Setelah Terinfeksi Covid-19, Kekebalan Tubuh Seseorang Bertahan 6 Bulan
Rabu, 06 Januari 2021 - 07:29 WIB
LONDON - Setelah terjangkit dan sembuh dari COVID-19 , seseorang memiliki kekebalan untuk melawan infeksi ulang selama enam bulan berikutnya.
Hasil penelitian baru itu akan meredakan kekhawatiran bahwa kekebalan terhadap virus corona turun dengan cepat setelah pasien pulih.
Studi terhadap lebih dari 11.000 petugas layanan kesehatan di kota Newcastle, Inggris, menemukan bahwa tidak ada orang yang dites positif COVID-19 mengalami gejala lagi beberapa bulan kemudian.
Itu artinya, kekebalan setelah infeksi berlangsung setidaknya setengah tahun. (Baca Juga: Mengerikan, Semua Pasien di ICU Meninggal karena Pasokan Oksigen Habis)
Tim peneliti dari Newcastle University dan Newcastle-Upon-Tyne Hospitals menyimpulkan, "Infeksi tampaknya menghasilkan perlindungan terhadap gejala infeksi pada orang dewasa usia kerja, setidaknya dalam jangka pendek." (Lihat Infografis: Ratusan Warga Israel Terinfeksi Covid-19 Setelah Disuntik Vaksin)
Infeksi ulang COVID-19 secara cepat setelah pemulihan telah dicatat, meskipun jarang terjadi. Penelitian sebelumnya telah menemukan contoh di mana orang dites positif dengan cepat setelah pulih, dan bahkan ada laporan yang lebih jarang lagi bahwa beberapa orang meninggal setelah terinfeksi ulang. (Lihat Video: Tidak Beridentitas, Ini Cara Kerja Drone Bawah Laut yang Ditemukan Nelayan)
Tetapi laporan tersebut sulit dibenarkan, dan studi Newcastle menunjukkan kasus seperti ini lebih jarang terjadi.
Penelitian ini meningkatkan keyakinan bahwa kebanyakan orang yang sembuh dari penyakit akan diberikan perlindungan beberapa tingkat pada bulan-bulan berikutnya.
Studi juga melakukan pengujian pendahuluan untuk kasus tanpa gejala, dan menemukan hasil serupa yang menunjukkan kekebalan yang kuat dalam beberapa bulan setelah infeksi.
Namun, karena keterbatasan penelitian, para peneliti mendesak agar seseorang berhati-hati, dengan mengatakan mereka tetap "tidak pasti" jika infeksi sebelumnya memberikan perlindungan lengkap terhadap infeksi ulang tanpa gejala.
Saat ini belum ada kesepakatan peneliti yang jelas tentang apakah kasus tanpa gejala menimbulkan risiko infeksi bagi orang lain.
Hasil penelitian baru itu akan meredakan kekhawatiran bahwa kekebalan terhadap virus corona turun dengan cepat setelah pasien pulih.
Studi terhadap lebih dari 11.000 petugas layanan kesehatan di kota Newcastle, Inggris, menemukan bahwa tidak ada orang yang dites positif COVID-19 mengalami gejala lagi beberapa bulan kemudian.
Itu artinya, kekebalan setelah infeksi berlangsung setidaknya setengah tahun. (Baca Juga: Mengerikan, Semua Pasien di ICU Meninggal karena Pasokan Oksigen Habis)
Tim peneliti dari Newcastle University dan Newcastle-Upon-Tyne Hospitals menyimpulkan, "Infeksi tampaknya menghasilkan perlindungan terhadap gejala infeksi pada orang dewasa usia kerja, setidaknya dalam jangka pendek." (Lihat Infografis: Ratusan Warga Israel Terinfeksi Covid-19 Setelah Disuntik Vaksin)
Infeksi ulang COVID-19 secara cepat setelah pemulihan telah dicatat, meskipun jarang terjadi. Penelitian sebelumnya telah menemukan contoh di mana orang dites positif dengan cepat setelah pulih, dan bahkan ada laporan yang lebih jarang lagi bahwa beberapa orang meninggal setelah terinfeksi ulang. (Lihat Video: Tidak Beridentitas, Ini Cara Kerja Drone Bawah Laut yang Ditemukan Nelayan)
Tetapi laporan tersebut sulit dibenarkan, dan studi Newcastle menunjukkan kasus seperti ini lebih jarang terjadi.
Penelitian ini meningkatkan keyakinan bahwa kebanyakan orang yang sembuh dari penyakit akan diberikan perlindungan beberapa tingkat pada bulan-bulan berikutnya.
Studi juga melakukan pengujian pendahuluan untuk kasus tanpa gejala, dan menemukan hasil serupa yang menunjukkan kekebalan yang kuat dalam beberapa bulan setelah infeksi.
Namun, karena keterbatasan penelitian, para peneliti mendesak agar seseorang berhati-hati, dengan mengatakan mereka tetap "tidak pasti" jika infeksi sebelumnya memberikan perlindungan lengkap terhadap infeksi ulang tanpa gejala.
Saat ini belum ada kesepakatan peneliti yang jelas tentang apakah kasus tanpa gejala menimbulkan risiko infeksi bagi orang lain.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda