Amerika Serikat Akan Segera Buka Lockdown
Jum'at, 17 April 2020 - 08:16 WIB
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan, AS telah melalui “puncak” kasus Covid-19 dan memprediksi beberapa negara bagian akan membuka kembali ekonominya pada bulan ini. Upaya untuk membuka kembali ekonomi akan diumumkan setelah dia berbicara dengan para gubernur negara bagian.
“Kita akan kembali, semuanya,” kata Trump, dilansir Reuters. “Kita ingin negara kita kembali normal,” imbuhnya.
Pengumuman itu bertepatan ketika AS telah mengalami 635.000 kasus dan lebih dari 30.800 orang meninggal dunia karena Covid-19. Dia mengungkapkan, data menunjukkan AS telah melalui puncak kasus baru.
“Harapannya itu akan terus berlanjut dan kita akan melanjutkan untuk membuat banyak kemajuan,” paparnya. Presiden Trump mengungkapkan, 3,3 juta alat tes Covid-19 telah dibagikan dan pengujian antibodi juga akan tersedia secepatnya.
Sebelumnya, pemerintahan Trump mengumumkan 1 Mei kemungkinan untuk membuka kembali ekonomi AS. Namun, dia mengatakan beberapa negara bagian mungkin akan kembali ke normal lebih cepat dari tanggal tersebut. “Saya berpikir ada waktu yang mengejutkan,” kata Trump.
Ketika ditanya tentang bahaya membuka kembali AS secepatnya, Trump mengungkapkan banyak kematian juga jika ekonomi dibiarkan tetap tertutup. Dia mengungkapkan, isu kesehatan mental seperti saluran konseling bunuh diri mengalami peningkatan saat pembekuan ekonomi. Jutaan rakyat AS juga tidak lagi memiliki pekerjaan karena isolasi wilayah diberlakukan. “Yang jelas strategi agresifnya bekerja,” kata Presiden Trump.
Sementara Gubernur Connecticut, Maryland, New York dan Pennsylvania merekomendasikan penduduk untuk mengenakan masker ketika bepergian. Pusat Kontrol dan Pencegah Penyakit (CDC) AS merekomendasikan masker sebagai cara untuk memperlambat penyebaran virus. “Jika kamu pergi ke luar rumah dan kamu tidak bisa menjaga jarak, kamu harus mengenakan masker,” kata Gubernur New York Andrew Cuomo.
Imbauan tersebut juga diberlakukan di New Jersey dan Los Angeles pada pekan lalu. Gubernur California Gavin Newsom juga menyarankan para penduduknya untuk mengenakan masker. “Kita akan kembali ke kehidupan normal, kita akan kembali normal,” kata Gubernur Connecticut Ned Lamont.
Namun demikian, kondisi di medan tempur melawan Covid-19 di rumah sakit New York justru masih parah. Para pekerja medis menghadapi ancaman kesehatan di garda depan. Reuters mencatat lebih dari 50 dokter, perawat dan petugas medis meninggal karena terpapar virus corona. Sedikitnya, 16 petugas medis meninggal di New York. “Ruang gawat darurat rumah sakit seperti zona perang,” kata Raj Aya, suami Madhvi Aya, seorang asisten dokter di Brooklyn, New York, yang meninggal dunia.
Apalagi jumlah kematian di Kota New York akibat wabah virus korona tiba-tiba melonjak menjadi 10.367 orang dengan tambahan 3.778 jiwa. Itu menunjukkan lonjakan kematian sebanyak 60%. "Di balik setiap kematian, ada teman, anggota keluarga, orang tercinta. Kami kini fokus memastikan bahwa setiap warga New York yang meninggal akibat Covid-19 dihitung," ujar Komisioner Kesehatan Kota New York, Oxiris Barbot.
Mark Levine, selaku Kepala Dewan Kesehatan Kota New York, berpendapat bahwa meskipun jumlah kematian telah disesuaikan, angka itu amat mungkin di bawah angka kematian sebenarnya. "Ada tambahan 3.017 kematian di atas taraf normal bulan lalu, tidak diketahui kaitannya dengan Covid-19," katanya.
Sementara itu, Trump juga memerintahkan pemerintahannya untuk menyelidiki apakah virus korona muncul dari sebuah laboratorium di Wuhan, China. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengungkapkan, Beijing harus “berterus terang” tentang apa yang mereka ketahui.
Itu bertujuan mengungkap kenapa sumber virus korona itu masih misterius. Jenderal Mark Milley, Kepala Staf Gabungan AS, menyebutkan intelijen AS mengindikasi virus korona itu terjadi secara alamiah. Itu bertentangan dengan dugaan kalau virus itu diciptakan di laboratorium di China.
Fox News melaporkan kalau virus corona berasal dari laboratorium Wuhan sebagai senjata biologis. Virus itu sebagai upaya China untuk menunjukkan upayanya mengidentifikasi dan memerangi virus yang bisa saja sama atau lebih berbahaya dibandingkan kemampuan AS. Sebelumnya pada Februari lalu, Wuhan Institute of Virology mengabaikan rumor yang menyatakan virus tersebut merupakan hasil sintesis buatan.
Dalam konferensi pers di Gedung Putih, Trump ditanya tentang laporan virus itu berasal dari laboratorium di Wuhan, dia mengaku mengetahui hal itu. “Kita sedang menguji situasi menakutkan yang terjadi,” paparnya.
Namun, keputusan itu tidak sepenuhnya didukung masyarakat AS dan pemerintah negara bagian. Sebab, selain Covid-19 masih mengancam keselamatan warga, obat atau vaksin untuk mencegah virus mematikan itu juga belum ditemukan. Alhasil, pemerintah daerah tidak akan mengikuti kebijakan Trump.
Beberapa pemerintah negara bagian AS menyatakan pembukaan lockdown terlalu dini sama saja dengan bunuh diri. Mereka justru mengimbau warga untuk tetap tinggal di rumah, sekalipun jumlah pasien Covid-19 menurun. Sebagian dari mereka bahkan akan memperpanjang lockdown hingga akhir Mei. (Andika H Mustaqim)
“Kita akan kembali, semuanya,” kata Trump, dilansir Reuters. “Kita ingin negara kita kembali normal,” imbuhnya.
Pengumuman itu bertepatan ketika AS telah mengalami 635.000 kasus dan lebih dari 30.800 orang meninggal dunia karena Covid-19. Dia mengungkapkan, data menunjukkan AS telah melalui puncak kasus baru.
“Harapannya itu akan terus berlanjut dan kita akan melanjutkan untuk membuat banyak kemajuan,” paparnya. Presiden Trump mengungkapkan, 3,3 juta alat tes Covid-19 telah dibagikan dan pengujian antibodi juga akan tersedia secepatnya.
Sebelumnya, pemerintahan Trump mengumumkan 1 Mei kemungkinan untuk membuka kembali ekonomi AS. Namun, dia mengatakan beberapa negara bagian mungkin akan kembali ke normal lebih cepat dari tanggal tersebut. “Saya berpikir ada waktu yang mengejutkan,” kata Trump.
Ketika ditanya tentang bahaya membuka kembali AS secepatnya, Trump mengungkapkan banyak kematian juga jika ekonomi dibiarkan tetap tertutup. Dia mengungkapkan, isu kesehatan mental seperti saluran konseling bunuh diri mengalami peningkatan saat pembekuan ekonomi. Jutaan rakyat AS juga tidak lagi memiliki pekerjaan karena isolasi wilayah diberlakukan. “Yang jelas strategi agresifnya bekerja,” kata Presiden Trump.
Sementara Gubernur Connecticut, Maryland, New York dan Pennsylvania merekomendasikan penduduk untuk mengenakan masker ketika bepergian. Pusat Kontrol dan Pencegah Penyakit (CDC) AS merekomendasikan masker sebagai cara untuk memperlambat penyebaran virus. “Jika kamu pergi ke luar rumah dan kamu tidak bisa menjaga jarak, kamu harus mengenakan masker,” kata Gubernur New York Andrew Cuomo.
