China Tes Rudal Kapal Selam Berkemampuan Nuklir yang Bisa Jangkau AS
Kamis, 14 Mei 2020 - 11:48 WIB
BEIJING - China telah menguji tembak rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam (SLBM) JL-3 berkemampuan nuklir . Misil ini memiliki jangkauan 12.000 km, yang berarti bisa menghantam wilayah Amerika Serikat (AS) ketika ditembakkan dari pantai China.
South China Morning Post (SCMP) dalam laporannya 13 Mei tidak merinci tanggal dan lokasi uji tembak misil tersebut. Namun, senjata itu resmi diakui Beijing sebagai kebanggaan sains, di mana para peneliti yang mengembangkannya masuk nominasi penerima penghargaan sains top di negara tersebut.
SLBM JL-3 berada di antara 10 yang dinominasikan untuk menerima Penghargaan Nasional untuk Keunggulan dalam Inovasi. (Baca: AS Gila-gilaan Bikin Senjata Nuklir, tapi Tak Berdaya Lawan Covid-19 )
China belum secara resmi mengonfirmasi sedang mengembangkan SLBM JL-3 atau dikenal sebagai Big Wave. Namun menurut laporan SCMP, uji tembak senjata itu adalah yang terbaru setelah uji coba pada 2018 dan 2019.
Para pengamat militer China mengatakan uji coba rudal itu sebagai tanggapan terhadap sikap Presiden AS Donald Trump yang kerap menargetkan China dalam ancamannya.
Pendahulu SLBM JL-3, JL-2 yang memiliki jangkauan 7.400 km telah dikerahkan pada kapal selam nuklir Type 094A untuk patroli operasional pada tahun 2015. Itu menandakan bahwa China akhirnya memiliki kemampuan nuklir berbasis laut yang kredibel.
JL-3 terbaru diperkirakan akan sepenuhnya terintegrasi dengan kapal selam generasi berikutnya Type 096 pada tahun 2025.
Tahun lalu, rudal DF-17 China menjadi senjata hipersonik pertama di dunia yang beroperasi. Tetapi DF-17 diyakini didorong oleh mesin roket tradisional.
Mesin antariksa menjadi andalan senjata hipersonik karena menopang penerbangan dengan kecepatan lebih dari lima kali kecepatan suara. Mesin seperti itu menghirup dan mendinginkan udara yang terlalu panas selama terbang dengan kecepatan hipersonik sebagai oksidan.
South China Morning Post (SCMP) dalam laporannya 13 Mei tidak merinci tanggal dan lokasi uji tembak misil tersebut. Namun, senjata itu resmi diakui Beijing sebagai kebanggaan sains, di mana para peneliti yang mengembangkannya masuk nominasi penerima penghargaan sains top di negara tersebut.
SLBM JL-3 berada di antara 10 yang dinominasikan untuk menerima Penghargaan Nasional untuk Keunggulan dalam Inovasi. (Baca: AS Gila-gilaan Bikin Senjata Nuklir, tapi Tak Berdaya Lawan Covid-19 )
China belum secara resmi mengonfirmasi sedang mengembangkan SLBM JL-3 atau dikenal sebagai Big Wave. Namun menurut laporan SCMP, uji tembak senjata itu adalah yang terbaru setelah uji coba pada 2018 dan 2019.
Para pengamat militer China mengatakan uji coba rudal itu sebagai tanggapan terhadap sikap Presiden AS Donald Trump yang kerap menargetkan China dalam ancamannya.
Pendahulu SLBM JL-3, JL-2 yang memiliki jangkauan 7.400 km telah dikerahkan pada kapal selam nuklir Type 094A untuk patroli operasional pada tahun 2015. Itu menandakan bahwa China akhirnya memiliki kemampuan nuklir berbasis laut yang kredibel.
JL-3 terbaru diperkirakan akan sepenuhnya terintegrasi dengan kapal selam generasi berikutnya Type 096 pada tahun 2025.
Tahun lalu, rudal DF-17 China menjadi senjata hipersonik pertama di dunia yang beroperasi. Tetapi DF-17 diyakini didorong oleh mesin roket tradisional.
Mesin antariksa menjadi andalan senjata hipersonik karena menopang penerbangan dengan kecepatan lebih dari lima kali kecepatan suara. Mesin seperti itu menghirup dan mendinginkan udara yang terlalu panas selama terbang dengan kecepatan hipersonik sebagai oksidan.
tulis komentar anda