Bakar Bendera Black Lives Matter, Pemimpin Proud Boys Ditahan
Selasa, 05 Januari 2021 - 11:01 WIB
WASHINGTON - Pemimpin kelompok sayap kanan Proud Boys Enrique Tarrio ditahan di Washington DC karena dicurigai membakar bendera Black Lives Matter bulan lalu.
Enrique Tarrio menghadapi dakwaan pelanggaran ringan perusakan properti. Dia mengaku membakar spanduk yang diambil dari satu gereja hitam saat pawai pada Desember di kota itu.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyeru para pendukungnya berkumpul di ibu kota pekan ini untuk unjuk rasa.
Pada Rabu (6/1), anggota Kongres dijadwalkan mengesahkan kemenangan Presiden terpilih dari Partai Demokrat Joe Biden sebelum dia resmi menjabat pada 20 Januari. (Baca Juga: Mengerikan, Semua Pasien di ICU Meninggal karena Pasokan Oksigen Habis)
Tarrio mengatakan di aplikasi media sosial Parler bahwa, “Proud Boys akan muncul dalam jumlah rekor pada tanggal 6 Januari." (Lihat Infografis: Ratusan Warga Israel Terinfeksi Covid-19 Setelah Disuntik Vaksin)
Dia juga mengatakan para anggotanya adalah kelompok paling terkenal dari pria luar biasa. (Lihat Video: Tidak Beridentitas, Ini Cara Kerja Drone Bawah Laut yang Ditemukan Nelayan)
Juru bicara Departemen Kepolisian Metropolitan, Dustin Sternbeck, mengatakan kepada Washington Post pada Senin bahwa Tarrio telah dihentikan di satu kendaraan tak lama setelah memasuki distrik tersebut.
Menurut media AS, pria berusia 36 tahun itu juga memiliki dua perangkat ilegal yang memungkinkan senjata memuat peluru tambahan dan dia didakwa sesuai kepemilikan itu.
Dakwaan penghancuran properti terkait protes di Washington DC pada 12 Desember untuk mendukung klaim Trump tentang penipuan pemilu sistemik yang tidak berdasar.
Demonstrasi yang sebagian besar damai berakhir dengan perkelahian antara dua kelompok pengunjuk rasa. Polisi mengatakan lebih dari tiga lusin orang ditangkap dan empat gereja dirusak.
Tarrio yang tinggal di Miami juga menjalankan organisasi akar rumput bernama Latinos for Trump. Dia mengatakan kepada Washington Post bahwa dia telah membakar bendera Black Lives Matter.
"Mari kita buat ini sederhana. Saya melakukannya," ujar dia.
Tetapi dia menegaskan bahwa dia tidak tahu Gereja Metodis Asbury United, tempat pengibaran bendera itu yang sebagian besar dihadiri jemaah Afrika-Amerika.
Tarrio juga mengatakan bendera dan topi anggota Proud Boy telah dicuri dalam demonstrasi sebelumnya tanpa ada yang ditangkap atas dugaan insiden tersebut.
Sebelumnya pada Senin, gereja kulit hitam lainnya yang dirusak selama protes Desember menuntut Tarrio dan Proud Boys.
Gereja Episkopal Metodis Afrika Metropolitan menuduh kelompok kulit putih itu memanjat pagar dan merobohkan tanda Black Lives Matter.
Kepala Komite Pengacara untuk Hak Sipil Sesuai Hukum Kristen Clarke mengatakan, "Gereja kulit hitam dan lembaga keagamaan lainnya memiliki sejarah panjang dan buruk menjadi sasaran supremasi kulit putih dalam serangan rasis dan kekerasan yang dimaksudkan untuk mengintimidasi dan menciptakan ketakutan.”
"Gugatan kami bertujuan meminta pertanggungjawaban mereka yang terlibat dalam tindakan tersebut," tegas dia.
Departemen kepolisian kota mengatakan bulan lalu telah mempertimbangkan potensi dakwaan kejahatan rasial atas insiden tersebut.
Enrique Tarrio menghadapi dakwaan pelanggaran ringan perusakan properti. Dia mengaku membakar spanduk yang diambil dari satu gereja hitam saat pawai pada Desember di kota itu.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyeru para pendukungnya berkumpul di ibu kota pekan ini untuk unjuk rasa.
Pada Rabu (6/1), anggota Kongres dijadwalkan mengesahkan kemenangan Presiden terpilih dari Partai Demokrat Joe Biden sebelum dia resmi menjabat pada 20 Januari. (Baca Juga: Mengerikan, Semua Pasien di ICU Meninggal karena Pasokan Oksigen Habis)
Tarrio mengatakan di aplikasi media sosial Parler bahwa, “Proud Boys akan muncul dalam jumlah rekor pada tanggal 6 Januari." (Lihat Infografis: Ratusan Warga Israel Terinfeksi Covid-19 Setelah Disuntik Vaksin)
Dia juga mengatakan para anggotanya adalah kelompok paling terkenal dari pria luar biasa. (Lihat Video: Tidak Beridentitas, Ini Cara Kerja Drone Bawah Laut yang Ditemukan Nelayan)
Juru bicara Departemen Kepolisian Metropolitan, Dustin Sternbeck, mengatakan kepada Washington Post pada Senin bahwa Tarrio telah dihentikan di satu kendaraan tak lama setelah memasuki distrik tersebut.
Menurut media AS, pria berusia 36 tahun itu juga memiliki dua perangkat ilegal yang memungkinkan senjata memuat peluru tambahan dan dia didakwa sesuai kepemilikan itu.
Dakwaan penghancuran properti terkait protes di Washington DC pada 12 Desember untuk mendukung klaim Trump tentang penipuan pemilu sistemik yang tidak berdasar.
Demonstrasi yang sebagian besar damai berakhir dengan perkelahian antara dua kelompok pengunjuk rasa. Polisi mengatakan lebih dari tiga lusin orang ditangkap dan empat gereja dirusak.
Tarrio yang tinggal di Miami juga menjalankan organisasi akar rumput bernama Latinos for Trump. Dia mengatakan kepada Washington Post bahwa dia telah membakar bendera Black Lives Matter.
"Mari kita buat ini sederhana. Saya melakukannya," ujar dia.
Tetapi dia menegaskan bahwa dia tidak tahu Gereja Metodis Asbury United, tempat pengibaran bendera itu yang sebagian besar dihadiri jemaah Afrika-Amerika.
Tarrio juga mengatakan bendera dan topi anggota Proud Boy telah dicuri dalam demonstrasi sebelumnya tanpa ada yang ditangkap atas dugaan insiden tersebut.
Sebelumnya pada Senin, gereja kulit hitam lainnya yang dirusak selama protes Desember menuntut Tarrio dan Proud Boys.
Gereja Episkopal Metodis Afrika Metropolitan menuduh kelompok kulit putih itu memanjat pagar dan merobohkan tanda Black Lives Matter.
Kepala Komite Pengacara untuk Hak Sipil Sesuai Hukum Kristen Clarke mengatakan, "Gereja kulit hitam dan lembaga keagamaan lainnya memiliki sejarah panjang dan buruk menjadi sasaran supremasi kulit putih dalam serangan rasis dan kekerasan yang dimaksudkan untuk mengintimidasi dan menciptakan ketakutan.”
"Gugatan kami bertujuan meminta pertanggungjawaban mereka yang terlibat dalam tindakan tersebut," tegas dia.
Departemen kepolisian kota mengatakan bulan lalu telah mempertimbangkan potensi dakwaan kejahatan rasial atas insiden tersebut.
(sya)
tulis komentar anda