Imbauan tersebut juga diberlakukan di New Jersey dan Los Angeles pada pekan lalu. Gubernur California Gavin Newsom juga menyarankan para penduduknya untuk mengenakan masker. “Kita akan kembali ke kehidupan normal, kita akan kembali normal,” kata Gubernur Connecticut Ned Lamont.
Namun demikian, kondisi di medan tempur melawan Covid-19 di rumah sakit New York justru masih parah. Para pekerja medis menghadapi ancaman kesehatan di garda depan. Reuters mencatat lebih dari 50 dokter, perawat dan petugas medis meninggal karena terpapar virus corona. Sedikitnya, 16 petugas medis meninggal di New York. “Ruang gawat darurat rumah sakit seperti zona perang,” kata Raj Aya, suami Madhvi Aya, seorang asisten dokter di Brooklyn, New York, yang meninggal dunia.
Apalagi jumlah kematian di Kota New York akibat wabah virus korona tiba-tiba melonjak menjadi 10.367 orang dengan tambahan 3.778 jiwa. Itu menunjukkan lonjakan kematian sebanyak 60%. "Di balik setiap kematian, ada teman, anggota keluarga, orang tercinta. Kami kini fokus memastikan bahwa setiap warga New York yang meninggal akibat Covid-19 dihitung," ujar Komisioner Kesehatan Kota New York, Oxiris Barbot.
Mark Levine, selaku Kepala Dewan Kesehatan Kota New York, berpendapat bahwa meskipun jumlah kematian telah disesuaikan, angka itu amat mungkin di bawah angka kematian sebenarnya. "Ada tambahan 3.017 kematian di atas taraf normal bulan lalu, tidak diketahui kaitannya dengan Covid-19," katanya.
Sementara itu, Trump juga memerintahkan pemerintahannya untuk menyelidiki apakah virus korona muncul dari sebuah laboratorium di Wuhan, China. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengungkapkan, Beijing harus “berterus terang” tentang apa yang mereka ketahui.
Itu bertujuan mengungkap kenapa sumber virus korona itu masih misterius. Jenderal Mark Milley, Kepala Staf Gabungan AS, menyebutkan intelijen AS mengindikasi virus korona itu terjadi secara alamiah. Itu bertentangan dengan dugaan kalau virus itu diciptakan di laboratorium di China.
Fox News melaporkan kalau virus corona berasal dari laboratorium Wuhan sebagai senjata biologis. Virus itu sebagai upaya China untuk menunjukkan upayanya mengidentifikasi dan memerangi virus yang bisa saja sama atau lebih berbahaya dibandingkan kemampuan AS. Sebelumnya pada Februari lalu, Wuhan Institute of Virology mengabaikan rumor yang menyatakan virus tersebut merupakan hasil sintesis buatan.
Dalam konferensi pers di Gedung Putih, Trump ditanya tentang laporan virus itu berasal dari laboratorium di Wuhan, dia mengaku mengetahui hal itu. “Kita sedang menguji situasi menakutkan yang terjadi,” paparnya.
Namun, keputusan itu tidak sepenuhnya didukung masyarakat AS dan pemerintah negara bagian. Sebab, selain Covid-19 masih mengancam keselamatan warga, obat atau vaksin untuk mencegah virus mematikan itu juga belum ditemukan. Alhasil, pemerintah daerah tidak akan mengikuti kebijakan Trump.
Beberapa pemerintah negara bagian AS menyatakan pembukaan lockdown terlalu dini sama saja dengan bunuh diri. Mereka justru mengimbau warga untuk tetap tinggal di rumah, sekalipun jumlah pasien Covid-19 menurun. Sebagian dari mereka bahkan akan memperpanjang lockdown hingga akhir Mei. (Andika H Mustaqim)
(ysw)
Lihat Juga :
tulis komentar anda