kamp Xinjiang mengatakan kepada AP bahwa mereka pernah dikenakan IUD paksa di kamp penahanan, dan apa yang tampak seperti suntikan pencegahan kehamilan, sementara yang lain dicekoki paksa pil KB atau disuntik dengan cairan, yang seringkali tanpa penjelasan.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More