Iran Peringati Pembunuhan Soleimani: Trump Tak Akan Aman di Bumi!
Sabtu, 02 Januari 2021 - 21:25 WIB
TEHERAN - Para pejabat tinggi dan publik Iran memperingati setahun pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani oleh pesawat nirawak Amerika Serikat (AS). Seorang pejabat tinggi negara itu mengumbar ancaman dengan menyatakan Presiden Amerika Donald Trump dan siapa pun yang terkait dengan pembunuhan jenderal tersebut tidak akan aman di Bumi.
Kepala Kehakiman Iran, Ebrahim Raisi, mengatakan bahkan Trump tidak kebal dari keadilan karena perannya dalam serangan di Baghdad yang menewaskan Qasem Soleimani, seorang mayor jenderal di Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran. (Baca: AS Sudah Siap Jika Iran Ingin Balaskan Kematian Jenderal Soleimani )
"Mereka akan menyaksikan balas dendam yang parah," kata Raisi dalam pertemuan di Universitas Teheran, merujuk pada Trump dan para pemimpin militer AS. "Apa yang terjadi sejauh ini hanya sekilas."
"Jangan menganggap bahwa seseorang, seperti presiden Amerika, yang tampil sebagai pembunuh atau memerintahkan pembunuhan, mungkin kebal dari keadilan yang dijalankan. Tidak pernah," lanjut Raisi.
"Mereka yang berperan dalam pembunuhan dan kejahatan ini tidak akan aman di Bumi," ujarnya, seperti dikutip Times of Israel, Sabtu (2/1/2021).
Hari Minggu akan menandai peringatan kematian Soleimani, yang merupakan komandan Pasukan Quds IRGC Iran. Pasukan elite IRGC itu telah dinyatakan sebagai kelompok teroris oleh Washington.
Jenderal Soleimani sendiri dianggap sebagai salah satu orang paling kuat di Iran. Dia secara rutin disebut sebagai "komandan bayangan" atau "kepala intel".
Para pejabat AS mengatakan Presiden Trump memerintahkan serangan militer AS yang menewaskan jenderal berusia 62 tahun itu di jalan akses ke Bandara Internasional Baghdad pada 3 Januari 2020. Operasi pesawat nirawak itu juga menewaskan tujuh orang lainnya. (Baca juga: Balas Suami Selingkuh, Wanita Ini Tiduri 100 Pria yang Menikah )
Kementerian Luar Negeri Iran telah mengkritik AS dalam sebuah posting Twitter pada hari Jumat.
"Dengan melakukan tindakan teror terhadap Jenderal Soleimani, AS melanggar hukum internasional dan Piagam PBB dalam pelanggaran terang-terangan atas kedaulatan Irak," bunyi posting kementerian tersebut. "Iran tidak akan berhenti sampai membawa mereka yang bertanggung jawab ke pengadilan."
Para pemimpin top Iran lainnya, termasuk Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, sebelumnya telah berbicara tentang pembalasan atas kematian Soleimani.
Pada acara yang sama hari Jumat, Jenderal Iran Hossein Salami, komandan tertinggi IRGC Iran, mengatakan Iran sepenuhnya siap untuk menanggapi tekanan militer AS karena ketegangan tetap tinggi antara Washington dan Teheran di hari-hari terakhir masa jabatan Trump sebagai presiden.
Dalam unjuk kekuatan baru-baru ini, militer AS menerbangkan dua pembom B-52 dalam misi di Timur Tengah awal pekan ini, menandai ketiga kalinya dalam 45 hari pesawat pembom Angkatan Udara AS terbang di wilayah Teluk Persia.
Kepala Kehakiman Iran, Ebrahim Raisi, mengatakan bahkan Trump tidak kebal dari keadilan karena perannya dalam serangan di Baghdad yang menewaskan Qasem Soleimani, seorang mayor jenderal di Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran. (Baca: AS Sudah Siap Jika Iran Ingin Balaskan Kematian Jenderal Soleimani )
"Mereka akan menyaksikan balas dendam yang parah," kata Raisi dalam pertemuan di Universitas Teheran, merujuk pada Trump dan para pemimpin militer AS. "Apa yang terjadi sejauh ini hanya sekilas."
"Jangan menganggap bahwa seseorang, seperti presiden Amerika, yang tampil sebagai pembunuh atau memerintahkan pembunuhan, mungkin kebal dari keadilan yang dijalankan. Tidak pernah," lanjut Raisi.
"Mereka yang berperan dalam pembunuhan dan kejahatan ini tidak akan aman di Bumi," ujarnya, seperti dikutip Times of Israel, Sabtu (2/1/2021).
Hari Minggu akan menandai peringatan kematian Soleimani, yang merupakan komandan Pasukan Quds IRGC Iran. Pasukan elite IRGC itu telah dinyatakan sebagai kelompok teroris oleh Washington.
Jenderal Soleimani sendiri dianggap sebagai salah satu orang paling kuat di Iran. Dia secara rutin disebut sebagai "komandan bayangan" atau "kepala intel".
Para pejabat AS mengatakan Presiden Trump memerintahkan serangan militer AS yang menewaskan jenderal berusia 62 tahun itu di jalan akses ke Bandara Internasional Baghdad pada 3 Januari 2020. Operasi pesawat nirawak itu juga menewaskan tujuh orang lainnya. (Baca juga: Balas Suami Selingkuh, Wanita Ini Tiduri 100 Pria yang Menikah )
Kementerian Luar Negeri Iran telah mengkritik AS dalam sebuah posting Twitter pada hari Jumat.
"Dengan melakukan tindakan teror terhadap Jenderal Soleimani, AS melanggar hukum internasional dan Piagam PBB dalam pelanggaran terang-terangan atas kedaulatan Irak," bunyi posting kementerian tersebut. "Iran tidak akan berhenti sampai membawa mereka yang bertanggung jawab ke pengadilan."
Para pemimpin top Iran lainnya, termasuk Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, sebelumnya telah berbicara tentang pembalasan atas kematian Soleimani.
Pada acara yang sama hari Jumat, Jenderal Iran Hossein Salami, komandan tertinggi IRGC Iran, mengatakan Iran sepenuhnya siap untuk menanggapi tekanan militer AS karena ketegangan tetap tinggi antara Washington dan Teheran di hari-hari terakhir masa jabatan Trump sebagai presiden.
Dalam unjuk kekuatan baru-baru ini, militer AS menerbangkan dua pembom B-52 dalam misi di Timur Tengah awal pekan ini, menandai ketiga kalinya dalam 45 hari pesawat pembom Angkatan Udara AS terbang di wilayah Teluk Persia.
(min)
tulis komentar anda