Hampir 2 Juta Warga Amerika Serikat telah Divaksinasi Covid-19
Selasa, 29 Desember 2020 - 00:02 WIB
Presiden Trump pulih dari COVID-19 pada Oktober setelah dia menerima terapi antibodi monoklonal eksperimental.
“Trump harus menunggu setidaknya 90 hari setelah perawatannya untuk mendapatkan vaksinasi demi menghindari kemungkinan gangguan,” ungkap CDC.
Survei baru-baru ini di AS menunjukkan hanya setengah dari populasi yang ingin menerima suntikan vaksin COVID-19, sementara seperempat orang dewasa tidak yakin apakah mereka ingin mendapatkan vaksinasi virus corona.
Survei itu dilakukan Associated Press dan NORC Center for Public Affairs Research yang dirilis pada 9 Desember.
Banyak warga yang ragu-ragu mengkhawatirkan keselamatan mereka. “Mereka ingin melihat bagaimana hasil vaksinasi awal,” ungkap hasil survei yang dilakukan pada 1.117 orang dewasa Amerika antara 3-7 Desember.
Setidaknya 70% populasi AS perlu mendapat vaksin untuk mencapai kekebalan kawanan, menurut para ahli kesehatan.
AS masih memimpin dunia dengan lebih dari 19,1 juta kasus corona dan lebih dari 333.000 kematian akibat pandemi itu, menurut data terbaru Universitas Johns Hopkins.
“Trump harus menunggu setidaknya 90 hari setelah perawatannya untuk mendapatkan vaksinasi demi menghindari kemungkinan gangguan,” ungkap CDC.
Survei baru-baru ini di AS menunjukkan hanya setengah dari populasi yang ingin menerima suntikan vaksin COVID-19, sementara seperempat orang dewasa tidak yakin apakah mereka ingin mendapatkan vaksinasi virus corona.
Survei itu dilakukan Associated Press dan NORC Center for Public Affairs Research yang dirilis pada 9 Desember.
Banyak warga yang ragu-ragu mengkhawatirkan keselamatan mereka. “Mereka ingin melihat bagaimana hasil vaksinasi awal,” ungkap hasil survei yang dilakukan pada 1.117 orang dewasa Amerika antara 3-7 Desember.
Setidaknya 70% populasi AS perlu mendapat vaksin untuk mencapai kekebalan kawanan, menurut para ahli kesehatan.
AS masih memimpin dunia dengan lebih dari 19,1 juta kasus corona dan lebih dari 333.000 kematian akibat pandemi itu, menurut data terbaru Universitas Johns Hopkins.
(sya)
tulis komentar anda